Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - mpsyndicates

Ghost Writer: "Mengubah Problem Menjadi Profit" Kontak: 085773537734 Sebagai seorang ghost writer, fokus utama adalah membantu individu, perusahaan, atau organisasi dalam menyampaikan gagasan, pengalaman, dan pesan secara efektif melalui tulisan. Dengan tagline "Mengubah Problem Menjadi Profit," saya mengusung visi untuk menjadikan setiap tantangan sebagai peluang untuk menciptakan karya yang bernilai. Proyek Penting: Salah satunya adalah blueprint pencitraan DKI 1 menuju RI 1 Keunggulan: - Mampu mengubah ide mentah menjadi narasi yang kuat dan menarik. - Berpengalaman dalam menyusun biografi, artikel, hingga naskah buku sesuai kebutuhan klien. - Komitmen terhadap kualitas dan kerahasiaan dalam setiap proyek. Tidak hanya menawarkan jasa penulisan, tetapi juga solusi strategis untuk menjawab berbagai persoalan klien melalui kekuatan literasi di ranah media/kehumasan/public relation.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bripka Syamsuddin, Polisi yang Rela Gadaikan Rumah Demi Pendidikan Anak Yatim di Pelosok NTT

6 Januari 2025   12:28 Diperbarui: 6 Januari 2025   12:28 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bripka Syamsuddin, anggota Bagops Polres Manggarai dan istri, Rini Mulyasari. (foto.ist)


Ruteng, Manggarai -- Di tengah hiruk-pikuk tugas sebagai penegak hukum, kisah seorang polisi di pelosok Nusa Tenggara Timur (NTT) ini menjadi secercah harapan bagi anak-anak yang terancam putus sekolah. Adalah Bripka Syamsuddin, anggota Bagops Polres Manggarai, yang mengabdikan hidupnya untuk membangun dua sekolah gratis bagi anak-anak yatim dan kurang mampu di Desa Cuncalawar, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai.

Tanpa ragu, ia menyumbangkan gajinya, bahkan menggadaikan sertifikat rumah demi mewujudkan mimpi ini. Bersama sang istri, Rini Mulyasari, ia mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Deen Assalam dan Raudhatul Athfal Deen Assalam di bawah naungan Yayasan Fii Sabilillah sejak tahun 2019.

Kisah perjuangan Bripka Syamsuddin lahir dari pengalaman pahitnya sendiri. "Saat saya kelas satu SMA, bapak saya meninggal dunia. Saya hampir putus sekolah. Dari situ saya bertekad, anak-anak yatim di sekitar saya tidak boleh merasakan hal yang sama," ungkapnya.

Namun, perjalanan mendirikan sekolah ini jauh dari kata mudah. Biaya operasional menjadi hambatan utama. "Saya gadaikan gaji saya, kemudian remunerasi dengan jaminan ijazah SMA. Tapi tetap kurang. Akhirnya, sertifikat rumah saya gadaikan di bank, dan sampai saat ini belum ditebus," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Bahkan, demi kelangsungan sekolah, ia sempat berniat menjual rumahnya. Beruntung, sang istri dengan setia mendampingi perjuangan itu. Rini memilih berjualan kue untuk menambah penghasilan keluarga. "Kadang ambil gaji saja malas karena cuma Rp200 ribu sisanya," katanya, sambil tersenyum getir.

Bripka Syamsuddin dan istri tercinta, Rini Mulyasari (foto.ist)
Bripka Syamsuddin dan istri tercinta, Rini Mulyasari (foto.ist)


Minimnya dana tak mematahkan semangat mereka. Dengan tangan kreatif, Rini mengubah barang-barang bekas menjadi fasilitas bermain anak-anak. Ban mobil bekas dan besi dari bengkel diolah menjadi mainan edukatif untuk siswa di taman kanak-kanak. "Barang-barang itu kami pikul sendiri dari bengkel, lalu kami sulap jadi mainan anak-anak," ujarnya.

Tak hanya fasilitas sederhana, sekolah ini juga menorehkan prestasi. Pada tahun 2022, siswa-siswi RA Deen Assalam meraih juara dalam Lomba Kreativitas Siswa RA Tingkat Nasional. Sekolah ini bahkan telah terakreditasi B sejak 2021.

Kapolres Manggarai, AKBP Edwin Saleh, turut bangga atas dedikasi luar biasa Bripka Syamsuddin. "Apa yang dilakukan beliau sangat inspiratif. Semoga tahun ini beliau diberi kesempatan untuk sekolah naik pangkat," ujar Edwin, penuh harap.

Namun, apresiasi terbesar datang dari sang istri. "Saya bangga memiliki suami seperti bapak. Kami akan terus berjuang demi pendidikan anak-anak di sini," tegas Rini.

Menginspirasi Indonesia

Kisah ini adalah panggilan bagi kita semua. Bripka Syamsuddin dan istrinya menunjukkan bahwa pendidikan adalah hak yang harus diperjuangkan, bahkan di pelosok negeri. Dengan segala keterbatasan, mereka membuktikan bahwa niat tulus dan kerja keras mampu mengubah hidup banyak orang.

Semoga kisah ini menggugah hati kita untuk turut mendukung pendidikan anak-anak yang membutuhkan, baik melalui sumbangan, waktu, atau hanya sekadar menyebarkan inspirasi ini. Karena di balik setiap anak yang bisa bersekolah, ada harapan yang menyala untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun