Mohon tunggu...
Minami
Minami Mohon Tunggu... pegawai negeri -

@maharsiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menkeu Baru, si Dagu Tetap Blingsatan

20 Mei 2010   06:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:05 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tergelitik merespon tulisan kompasianer Dhamas semalam berjudul Menkeu Baru, Tunggu Postingan Minami, mau tidak mau siang ini saya posting juga penantiannya. Mudah-mudahan tidak terlalu basi dan tidak mengecewakannya. Tadi saya sempat membaca tulisan terpopuler hari ini. Ada dua tulisan yang cukup menarik perhatian, pertama postingan Sapri Pamulu mahasiswa Ph.D Queensland University of Technology, Brisbane Australia dengan judul Agus Menkeu, Selamat Untuk Ical (Golkar)?. Tulisan kedua berjudul Aku, Si Dagu, Ingin Sri Mulyani Segera Pergi karya jurnalis senior Linda.

Terkait ketiga latar belakang tersebut, sudi kiranya saya membuat judul seperti di atas. Sekedar berbeda pandangan dengan Sapri Pamulu, tentu dari sudut pandang saya yang masih terbatas. Dia menyebut terpilihnya Agus sebagai pengganti Sri Mulyani adalah kemenangan Ical dan Golkar karena dianggap sesuai dengan kriteria yang diajukan mereka. Padahal bukan rahasia umum bahwa pilihan Ical dan Bamsat sebenarnya adalah Anggito Abimanyu. Link-nya bisa dilihat di bagian akhir artikel ini. Jadi jika tidak benar, harap dimaklumi. Sedangkan nama si Dagu saya kutip dari Linda, mohon diperkenakan.

Sewaktu membuat postingan tentang calon pengganti Menkeu Sri Mulyani pada 19 Januari 2010, saya berharap penggantinya adalah seorang tokoh profesional berkelas bernama Aviliani. Sekedar mengingatkan, waktu itu menkeu diisukan akan dicopot seiring deal-deal politik SBY-Ical pasca diungknya bailout Bank Century tahun 2008.

Di sana saya membuat tiga prediksi yang belakangan memang terjadi. Pertama, soal respon negatif pasar jika SMI jadi dilengserkan. Beberapa menit pasca pengumuman pengunduran diri menkeu, bursa IHSG langsung anjlok sampai lebih dari 100 poin (2%). Kedua, soal tujuan diadakannya pansus Bank Century. Di sana saya menulis, “Akan ada banyak arus pertentangan sekaligus membuktikan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa tujuan dibentuknya Pansus Century hanyalah untuk mendongkel posisi Menkeu saat ini yang memang membuat gerah banyak koruptor dan pengusaha hitam seperti Aburizal Bakrie”.

Ketiga, soal kekayaan Bakrie. Dalam postingan tersebut saya menyertakan link postingan sebelumnya yang menyatakan kekayaan Bakrie akan meningkat di tahun 2010 seiring perlakuan Presiden SBY terhadapnya. Artinya, terdepaknya SMI dari kursi menkeu awal Mei lalu dan mesranya hubungan SBY-Ical, membuat dia dan kroni-kroninya tertawa lebar (meski untuk sementara). Bagaimana tidak, seiring kepergian SMI ke World Bank, tidak akan ada lagi pihak-pihak yang menggugat kerajaan bisnisnya, seperti urusan royalti perusahaan batu bara, pajak Bumi Resource, pelanggaran HAM Lumpur Lapindo, dan disvestasi PT Newmont Nusa Tenggara.

Sayang, calon menkeu yang mereka gadang-gadang, yakni Anggito Abimanyu gagal naik ke ‘pelaminan’ seperti harapan Ical, Bamsat, dan kroninya. Entah apa motivasi mereka ‘cinta berat’ terhadap Kepala Badan Fiskal Kemenkeu tersebut sehingga ‘melamar’ SBY agar memilih bawahan SMI tersebut.

Tinggal satu yang kini belum terjadi, yakni soal SMI for President RI 2014. Sebagaimana kita ketahui, bangsa ini sangat mudah disentuh hati dan simpatinya. Dua kasus sebelumnya yang saling berkaitan antara dizaliminya Megawati oleh presiden sebelumnya, dan SBY oleh presiden sebelumnya, dan kini Sri Mulyani oleh presidennya. Di sana saya menulis, “Kebetulan yang betul-betul jika nanti, Presiden SBY akan menerima ‘karma’-nya. Di mana popularitas Sri Mulyani akan naik dan mengantarnya ke kursi RI-1 atau kursi RI-2”.

Maaf, untuk Kwik Kian Gie dan Fuad Bawazir, apalagi sekedar pengamat ekonomi politis (maksudnya terkooptasi partai politik), tidak saya masukkan hitungan. Alasannya dan keterangan uraian di atas bisa pembaca buka pada bagian akhir tulisan Ini Dia (Calon) Menkeu Pengganti Sri Mulyani.

Jusuf Kalla dan Saya Ternyata Salah

Jujur saya termasuk pengagum Jusuf Kalla meski dia seorang politisi di sarang penyamun dan konglomerat yang menggurita di negeri ini. Dia adalah tokoh besar yang cekatan, cepat mengambil tindakan, dan pro rakyat terutama pengusaha pribumi (termasuk Ical barangkali). Menjelang pemilu 2009 lalu, saya bergabung dengan grup facebook “Jusuf Kalla For President 2009”. Namun, entah mengapa saat pemilu saya tidak memilih JK-Wiranto. Belakangan keputusan itu ternyata ada hikmahnya, dapat kita saksikan hasil akhir kasus Bank Century, seperti kata hati nurani saya kemenangan ada di tangan SMI. Jusuf Kalla sendiri seperti menyimpan sebuah rahasia yang barangkali hanya dia, SBY, Ical dan Golkar saja yang tahu.

Tulisan saya tentang Jusuf Kalla cukup banyak, bisa pembaca cari di postingan-postingan terdahulu.

Terkait prediksi menkeu baru pengganti SMI, saat ditanya wartawan di Jatinangor, Jawa Barat Sabtu (15/05/2010) kemarin, Jusuf Kalla sempat memperkirakan menkeu baru adalah seorang perempuan. Namun, dia tidak menyebut spesifik nama perempuan yang dimaksud.

Ternyata perkiraan kami berdua meleset. SBY telah memilih dua punggawa ekonomi yang cukup matang dan memenuhi segala persyaratan untuk menggantikan Sri Mulyani. Syarat dimaksud diantaranya menguasai kebijakan fiskal dan moneter, serta diterima pasar. Ada lagi syarat tambahan yang dikemukan oleh Jusuf Kalla, yakni mampu memacu usaha sektor riil.

Semua itu memang ada pada diri menkeu baru, Agus Martowardoyo. Bahkan dulu dia sempat diajukan Presiden SBY sebagai kandidat Gubernur Bank Indonesia, tapi langkahnya terjegal DPR. Keponakan Jusuf Kalla sekaligus Ketua Umum Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), Erwin Aksa mengatakan langkah penujukan Agus sangat tepat sebab Dirut Mandiri itu dianggap sukses memimpin bank tersebut. Chief Executive Officer (CEO) Bosowa Grup ini menilai Agus juga dekat dengan sektor riil dan memahami benar kebutuhan dunia investasi.

Jejak pria kelahiran Amsterdam, 24 Januari 1956 ini sepertinya tidak lepas dari bank, dengan track record yang cukup bagus. Sejak Mei 2005, Agus menjadi Direktur Utama Bank Mandiri menggantikan pejabat lama, ECW Neloe. Ia masuk pada 1998 dan menduduki jabatan dari Managing Director Risk Management and Credit Restructuring pada tahun 1999, Managing Director Retail Banking and Operation Coordinator (2000), dan Managing Director Human Resources and Support Services (2001).

Sebelumnya, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) pada 1984 ini adalah Dirut Bank Permata selama tiga tahun (2002-2005).

"Jabatan ini kan amanah," kata Agus kala pelantikan sebagai Dirut Bank Permata.

Lulus kuliah, Agus bekerja di Bank of America melalui Officer Development Program sebagai International Loan Officer. Sesudah itu, mulai 1986, Agus hengkang ke Bank Niaga hingga 1994. berturut-turut dia menjabat sebagai Deputy Chief Executive Officer di Maharani Holding (1994), Direktur Utama di Bank Bumiputera (1995-1998), dan Direktur Utama di Bank Ekspor Impor Indonesia (1998).

Di lingkungan organisasi perbankan, Agus adalah Ketua Umum Perbanas (Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional Swasta) periode 2003-2006. Agus juga mengikuti berbagai kursus perbankan dan manajemen, termasuk di State University of New York, Buffalo, AS; Stanford University, Palo Alto, AS; dan Institute of Banking and Finance, Singapura. (Sumber : kompas.com)

Wakil Menteri Itu Paling Bersih di Kemenkeu

Sebagai pendamping Agus Martowardoyo, SBY memilih Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Anny Ratnawati. Bagi Ical dan Golkar, barangkali penunjukan Agus-Anny tersebut cukup membuat mereka senewen pasalnya harapan menaikkan Anggito ke Lapangan Banteng 1 gagal total. Bahkan posisi wamenkeu saja tidak dia peroleh.

Wanita kelahiran Yogyakarta pada 24 Februari 1962 itu, memulai kariernya sebagai dosen dan peneliti di IPB. Doktor lulusan IPB ini memiliki kesamaan dengan Presiden Yudhoyono yang memperoleh gelar doktor di perguruan tinggi di Bogor, Jawa Barat itu.

Di Kementerian Keuangan, Anny sempat menempati posisi Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Lalu pada 8 Juli 2008, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarawati melantik Anny Ratnawati sebagai Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. Anny menggantikan Achmad Rochjadi yang meninggal pada Juni 2008. (Sumber: kompas.com)

Wanita yang tidak banyak bicara ini juga pernah duduk dalam Badan Supervisi Bank Indonesia pada 2005 hingga 2008. Sebagai workaholic di lingkungan Kemenkeu, sepak terjangnya telah mendapat apresiasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Ditjen Anggaran di bawah kepemimpinannya menjadi institusi pemerintah paling bersih. Sebuah prestasi luar biasa dimana dulunya DJA adalah dapurnya penganggaran seluruh instansi yang terkenal banyak tikusnya. Sarang tikus di lapangan banteng, begitu kira-kira anekdotnya.

Epilog

Terpilihnya duet maut Agus-Anny (AA) cukup membuat saya pribadi optimis terhadap perkembangan ekonomi bangsa ke depan. Reformasi birokrasi yang tadinya terancam sepeninggal SMI berangsur menemukan titik terang kembali dengan terpilihnya tokoh-tokoh yang berkompeten. Bukan politisi berijazah palsu atau pun profesional politis seperti yang saya sebut di atas.

Bibit-bibit integritas dan profesional yang telah ditanamkan pendahulunya tentu akan ikut menyertai institusi Kementerian Keuangan, bukan menguap begitu saja seiring kepergian pencetus reformasi birokrasi.

Fajar baru telah tiba. Agus Martowardoyo adalah lelaki, sedangkan Sri Mulyani seorang perempuan. Tulang rusuk yang bengkok saja mampu menegakkan tubuhnya yang berat mengangkat Rp 1.000 triliun lebih uang amanah rakyat, apalagi tulang punggung laki-laki itu. Di balik belakang laki-laki hebat tentunya terdapat perempuan yang hebat pula, yakni Bu Anny. Rupanya Pak Beye terobsesi dengan Ani, kini dia dikelilingi tiga wanita dengan panggilan yang sama, sayang masih kurang satu lagi, Bu Ani Aviliani.

Kami tidak mengkultuskan SMI, namun menjunjung tinggi profesionalitas dan integritas di negeri para bedebah ini. Kemarin saya baru mengulas saudara ‘semarga’ menkeu baru kita, Dian Sastrowardoyo beserta mertuanya. Kini hari-hari kami akan diisi oleh “bankir” ternama itu, mudah-mudahan dia mampu meneruskan perjuangan Sri Mulyani membersihkan negeri ini, dimulai dari “rumah” kami. Sukur-sukur kalau banknya dulu mau memberi kredit berbunga nol persen untuk pegawainya sekarang, hehe...

Kemarin kami juga baru mengucap “Selamat Jalan Ibu Sri Mulyani” sekarang kami harus menyambut Anda dengan “Selamat datang Pak Agus Martowardoyo”. Salam integritas!

Tentang siapa sebenarnya Anggito Abimanyu sehingga saya kurang mempercayainya bisa pembaca buka artikel detiknews ini dan thejakartapost di sini. Mudah-mudahan ada gambaran awal tentang dirinya, seandainya itu hanya “strategi tepuk balik” Ical dan Golkar, hal tersebut di luar pengetahuan saya. Mohon maaf jika keliru.

Artikel sebelumnya : Mengenal Keluarga Mertua Dian Sastro

Artikel terkait : Breaking News: Bamsat Diangkat Jadi Menkeu (pantas sekarang sudah jarang nongol di teve saking sibuknya, obyekan jadi berkurang ya, Bams?)

Agus, jangan kecewakan bangsamu. Ical, she’ll be back !!!

______________________________________________________

Catatan untuk Dhamas : Sekian dulu ya mas Dhamas, maaf belepotan, sekalian mohon dibantu balas komen (kalau ada), saya masih ada tugas khusus, hehe..



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun