Mohon tunggu...
harry isuba
harry isuba Mohon Tunggu... -

orang yang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mereposisi Makna Guru

29 Juni 2010   10:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:12 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini saya buat dengan imajinasi yang seketika itu muncul tatkala seorang teman menanyakan kepada saya tentang makna guru. Lebih dari setahun yang lalu diskusi hangat di kelas memaksa saya untuk berpikir keras tentang siapa sebenarnya guru itu. Hal yang simple memang namun menjadi begitu berarti manakala kita tidak pernah mencoba memikirkan hal yang simple itu. Saya teringat akan berbagai pelajaran bahasa Indonesia yang saya terima sejak SD menempatkan kata guru dalam daftar kata yang mengalami pe-reduksi-an makna. Sekali lagi mungkin ini jarang terpikir, apa akibatnya reduksi makna guru? Atau kenapa makna guru harus tereduksi?

Awal Mula.

Sebelum masuk ke bahasan yang lebih dalam tentang makna guru dan bagaimana nantinya kita mampu mereposisi makna guru tersebut, baiknya kita kaji terlebih dahulu pemahaman akan makna guru. Pemahaman ke-guru-an akan mengantarkan kita pada suatu abstraksi tentang bagaimana makna guru yang sesungguhnya dan bias jadi akan membawa kita dalam kerangka reposisi yang kita cari.

Guru (dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Kaitan ini memang sangat erat mengingat masa lalu Indonesia didominasi oleh kebudayaan dari India. Arti dan maknanya sangat jelas, yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Ilmu apa? Apa saja. Dalam level ini, guru memiliki kedudukan yang begitu tinggi dan ditinggikan sebagai seorang yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari siapapun bahkan melintasi ruang kasta. Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya. Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva. Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi, karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran Sepuluh Guru Sikh. Hanya ada sepuluh Guru dalam agama Sikh, dan Guru pertama, Guru Nanak Dev, adalah pendiri agama ini.

Sekali lagi saya katakan, betapa guru memiliki kedudukan yang tinggi dan maha penting. Hal ini tentu tidak diperoleh dengan turun-temurun seperti halnya gelar kebangsawanan namun memang secara kualitas demikian. Lintas generasi dan lintas golongan terlihat sekali dalam mekaknai kata guru ini. Bahkan sang Maha Raja pun mengakui guru sebagai tingkatan Brahmana yang layak dijadikan tempat bertanya dan meramu ilmu.

Sekarang?

Inti dari tulisan ini sebenarnya adalah transisi dari makna guru yang lampau dengan sekarang. Kita, yang hidup pada masa ini harus menelan penjelasan yang terstruktur dengan jelas dalam Undang-Undang Guru tentang siapa sejatinya guru tersebut. Pernah dalam suatu ujian lisan salah satu mata kuliah saya ditanya oleh dosen tentang arti guru. Spontan saya jawab pendidik. Hanya itu, tapi bukan berarti saya tidak memiliki sederetan nalar di belakang kata pendidik itu. Luas, saya katakan luas sekali sehingga saya hanya mampu mengatakan pendidik. Namun rupanya sang dosen tidak puas dengan jawaban saya dan melemparkan jawaban itu kepada teman saya yang dengan lancar menjawab bahwa guru adalah seorang pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dan dosen saya itu pun menyudahi pertanyaan itu seolah-olah jawaban teman saya sudah benar.

Bukan saya menyalahkan, bukan pula sebagai pembenaran. Namun ada yang tidak setara disini. Pikiran tentang guru yang ada dalam kepala saya dengan guru yang ada dalam pikiran teman saya itu. Saat ini guru rupanya dibendung oleh dinding-dinding tebal dan kokoh yang menempatkannya dalam ruang kelas bersama murid-muridnya. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain:Dosen, Mentor, ataupun Tutor. Profesionalisme guru memang tak salah untuk dilakukan, namun harus membawa kebaikan yang hakiki bagi pendidikan. Mungkin secara administrative hal ini disadari akan mampu menunjang pendidikan Indonesia tapi haruslah diingat bahwa pendidikan tidak bersendi pada unsure-unsur administrative saja, bukan pada kerangka kognitif saja namun juga pada segi afeksifitas yang membangun kesadaran naluriah.

Ruh guru harus disebarkan sebagai ruh pendidik yang secara luas menyebarkan ilmu demi ketercerahan kehidupan manusia. Guru adalah sosok yang membimbing muridnya menuju dalan rahayu bukan nilai normative yang cenderung melahirkan manusia-manusia yang materialis dan individualis. Makna-makna simbolis itulah sebenarnya yang kian lama mereduksi makna guru. Guru tak lagi dipandang sebagai orang yang luhur namun hanya sebatas pekerjaan saja. Dengan demikian masih pantaskah guru merengek dipanggil sebagai pahlawan tanpa tanda jasa?

Ironis memang menghadapi kenyataan dalam masyarakt sekarang. Ruh guru telah lama membumbung hilang digantikan oleh mesin-mesin pengajar yang melandaskan orientasinya pada keprofesionalisme semata demi mencari penghidupan. Saatnya bagi yang sadar untuk berjalan pada jalan guru, yang hanya memperlihatkan kebaikan tanpa memandang materi. Memang ini klise namun saya percaya, materi bukanlah maslah besar karena ia akan mengikuti langkah kebaikan namun jika materi yang dijalankan maka kebaikan tak akan mengikutinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun