Mohon tunggu...
Minami
Minami Mohon Tunggu... pegawai negeri -

@maharsiana

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia-manusia Sombong, Kitakah?

27 April 2010   01:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:34 2659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_127550" align="alignleft" width="240" caption="Sombong, loe! (foto susansudarwin.wordpress.com)"][/caption]

Pernahkah Anda dibilang sombong oleh orang lain? Jika sudah, saya pun pernah.

Ketika orang tidak mau disapa, ditegur, atau mungkin tidak mau bergaul, masyarakat akan memberi cap kepadanya sebagai orang sombong. Tidak salah memang, namun jika berpedoman pada literatur agama, pengertian sombong bisa berbeda.

Dalam keyakinan yang saya anut, sombong adalah penyakit hati yang sangat dibenci Allah. Salah satu teks literatur menyebutkan dalam Al Quran :

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Q.S. Al-Israa : 37]

Literatur lain sebagaimana tercantum dalam hadist Nabi Muhammad s.a.w. menyebutkan sombong sebagai pengingkaran terhadap kebenaran, penggalan redaksinya sebagai berikut :

Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]

Teks-teks lain masih banyak sekali yang bertebaran di Al Quran, Hadist, maupun kumpulan kitab-kitab ulama besar. Dengan tegas, Allah dan Rasul-Nya mengancam sanksi bagi orang-orang sombong sebagaimana sabda Rasulullah pada lanjutan hadist di atas : “Tidak akan masuk sorga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong”.

Dalam literatur resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia, pengertian sombong menurut persepsi masyarakat lebih ditekankan pada makna “takabur”. Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online membuat batasan tentang sikap ini, yaitu seperti teks di bawah ini :

ta·ka·bur [a] merasa diri mulia (hebat, pandai, dsb); angkuh; sombong; ke·ta·ka·bur·an [n] perihal atau sifat takabur; kesombongan: -- membuat orang ingkar pada kebenaran

***

Di sekitar kita, di samping kita, keluarga kita, bahkan kita sendiri sebenarnya memiliki bibit-bibit kesombongan, yakni menolak kebenaran, apalagi yang datangnya dari orang yang lebih rendah dari kita. Bisa umurnya, kedudukannya, jabatannya, strata sosialnya, pemahaman agamanya, dan sejenisnya.

Seingat saya waktu pelajaran agama di SMA, sombong ini adalah salah satu dari penyakit hati yang sangat merugikan hidup dan kehidupan kita. Penyakit hati yang lain antara lain : iri, dengki, ujub, riya, dan sebagainya.

Riya adalah lawan dari ikhlas, artinya beramal sekedar untuk pamer, berbangga diri, dengan kata lain beramal hanya untuk mendapat pujian dan penghargaan dari orang lain, baik sadar maupun tidak kita sadari. Agama menyebut riya ini sebagai syirik kecil, dosa besar yang tidak diampuni. Sayang, sudah capai-capai berusaha tapi tidak ada nilai sama sekali di hadapan Sang Pencipta. Mereka lah yang disebut golongan orang yang merugi. Rugi di dunia dan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun