Mohon tunggu...
Minami
Minami Mohon Tunggu... pegawai negeri -

@maharsiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Agus Martowardojo di Mata Bekas Staf Aburizal Bakrie

25 Mei 2010   03:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:59 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_149357" align="alignleft" width="186" caption="Fajar baru kah? (foto agusmartowardoyo.wordpress.com)"][/caption]

Seperti yang telah saya sebutkan dalam postingan terdahulu bahwa kehadiran Agus Martowardojo menggantikan Sri Mulyani Indrawati adalah sebuah fajar baru, harapan baru akan kelanjutan reformasi birokrasi di kementerian keuangan.

Ibarat pertandingan sepakbola kelas dunia, mengganti seorang pemain harus melalui banyak pertimbangan, apalagi yang diganti seorang striker. Menurut opini pribadi saya, keputusan Presiden SBY menempatkan Agus Marto sebagai “striker” kementerian yang mengemban amanah uang rakyat tersebut sudah tepat. Namun demikian, penggantian tersebut seolah telah menimbulkan kesan penzaliman terhadap wakil menkeu lama sekaligus Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Anggito Abimanyu.

Kesalahan pihak istana karena tidak cermat meneliti administrasi kepegawaian Anggito berbuah tidak jadinya dia dilantik bersama wakil-wakil menteri lain. Penyebabnya jabatan Anggito masih eselon IB padahal syarat wakil menteri sudah harus eselon IA. Waktu itu Anggito tengah mengurus perubahan eselon tersebut. Karena harga diri, dia akhirnya mundur dari Kementerian Keuangan yang telah dihuninya selama hampir satu dasawarsa.

Ungkapan hati saya tentang optimisme ekonomi Indonesia di tangan Agus Marto, kemarin diamini juga oleh pendiri lembaga riset Independent Research & Advisory Indonesi, Lin Che Wei.

Dalam kolomnya di harian thejakartapost versi online Senin, 24 Mei 2010, ia berpendapat penggantian menteri keuangan dengan seorang bankir profesional sekelas Agus Marto adalah logis dan pada tempatnya.

Di sana Lin Che Wei berkata, Agus adalah individu yang sangat sangat kredibel dengan track record bersih dan resume yang mengesankan sebagai bankir komersial. Sebagai mantan analis perbankan, saya mencoba memberikan sebuah wacana dan pemikiran khas seorang bankir.”

Tambahnya, “Konsep-konsep inti yang biasanya akan ditemukan pada seorang bankir komersial adalah: manajemen risiko, mengikuti prosedur kaku -pada bank komersial sebagai industri yang sangat diatur- dan optimalisasi keuntungan. Bankir juga diharapkan tanpa kompromi menentang tekanan politik pada keputusan komersial atau kriteria pinjaman. Bankir juga cenderung lebih berfokus pada isu-isu ekonomi mikro bukan isu-isu ekonomi makro.”

Persoalannya di sini bukan hanya kualitas penggantian. Saat SMI menjabat menkeu, dia diibaratkan seorang “striker” yang memiliki banyak peluang mencetak gol ke gawang lawan. Tapi karena banyak tekanan dan manajer tidak ingin membuat suasana lapangan bertambah pelik, dengan terpaksa dia harus mengganti striker tersebut.

Sebenarnya, terkait penggantian itu masalah yang lebih penting adalah waktu dan alasan untuk itu. Menggantikan “striker” yang memiliki kesempatan terbaik mencetak gol layak mendapat penjelasan logis dari manajer. Meski itu adalah hak prerogatif manajer untuk menggantikan pemainnya, namun manajer juga bertanggung jawab kepada publik atas tindakannya.

Di samping konsep utama yang dimiliki seorang bankir komersial, hal-hal berikut ini juga perlu dikuasai olehnya meliputi: mengambil risiko, manfaat sosial, berjuang untuk reformasi dan melawan pengusaha yang biasanya menjadi stakeholders paling penting.

Apa tanggung jawab Agus Marto paska pelantikan minggu lalu?

Pertama, saat ini Indonesia sedang menghadapi ancaman eksternal yang serius mengingat dampak dari masalah utang Yunani. Kedua, di lingkungan internal sendiri, Indonesia sedang dalam proses reformasi di Kementerian Keuangan (reformasi pajak, bea cukai, dan pasar modal) dimana pertempuran melawan kepentingan-kepentingan bisnis tingkat tinggi.

Ketiga, Indonesia adalah dalam proses mencari keseimbangan antara pertimbangan ekonomi dan pertimbangan politik (mengikuti dilema bailout Bank Century). Keempat, menteri keuangan perlu lebih berfokus pada isu-isu ekonomi makro daripada masalah ekonomi mikro, sedangkan Agus selama ini lebih condong ke sektor riil atau mikro, pemberian kredit usaha misalnya.

Dalam testimoninya Lin Che Wei menjamin integritas Agus Marto. Jaminan itu terkait integritas dan kemampuan Agus ketika menangani bank komersial terbesar di Indonesia aka Bank Mandiri. Menteri keuangan baru akan langsung diuji oleh krisis global yang akan selalu mengancam Indonesia. Bersyukur badai 2008 lalu kita bisa lolos di bawah tangan-tangan yang berkompeten, setelah belajar dari pengalaman 1997/1998.

Dan tidak bisa dilupakan oleh Agus Martowardojo, dia juga akan diuji oleh para politisi yang sama yang memposisikan diri melawan dirinya saat pemilihan gubernur bank sentral silam. Publik Indonesia pun sudah hafal siapa “lawan-lawan” politik Agus ketika itu. Namun sebagai warga negara yang baik, kita semua berharap bahwa menteri keuangan baru akan mampu menunjukkan kualitas kepemimpinan yang benar dan kenegarawanan.

Itulah sekelumit analisis Lin Che Wei yang saya sarikan dari harian The Jakarta Post kemarin. Sekedar untuk diketahui saja, dia adalah mantan staf ahli Menko Perekonomian sebelum diganti Boediono pada resuffle Kabinet Indonesia Bersatu I yang sekaligus Ketua Umum Partai Golkar saat ini, Aburizal Bakrie aka Ical, kompasianer Linda menyebutnya Si Dagu.

Lebih lengkap profil mantan bawahan Ical tersebut bisa dilihat di situs wikipedia. Berikut data singkatnya :

Lin Che Wei lahir di Bandung, 1 Desember 1968 (usia 42 tahun) adalah seorang analis pasar modal Indonesia. Dia memulai karirnya sebagai analis keuangan di beberapa perusahaan asing antara lain WI Carr, Deutsche Bank Group dan Societe Generale. Analisanya yang kontroversial di dalam membongkar skandal Bank Lippo menyebabkannya berurusan dengan pengadilan dan dituntut sebesar Rp 103 milyar oleh pengurus Grup Lippo.

[caption id="attachment_149366" align="alignright" width="145" caption="Musuh Grup Lippo (foto tempo.co.id)"][/caption]

Kasus ini menyebabkan Lin Che Wei mendapatkan penghargaan Tasrif Award dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Lin Che Wei merupakan penerima penghargaan Indonesian Best Analyst dari AsiaMoney Magazine dan The Most Popular Analyst Award" untuk tahun 2002 dan tahun 2004. Sejak pertengahan 2007, ia menjabat sebagai CEO dari Sampoerna Foundation (filantropis terbesar milik keluarga Sampoerna di Indonesia yang berfokus pada pendidikan). Ia juga mendirikan lembaga riset Independent Research & Advisory Indonesia.

Lin Che Wei pernah menjabat sebagai Presiden Direktur dari Danareksa (Perusahaan Investment Banking terbesar milik Pemerintah Indonesia) dari 2005 sampai pertengahan 2007. Ia juga pernah menjabat sebagai staf khusus dari Menteri Negara BUMN, Sugiharto dan Staf Khusus dari Menko Perekonomian Aburizal Bakrie.

Mulai terlibat dengan pemerintahan setelah menjadi salah seorang panelis di dalam debat Calon Presiden di tahun 2003. Lin Che Wei menjadi panelis dari pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Lin Che Wei menjadi sekretaris timm perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan Exxon di dalam mencari penyelesaian ladang minyak di Cepu yang berhasil diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan S1 dari Universitas Trisakti dan MBA dari Universitas Nasional Singapura.

Sekedar wacana, mudah-mudahan Agus Marto memang sebuah fajar baru di senjakala negeri ini (mengutip istilah kompasianer Bapaeogi).

Artikel terkait: Menkeu Baru, si Dagu Tetap Blingsatan

[caption id="attachment_149358" align="aligncenter" width="550" caption=""Saya yang menang." (foto kampanyepemiludamaiindonesia.com)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun