Dua sejoli Asterix dan Obelix (ada anjingnya di tengah, siapa ya?)Saya kira mayoritas kompasianer mengenal Asterix dan Obelix, tokoh fiksi dari Perancis karangan René Goscinny (naskah) dan Albert Uderzo (gambar). Mengisahkan dua sahabat yang saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan karakternya masing-masing. Asterix digambarkan bertubuh mungil namun sangat cerdik dan riang, sedangkan karakter Obelix dicitrakan berbadan tinggi besar, baik hati, namun agak pemalas. Kemana pun mereka pergi, Asterix dan Obelix selalu bersama, kalau di Jawa istilahnya mimi lan mintuna. Meski kadang cekcok namun dalam beberapa kisahnya selalu berhasil memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Jika boleh dikaitkan, kurang lebih hampir miriplah dengan dua tokoh nyata dalam kehidupan politik nasional kita yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla atau akrab disebut SBY-JK. Keduanya merupakan paduan paling serasi ketika memimpin bangsa ini periode 2004-2009. Dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, mereka sanggup membawa negara ini kearah yang lebih baik, menyelesaikan konflik anak bangsa dan masalah ekonomi. Patut disayangkan kepaduan SBY-JK tidak semulus kisah Asterix dan Obelix. Perahu SBY-JK retak di penghujung masa kepemimpinannya, puncaknya adalah ketika JK menggandeng Wiranto mendeklarasikan capres-cawapre saat pemilihan presiden (pilpres) 2009 kemarin. Sebelumnya bara perpecahan telah terlihat ketika optimisme Partai Golkar pimpinan JK memenangkan pemilu legislatif (pileg) dimentahkan oleh Partai Demokrat binaan SBY sebagai pemenang pileg kala itu. Dulu sebelum pecah, konstelasi politik Indonesia cukup kondusif, apalagi pihak oposisi yang dimotori PDI Perjuangan pimpinan Megawati tidak banyak ‘berulah' kecuali saat menjelang kampanye pemilu, mempermasalahkan BLT dan stigma neolib. Hubungan eksekutif dan legislatif juga cukup harmonis mengingat kedua lembaga tersebut sama-sama dikuasai koalisi pendukung SBY-JK. Bahkan saat terjadi krisis global, kedua lembaga bahu-membahu mencoba mengatasi krisis global yang hampir menyeret perekonomian Indonesia seperti masa krisis moneter dulu. Tercatat menjelang akhir tahun 2008, tiga Perpu dikeluarkan untuk menjadi payung hukum pemerintah mengambil kebijakan CPM (Crisis Protocol Management) seperti yang diminta para pelaku usaha termasuk Bambang Susatyo ketika masih sebagai Ketua Komite Kadin. Ketiga Perpu tersebut, kecuali Perpu tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) yang kemudian menjadi polemik berkepanjangan karena sempat ditolak mayoritas fraksi DPR, cukup ampuh menyelamatkan perekonomian kita dari imbas krisis global, bahkan tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia peringkat ketiga dunia setelah Cina dan India. Kabar terbaru suhu politik Indonesia diramaikan dengan peluncuran buku "Membongkar Gurita Cikeas" karya George Junus Aditjondro (GJA). Buku yang sempat membuat merah muka SBY dan pipi Ramadhan Pohan (RP), anggota DPR fraksi Partai Demokrat karena terkena kepretan buku oleh pengarangnya langsung. Terakhir RP melaporkan GJA ke Polres Jakarta Selatan. Rupanya Allah berkehendak lain, berita tentang "Gurita Cikeas" itu tenggelam oleh kematian presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Semua media massa memberitakan kabar mengejutkan tersebut, bahkan ada televisi yang secara live menyiarkan perkembangan keadaan pasca wafatnya Gus Dur. Jagat publik Indonesia pun beralih perhatiannya ke seputar berita itu termasuk tulisan para kompasianer yang mewarnai halaman-halaman kompasiana selama beberapa hari setelah sebelumnya ramai-ramai membahas buku "Membongkar Gurita Cikeas", bahkan adapula yang membahas gurita baker, gurita dalam arti sebenarnya.
...
Jika cerita tentang "gurita cikeas" telah banyak beredar di kompasiana, agar lebih berimbang, barangkali perlu juga kita membahas "gurita-gurita" lain yang berkembang biak di negeri ini. Di lautan Indonesia kita mengenal ada tiga gurita lain yang belum banyak diekspose, siapa tahu mereka ingin diperhatikan juga, masak kalah sama "gurita cikeas", "Gak adil dong!", begitu mungkin gerutu mereka. Sejauh ini mereka adalah "gurita bakrie", "gurita taufik kiemas", dan "gurita kalla bersaudara". Ketiganya merupakan "gurita asli" bangsa yang cukup mewakili peta perpolitikan Indonesia jika melihat parpol-parpol usungannya. Tanpa saya sebutkan, para kompasianer sudah tahu tentunya. Untuk "gurita-gurita" lain yang numpang hidup di Indonesia, saya kira kurang menarik karena mereka tidak terlibat langsung dengan politik praktis. Maksudnya taipan-taipan yang sudah lama kita kenal yang selalu masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia segala versi majalah. Agar lebih fokus, tulisan pertama ini akan mengangkat cerita tentang "Gurita Kalla Bersaudara" yang kiranya telah banyak beredar pada milis-milis atau blog-blog di jagat maya ini. Artikel yang telah banyak beredar itu mungkin dianggap fitnah belaka untuk menandingi buku "Membongkar Gurita Cikeas". Setelah saya telusuri, ternyata artikel tersebut beredar jauh sebelum penerbitan buku karangan GJA. Artinya apakah sebaliknya, buku GJA ingin menandingi artikel "Gurita Kalla Bersaudara" itu? Untuk lebih jelasnya berikut saya copas tanpa perubahan dari sebuah situs politikana.com : Gurita Bisnis Kalla Bersaudara oleh Dave Kujan, Kamis, 2 Jul '09 16:50 Profil Usaha Ada empat kelompok perusahaan yang dikuasai oleh JK (kelompok Bukaka & Hadji Kalla), iparnya, Aksa Mahmud yang Wakil Ketua MPR-RI (kelompok Bosowa), dan adiknya, Halim Kalla (kelompok Intim). Beberapa perusahaannya yang dikenal publik antara lain: Bhakti Centra Baru (Bukaka Agro; Bukaka Asia Investment Ptd; Bukaka Barelang Energy (BBE); Bukaka Building Construction; Bukaka Investindo; Bukaka Marga Utama (membangun dan mengelola Ciawi - Sukabumi toll road, Pasuruan - Probolinggo tol road); Bukaka Meat; Bukaka Teknik Utama (yang antara lain meliputi Bukaka Singtel (sudah dilego karena gagal memenuhi komitmen pemasangan telepon terhadap Telkom), Bumi Karsa, Duta Agro Sulawesi, Haji Kalla Trading Company, NV, Kalla Inti Karsa; Mal Ratu Indah, Makassar; Kalla Lines. Track Record Pada krisis 1997/1998, Grup Bukaka Termasuk 20 debitur kakap yang mengemplang ke Bank-Bank BUMN yang mengakibatkan bank-bank plat merah kolaps. Sebagaimana debitor lainnya, Bukaka juga ‘memaksa' mendapatkan hair-cut dalam jumlah yang sangat fantastis. Sejak 2005, Bukaka dan Bosowa menjadi ‘beban' bagi Bank BUMN seperti Mandiri. Kredit macet mereka terbilang tinggi yang memaksa bank-bank plat merah baru ini menyisihkan pencadangan, dan termasuk merestrukturisasi utang-utang tersebut. Bukaka Teknik Utama tercatat menjadi pemegang saham mayoritas (35%) PT Trans-Jawa Paspro Jalan Tol. Yang memegang konsesi jalan tol Pasuruan-Probolinggo. Lantaran tak mampu memenuhi kewajiban berupa jaminan pelaksanaan, dana tanah, dan financial closed yang deadlinenya 30 Juni 2008. Karena wan prestasi, akhirnya konsesi itu dilego ke kelompok usaha bakrie. Bukaka tercatat di Bursa Efek Jakarta. Tapi, lantaran laporan keuangannya selalu disclaimer selama bertahun-tahun, akhir Bursa Efek Indonesia mendelistingnya dari pasar saham. (Pada saat kampanye pilpres 2009, Kalla dengan sinisnya bilang, "Pasar modal adalah sarang neolib."). Profil Proyek: Intervensi dan Benturan Kepentingan Sejak menjadi wapres, Kalla bersaudara semakin kebanjiran order. Salah satunya adalah pembangunan PLTA. Di Sulawesi Selatan: Bukaka mendapat order pembangunan PLTA di Ussu di Kabupaten Luwu' Timur, berkapasitas 620 MW; sebuah PLTA senilai Rp 1,44 trilyun di Pinrang; sebuah PLTA kecil berkapasitas 1 MW di Desa Mappung, Tompobutu, di perbatasan Kabupaten Gowa dan Sinjai, sebuah PLTA berskala menengah berkapasitas 8 MW di Bantaeng, serta sebuah PLTA kecil di Salu Anoa di Mungkutana, Kabupaten Luwu' Utara. Saat ini, Bukaka sedang membangun PLTA dengan tiga turbin di Sungai Poso, Sulawesi Tengah, yang akan berkapasitas total 780 MW. Di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Bukaka mendapat order pembangunan PLTA berkapasitas 25 MW. Selain ditengarai memainkan pengaruh kekuasaan untuk mendapatkan bisnis ini, pelaksanaannya pun kerap melanggar aturan. PLTA Poso, misalnya, mulai dibangun sebelum ada AMDAL yang memenuhi syarat. (Juga jaringan SUTET-nya ke Sulawesi Selatan & Tenggara dibangun tanpa AMDAL). di Sumatera Utara, kelompok yang dipimpin Achmad Kalla, adik kandung Wakil Presiden mendapat order pembangunan PLTA di Pintu Pohan, atau PLTA Asahan III berkapasitas 200 MW serta PLTA Sibaho di Kabupaten Humbang Hasundutan. Untuk itu, Bukaka sudah melakukan pembebasan lahan, tapi proyeknya kemudian diambil alih oleh PLN. Selain itu, Bukaka juga terlibat dalam pembangunan pipa gas alam oleh PT Bukaka Barelang Energy senilai US$ 750 juta - setara dengan Rp 7,5 trilyun - yang akan terentang dari Pagar Dea, Sumatera Selatan, ke Batam; pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) senilai US$ 92 juta - atau Rp 920 milyar - di Pulau Sembilang, dekat Batam; pembangunan pembangkit listrik tenaga gas di Sarulla, Tarutung, Sumatera Utara, yang akan mengjasilkan 300 MW Yang paling baru adalah rencana pembangunan 19 PLTA berkekuatan 10.000 MW. Rencana ini dinilai berbahaya secara ekonomi karena Kalla mendorong BPD-BPD se Indonesia yang membiayainya dengan mengandalkan dana murah di bank-bank milik pemda tersebut. Masalahnya, dana murah itu adalah dana jangka pendek, sedangkan pembangunan PLTA adalah proyek berjangka waktu panjang. Rata-rata baru setelah 7 tahun, ada duit yang masuk. Jika terjadi sedikit saja goncangan, BPD-BPD bakal semaput karena dana jangka pendek mereka dipakai untuk membiayai proyek jangka panjang. Kengototoan Kalla bisa dimaklumi karena kelompok-kelompok Bukaka, Bosowa , dan Intim (Halim Kalla) termasuk paket kontraktor pembangunan 19 PLTU itu. Kelompok Bosowa mendapat order pembangunan PLTU Jeneponto di Sulsel, tanpa tender (Rakyat Merdeka, 7 Juni 2006), sedangkan kelompok Intim milik Halim Kalla yang juga salah seorang Komisaris Lion Air akan membangun PLTU berkapasitas 3 x 300 MW di Cilacap, Jateng, dengan bahan baku batubara yang dipasok dari konsesi pertambangan batubara seluas 5.000 ha milik kelompok Intim di Kaltim (GlobeAsia, Sept. 2008, hal. 38). Intervensi yang juga paling sering dikemukakan adalah menyangkut proyek Monorel. Rencana proyek ini hampir kandas setelah konsorsium pemenang ternyata tak punya cukup duit. Belakangan Bukaka masuk dan memimpin konsorsium. Mereka mendesak bank-bank BUMN untuk mengucurkan kredit. Karena mendapat sorotan, akhirnya diupayakan dengan cara tipuan: Pura-puranya ada dana dari Dubai. Belakangan ketahuan investor Dubai itu hanyalah arranger keuangan saja, sebab yang menyetor duit itu rencananya adalah Bank-Bank plat merah (Mandiri, dll). Yang paling disoroti dari proyek ini adalah permintaan jaminan pemerintah. Dalam hal ini Bukaka mengklaim potensi penumpang yang sangat besar. Jika jumlah penumpang itu tak tercapai maka sisanya adalah kerugian yang harus ditanggung pemerintah! Selain itu, grup Kalla juga diketahui menjadi bagian dari konsorsium yang mendapat konsesi dalam pembangunan apartemen murah 1000 tower. Tak mengherankan jikalau Kalla-lah yang paling ngotot dan sebagai akibatnya Pemda Jakarta dipaksa mengabaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan pengembang yang membangun apartemen murah ini. Jika tak dihentikan, daerah seputar apartemen murah bakal jadi daerah super crowded karena pengembang membangun unit yang jauh melebihi daya dukung lingkungannya. Meski selalu menyebut ‘ogah asing', pada dasarnya Kalla sudah lama menjalin relasi dengan perusahaan asing. Terakhir, Adik bungsu Jusuf Kalla, Suhaelly Kalla, terjun ke bisnis mobil produksi Cina. Suhaelly dengan perusahaan PT IGC International menjadi distributor mobil merek Geely di Indonesia. Menurut Suhaelly, keterlibatan dalam bisnis mobil Cina karena peluangnya cukup menarik. Geely mampu menghasilkan produk yang kompetitif dengan harga lebih murah. "Harga sedan dibawah Rp 100 juta tiap unit," kata Suhaelly, dalam acara peluncuran mobil Geely CK CKD (completely knock down), Jakarta (16/5). Dalam soal Blok D Alpha Natuna, Kalla terlihat agresif dan seperti menentang dominasi perusahaan-perusahaan migas asal Amerika Serikat. Yang tak diketahui, Kalla merangkul perusahaan migas Eropa. Salah satu yang dijagokannya adalah perusahaan migas asal Norwegia. Yang menarik, di tingkat domestik, menantunya yang kerap dipanggil dengan Tono Kalla sudah menjalin kerjasama dengan BUMD Kab Natuna untuk menampung jatah saham yang harus dialokasikan kepada pemda. Duit yang dibutuhkan untuk membeli saham itu mencapai Rp 20 triliun. Hingga kini, Tono Kalla masih mencari kreditor yang mau mengucurkan kredit padanya. Kehadiran Tono ini jadi tak ‘asyik' karena maksud awal Pemda Natuna menggandeng Tono adalah dengan asumsi Tono cukup punya duit untuk menjadi patnernya pemda setempat.
...
Bagi kompasianer, silahkan dimaknai sendiri, saya tidak bertanggung jawab terhadap muatan artikel tersebut, jika perlu klarifikasi sampaikan dengan santun kalau perlu disertai link-nya. Di sini posisi saya bukan kelompok pro-SBY atau pro-JK atau pro-pro yang lain. Posisi saya adalah pemerhati keadilan karena sebenarnya saya sendiri mengidolakan sosok Jusuf Kalla sebagai ‘juru selamat' bagi anak-anak bangsa yang berkonflik di Poso, Ambon, dan Aceh yang layak mendapat Nobel Perdamaian, terlepas dari isu-isu di atas. Nah, ini ada bonus foto Chairini Ade putri Pak JKMengenai "Gurita Bakrie" sebagian telah saya posting di kompasiana juga di http://polhukam.kompasiana.com/2010/01/01/review-posisi-kekayaan-bakrie-2007-2009-dan-ramalan-2010/, untuk "Gurita Taufik Kiemas" sedang saya godhog di dapur, mudah-mudahan segera matang dan siap disajikan ke sidang kompasiana yang terhormat, atau jika ada kompasianer lain yang mau menulis duluan saya akan ikut senang, tidak jadi repot memasaknya. Wah, senangnya hidup di Nusantara ini, dapat menyaksikan begitu banyak "gurita besar" berkembang biak dengan baik tanpa ada yang mengusiknya. Oya dari tadi kita ngomongin gurita, sebenarnya apa sich gurita itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Online ada dua pengertian: gu·ri·ta (noun) ikan mangsi; cumi-cumi, Onychoteuthis engulata; kalau meng·gu·ri·ta (verb) melilit sesuatu dengan kuat (seperti tangan-tangan gurita): bisnis anak pejabat itu besar dan ~ krn menjarah bank-bank swasta di negeri ini. atau gu·ri·ta n kain pembalut dada atau perut anak-anak (kalau yang ini ibu-ibu kompasianer pasti tahu semua) Kalau yang ini semua yang pernah merawat bayi pasti tahu, sayang tidak bisa dimakanhmmmm......nyammmi...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI