Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Menurut WHO, seseorang dikatakan remaja ketika dirinya berada di rentang usia 10 -- 19 tahun. Sedangkan menurut BKKBN, rentang usia remaja adalah 10 -- 24 tahun dan belum menikah.Â
Pada masa peralihan ini, remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, dan intelektual yang pesat. Remaja cenderung memiliki keingintahuan yang tinggi serta rasa ingin mencoba sesuatu yang terlihat menarik tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjangnya. Dalam hal ini, remaja sangatlah membutuhkan pendampingan dalam masa pertumbuhannya. Mereka harus mulai memahami pergaulan sehat, edukasi soal seksualitas, dan lain sebagainya.
Salah satu periode yang berlangsung selama remaja adalah masa pubertas. Pubertas sendiri memiliki arti periode pematangan fisik secara cepat, meliputi perubahan hormonal dan bentuk tubuh yang umumnya terjadi pada awal masa remaja. Ketika pubertas terjadi pada remaja, banyak hal yang berubah, salah satunya mengenai kesehatan reproduksi.Â
Namun, pada kenyataannya, remaja masih banyak yang kurang memahami perihal kesehatan reproduksi. Hal ini dikarenakan masih minimnya informasi yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan menganggap bahwa pembicaraan mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan secara umum.
Oleh karena itu, mahasiswa Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat melalui kegiatan MBKM Peduli Stunting Universitas Negeri Malang yang bekerja sama dengan BKKBN melaksanakan kegiatan penyuluhan di SMAN 1 Puncu, Kabupaten Kediri. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka stunting yang ada di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri.
Dalam penyuluhan kesehatan reproduksi sendiri, topik yang diberikan adalah mengenai pengetahuan dasar mengenai kesehatan reproduksi, pubertas dan ciri-cirinya, cara menjaga hygiene, serta sexual harassment. Kegiatan diawali dengan perkenalan, penyebaran pre-test, dilanjutkan dengan pemberian materi, dan ditutup dengan pengerjaan post-test. Pre-test dan post-test diberikan guna mengukur seberapa paham remaja mengenai materi yang diberikan. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, didapatkan bahwa ada peningkatan pengetahuan sekitar 9-15%.