Mohon tunggu...
Minami
Minami Mohon Tunggu... pegawai negeri -

@maharsiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sisi Pribadi Sri Mulyani Indrawati

13 Mei 2010   17:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 16587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_140260" align="alignleft" width="377" caption=""Ada yang mau daftar jadi mantu MDWB?" (foto facebook KPI-SMI)"][/caption]

Belakangan ini namanya muncul bak jamur di musim hujan. Jikalau beberapa bulan lalu terkait kasus bailout Bank Century, baru-baru ini memberitakan pengunduran dirinya sebagai Menteri Keuangan pada Kabinet Indonesia Bersatu II karena ditunjuk menjadi Managing Director World Bank di Washington DC, Amerika Serikat. Bahkan, hampir dua minggu sudah topik pilihan kompasiana mengusung tagline “Sri Mulyani dalam Sorotan”.

Sederetan prestasi dan segudang kontroversi yang menyertainya sudah bosan kita dengar. Oleh karena itu, kali ini saya ingin berbagi dengan rekan-rekan tentang sisi lain dari sosok wanita ini dilihat dari kehidupan pribadinya. Di samping sebagai pejabat negara, kita tahu seorang wanita juga mempunyai tanggung jawab kepada suami dan anak-anaknya, tidak terkecuali dengan Sri Mulyani Indrawati (SMI). Kata Mas Inu, ia sering dipanggil dengan Mbak Ani untuk membedakan panggilan kesayangan Presiden terhadap permaisurinya, Bu Ani Yudhoyono.

Kisah pribadinya pertama terekspos ke media saat acara talkshow “Rossy” yang dipandu Rosiana Silalahi, Minggu 7 Februari 2010. Sebagaimana kita ketahui, sosoknya yang tegas, tanpa kompromi, dan terkesan judes, sangat pelit untuk menceritakan kehidupan sehari-harinya di lingkungan keluarga. Kepada presenter, Mbak Ani bertutur diplomatis, “Pejabat publik harus anggun, nanti kalo nangis dibilang curhat.” Namun pada malam itu, pemirsa Global TV bisa menyaksikan bahwa sosok SMI tidak berbeda dengan wanita-wanita lainnya.

Dalam acara tersebut, secara tersirat Mbak Ani terkesan susah untuk curhat kepada orang lain, hanya orang tertentu saja yang bisa ia curhati. Selain suami, kepada almarhumah ibundanya barangkali ia bisa menceritakan masalahnya. Sesaat sebelum kepergian ibunda untuk selama-lamanya, Mbak Ani sempat curhat kepadanya tentang kondisi bangsa ini. Ia berkata, “Indonesia kuwi angel, Bu”.

Dalam talkshow itu juga kita tahu seperti apa nasionalisme seorang Sri Mulyani. Ada sebuah kisah mengharukan yang membuat sebagian penonton di studio yang tersorot kamera terlihat sedang menitikkan air mata atau hanya berkaca-kaca saja matanya. Kisah SMI tentang bagaimana ia disuguhi pilihan berat antara mengikuti rapat dengan pelaku usaha dan emiten terkait krisis ekonomi 2008 atau menjenguk sang ibunda yang berada dalam kondisi kritis di rumah sakit di kota yang hanya berjarak 45 menit dari tempatnya memimpin rapat, yakni di Kota Semarang.

[caption id="attachment_140263" align="alignright" width="300" caption="Bersama fans pasca syuting "Rossy" GlobalTV (foto facebook KPI-SMI)"][/caption]

Maghrib menjelang saat rapat di Lapangan Banteng, Menteri Keuangan RI mendapat pesan singkat bahwa ibunda telah tiada. Setelah menutup rapat, ia sempatkan shalat maghrib dan menangis dalam sujudnya. Beban berat yang sudah ia tanggung sejak awal rapat tadi akhirnya ia curahkan kepada Tuhannya. Sebagaimana ia lakukan kemudian saat menjadi ‘pesakitan’ di hadapan Pansus Bank Century. Ditemani tasbih dan zikir, ia menghadapi auman macan-macan Senayan waktu itu.

Kepada pemirsa Global TV Sri Mulyani berucap lirih, “Saya tetap manusia, seorang anak yang kehilangan ibunya.”

***

Sisi lain kehidupan pribadi Mbak Ani dapat kita baca di portal-portal berita minggu kemarin. Sebagaimana dilansir situs kompas.com, detikcom dan okezone, kita jadi tahu ternyata Mbak Ani juga seorang sopir yang handal.

Cerita berawal ketika wartawan mewawancarai Gustaf Ari Wahyu, sopir pribadi menteri keuangan di kantor bosnya di Lapangan Banteng. Gustaf menceritakan sewaktu anak Sri Mulyani ingin belajar nyetir, tiba-tiba terbersit keinginan Mbak Ani untuk mengendarai kembali kendaraan roda empat itu. Tanpa pikir panjang, ia menggunakan mobil dinas suaminya dan melaju mengitari kediaman hingga Bundaran HI bersama keluarganya. Gustaf yang mengikuti sang Menteri dengan mobil kementerian B 1189 RFS, mengaku malah sempat tertinggal.

"Ibu jago nyopir," ungkap Gustaf.

Mbak Ani sering mewanti-wanti Gustaf untuk menjaga level kecepatan aman sekitar 70-80 km/jam untuk dalam kota dan sekitar 120 km/jam untuk luar kota. Walaupun pernah mencapai 170 km/jam, jika benar-benar dalam keadaan mendesak.

"Pernah juga 170 km/jam, seperti waktu di DPR itu, kan dari sana jam 9 lewat. Padahal harus mengejar pesawat jam 9.30 malam untuk ke Bali," lanjutnya. Saat terdesak, mobil Sri Mulyani juga pernah masuk jalur busway. Peristiwa seperti itu kemarin menjadi ramai di situs media saat mobil dinas Menteri Sosial juga terekam kamera foto sedang berada di jalur busway karena tengah mengejar rapat kabinet.

Namun, yang sempat membuat Gustaf terharu yaitu kenangannya ketika secara tiba-tiba, Sri Mulyani meminta memberhentikan mobilnya. Kemudian, Sri Mulyani turun menemui seorang ibu pengemis dan memberinya sejumlah uang.

"Rupanya Ibu sudah memerhatikan ibu tua pengemis itu dari atas gedung hotel waktu ada jamuan makan. Makanya waktu melewati pengemis itu, beliau meminta saya memberhentikan mobilnya," ujar Gustaf dengan haru.

Begitu banyak kenangan bersama orang nomor satu di Kementerian Keuangan itu, sehingga membuat Gustaf agak berat melapaskan kepergian sang atasan ke Washington.

***

Sebagai orang yang menjunjung tinggi budaya ketimuran, ada ungkapan yang mengatakan apalah arti sukses di luar, jika dalamnya hancur (maksudnya keluarga).

Sebagai seorang wanita Jawa, rupanya falsafah di atas sangat menjadi perhatian Sri Mulyani. Di tengah kesibukannya yang super padat dengan mobilitas yang sangat tinggi, dirinya tidak pernah lupa akan tugas sebagai seorang ibu dari Dewinta Illinia, Adwin Haryo Indrawan dan Luqman Indra Pambudi, serta istri dari Tonny Sumartono.

Masih menurut penuturan Gustaf Ari, "Sepejabat-pejabatnya dia, Ibu masih sempat menyiapkan makanan sendiri buat keluarga." Ia juga sempat khawatir dengan nilai ulangan harian bahasa Indonesia putranya Adwin Haryo Indrawan menjelang Ujian Nasional (UN).

Dalam berkomunikasi sehari-hari dengan anak-anaknya, Mbak Ani lebih banyak menggunakan bahasa Inggris. Namun sebagai keturunan Jawa, calon Managing Director Bank Dunia ini juga fasih berbahasa Jawa.

Sementara itu, di balik tampilannya yang elegan di berbagai kesempatan, Gustaf menyatakan bahwa Mbak Ani sebenarnya tidak memiliki stylish khusus hanya terkadang saja memanggil salon langganannya. Untuk busana pun dia justru mempercayakan kepada sang kakak ipar, dibanding desainer terkenal. Dalam berbagai kesempatan acara Kementerian Keuangan, sering istri-istri pejabat yang dilantiknya berbusana mewah jauh melebihi busana yang dikenakan Ibu Menteri sendiri.

"Bajunya kebanyakan dari kakak iparnya," tutur Gustaf, sopir pribadi Sri Mulyani Indrawati.

Ada yang unik dengan ketiga anak Sri Mulyani. Dibesarkan di lingkungan akademisi dari kakek-neneknya, pendidikan menjadi perhatian serius bagi keluarga itu. Saat ini, ketiga anaknya menimba ilmu di tiga benua yang berbeda. Anak sulungnya, Dewinta Illiana kini tengah kuliah di Australia, sedang anak keduanya Adwin Haryo Indrawan yang lulusan SMA Al Azhar sedang melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saat saringan masuk universitas, sebenarnya ia juga di terima di Fakultas Ekonomi UGM, tapi dilepas dan lebih memilih UI. Dia memang lulus UN dengan nilai total di atas 50.

Sedangkan si bungsu, Luqman Indra Pambudi berencana mengikuti ibunya untuk melanjutkan SMA di Washington DC, benua Amerika, ditemani sang ayah yang juga akan segera menyusul istri tercintanya.

Menjelang perpisahan dengan bangsanya, Sri Mulyani mengajak para wartawan yang selalu setia mengejar dirinya untuk bermain voli sebagai perpisahan. "Nanti kita main voli saja yuk, sebelum perpisahan sama wartawan," ujar Sri Mulyani, di gedung DPR, Jakarta, Senin (10/5/2010).

Sejumlah pewarta yang mendengar jawaban tersebut, langsung tertawa dan serentak menjawab, "Ayo".

***

Negeri Para Bedebah

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah Lautnya pernah dibelah tongkat Musa Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah Dari langit burung-burung kondor menjatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negara para bedebah? Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah Tapi rakyatnya makan dan mengais sampah

Atau menjadi kuli di negeri orang Yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah

Orang baik dan bersih dianggap salah Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah Karena hanya penguasa yang boleh marah Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah Karena Tuhan tak akan mengubah apa suatu kaum Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah Usirlah mereka dengan revolusi Bila tak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan.

[puisi karya Adhie Massardi yang dibacakannya di depan Gedung KPK, Senin 2 November 2009]

Jujur, saya tidak mengerti siapa yang dimaksud dengan para bedebah itu. Presiden sekarang dan konco-konconya kah? Atau mantan presiden beserta bala tentaranya yang kini tengah bersemayam di Senayan kah? Bisa jadi kedua-duanya, siapa yang tahu?

Mungkin judul berita berikut ini bisa sedikit membantu menjawabnya, dari 177 komentar hampir seratus persen isinya menujuk hidung bala tentara itu, sillahkan buka “Diboikot PDIP, Sri Mulyani Melawan” beserta komentar-komentar di sana.

Di sana Menteri Keuangan menyudahi perdebatan fraksi yang dimaksud dengan pimpinan rapat. Dengan lantang ia berkata, “Ini dibicarakan secara internal saja di Komisi XI mengenai masalah undangan sehingga didapatkan kepastian lebih lanjut. Ini tidak bisa dibiarkan situasi seperti ini karena menyangkut hubungan kelembagaan, dan saya hadir atas undangan secara resmi. Kalau ada persoalan intern, dibahas dulu sehingga tidak mengganggu."

Sebelumnya rapat mulai panas saat salah seorang anggota dari Fraksi PDIP yaitu Eva Kusuma Sundari menolak kehadiran Sri Mulyani atas nama fraksinya. Dengan gaya genit menurut pandangan pimpinan rapat (Melchias Mekeng) Eva berkata :

"Agenda kali ini kan berbeda, kalau kemarin waktu membahas APBN-P wajar Ibu Sri Mulyani hadir. Kali ini kan rencana kerja saja, cukup sekjen. Menkeu nggak perlulah, ketinggian."

Lucu memang, saat menteri datang untuk menghormati undangan dikatakan ketinggian. Di waktu lain saat menteri tidak datang, dibilang tidak menghormati dewan yang terhormat. Kata adik-adik ABG di luar sana, “ketik c spasi d”.

Pak Sardi, jika bedebah yang Anda maksud itu orang-orang yang meninggalkan urusan “wong cilik” demi ego dan gengsi, kini kami tahu siapa para bedebah sebenarnya. Terima kasih sudah mengingatkan kami. Sebagai bagian dari “wong cilik” juga, saya mohon kepada kelompok-kelompok agar ke depannya hilangkan ego pribadi dan kelompok jika sudah menyangkut urusan perut kami atau 2014 nanti kalian akan gigit jari lagi (dan lagi).

Sumber : detikcom, kompas.com, okezone.com, vivanews.com, grup facebook KPI-SMI

Catatan :

Perjalanan kisah SMI dan kerikil-kerikilnya sejak gonjang-ganjing kasus Bank Century bisa pembaca ikuti pada artikel-artikel berikut ini :

1. Ini Dia (Calon) Menkeu Pengganti Sri Mulyani

2. Nurani Saya Mengatakan, “Sri Mulyani Tidak Bersalah”

3. Trauma Bangsa : Obral Aset Negara

4. Review Posisi Kekayaan Bakrie 2007-2009 dan Ramalan 2010

5. Daeng Kalla dan Mbak Ani, Siapa Ya yang Berbohong?

6. Bocoran KPK : ‘Megawati’ dan ‘Sri Mulyani’ Menerima Aliran Dana Bank Century

7. Ichsanuddin Noersy Menguak Pandora Kwik Kian Gie

8. Rangkuman Fatwa Para Ekonom pada Sidang Pansus Century

9. Cacatnya Survei Indo Barometer Tentang Sri Mulyani-Boediono

10. Sri Mulyani Tidak Terima Adiknya Tewas Ditembak Polisi

11. Mengapa Wimar Witoelar Menyerang Aburizal Bakrie di Twitter?

12. Sri Mulyani ‘Didebat’ Milanisti Aktivis HMI UI Depok

13. 7 Alasan NKRI Untung Besar Pasca Bailout Century

14. Orde Baru-Megawati = 1,9. SBY-JK-Boediono = 2,8

15. Mega dan Kwik di Ujung Tanduk Bantengnya

16. Breaking News: Bamsat Diangkat Jadi Menkeu

dan keberhasilan terbesar SMI adalah pengelolaan utangnya yang paling sehat sejak negeri ini merdeka,  "Review Hutang Indonesia Dibanding Hutang Negara Lain"

Jika saat ini SMI dipuja-puja media dan kalangan kompasiana, barangkali karena ketabahannya dalam menerima hujatan dan cacian. Percaya pada kebenaran dan bantuan tangan Tuhan bagi hamba-Nya yang bersabar. Meski pena ini tidak akan berhenti bergetar menyuarakan suara "arus bawah" di tengah gencarnya "arus utama", pada akhirnya hanya kata ini yang bisa kami ucap untuk mengiringi kepergiannya, "Selamat Jalan Bu Sri Mulyani Indrawati".

Kami yakin setelah Habibie dan Sri Mulyani, masih banyak profesional pembangun negeri yang akan dinista dan dicaci kelompok penggerogot negara itu. Pendidikan politik yang buruk bagi rakyat hanya akan melahirkan wakil-wakil dan birokrat yang tidak berintergrasi dan berdedikasi bagi negerinya. Dan pecundang-pecundang baru akan lahir untuk menjadi kerikil dan duri dalam daging bangsa ini.

Salam hormat dari kami [khusus kepada yang berdedikasi dan berintegritas].

[caption id="attachment_140250" align="aligncenter" width="500" caption=""Di saat yang lain tegang menghadapi krisis" (foto stan.ac.id)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun