Mohon tunggu...
Karnoto
Karnoto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Me Its Me

Wiraswasta | Pernah Studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Universitas Mercu Buana, Jakarta | Penulis Buku Speak Brand | Suka Menulis Tema Komunikasi Pemasaran | Branding | Advertising | Media | Traveling | Public Relation. Profil Visit Us : www.masnoto.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Branding Corporate, Branding Politik

29 November 2019   23:07 Diperbarui: 29 November 2019   23:34 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian orang salah paham antara brand dan branding. Dikiranya sama padahal berbeda meskipun saling berkaitan. Brand itu adalah merek dan merek menurut Bapak Marketing Dunia, Philip Kotler adalah logo, simbol, nama, gambar termasuk personality seseorang.

Sementara branding adalah proses memperkuat brand itu sendiri. Oleh karena proses tentu membutuhkan waktu, nah didalam proses inilah ada yang disebut dengan aktivasi branding mulai dari public relation, event, advertising dan media planing.

Terkait waktu itu sendiri masing - masing brand berbeda - beda, ada yang 10 tahun, 5 tahun tergantung sejuahmana aktivasi branding yang dilakukannya. Lalu apakah branding politik dan brandimg corporate itu bisa disamakan? Dalam konteks brand (ingat pengertian brand) sama, hanya berbeda jenisnya.

Jika pada produk komersial berupa barang dan jasa sementara partai politik atau personality seseorang itu adalah value. Sama saja dengan brand lembaga sosial, lembaga pendidikan. Apakah seorang walimurid ketika menyekolahkan anaknya ke sebuah sekolah membeli kursi? Guru? Atau Buku? Kalau mau beli kursi dan buku bukan di sekolah melainkan di toko mebeler untuk beli kursi dan di toko buku untuk membeli buku.

Lalu apa yang dibeli ke sekolah, yang dibeli adalah value. Ini sama dengan brand lembaga sosial dan partai politik. Lalu ada persepsi bahwa politik bukanlah corporate, memang benar jika dilihat dari produk yang dijual. Tapi akan sam ketika dilihat dalam konteks bagaimana memperkuat brand itu.

Bukankah partai politik juga ingin kuat namanya, bukankah partai politik ingin punya pendukung loyal, bukankah partai politik ingin tampil berbeda dengan partai lain?

Sama dengan produk komersial, inilah fungsi branding yaitu sebagai al furqon atau pembeda. Yang membedakan antara produk politik dengan produk komersial adalag yang dijual dan orientasinya. Jika produk komersial profite oriented maka partai politik value. Pertanyaan selanjutnya kenapa ada partai yang memiliki finansial besar dan punya suport system media yang memadai tapi suaranya jebol?

Nah, disinilah mesti dipahami bahwa dana besar dan suport media komplit tak menjamin upaya branding berhasil dalam konteks suara. Harus dilihat dulu sejauhmana aktivasi branding yang dilakukan. Kedua, memang branding itu butuh waktu, bisa 5 tahun, 10 tahun 20 tahun bahkan lebih.

Ga ada partai politik yang sekali tampil lalu menjadi leader. Sama seperti produk komersial, ada yang disebut dengan product life cycle yaitu siklus sebuah produk, dimulai dari introduction, growth, mature hingga decline.

Jadi, branding corporate dan branding politik memang beda kalau dilihat dari produk yang dijual, tapi akan sama kalau kita melihatnya dalam konteks branding.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun