“..Bicara dampak homoseksual, gak usah koar-koar soal HAM. HIV Aids ini masalah utamanya…”
Gelap begitu larut untuk disebut malam. Temaram langit Jakarta memang sedikit mencekam. Namun, tak menyurutkan puluhan pasien menunggu giliran di RS Restu Kasih Cililitan. Meski jarum jam bertengger di angka sembilan, denyut aktivitas pelayanan kesehatan masih berdetak, meski terdengar pelan.
Hampir lima jam lamanya, saya menunggu sang dokter selesai melayani ragam keluhan para pasien. Bukan, bukan untuk berobat. Sekadar bercakap-cakap, bertanya ihwal wacana homoseksual ditinjau dari aspek kesehatan. Kepada siapa? Beliau adalah Dokter Dewi Inong Irana, pakar kulit dan alat kelamin. Cum, relawan di salah satu LSM yang concern membina ratusan homoseksual.
Saat perbincangan dimulai, ia mengawali dengan satu pertanyaan menggelitik. “Bisa gak mereka yang homoseksual ini, tidak berhubungan seks?” tanyanya saat saya bertandang di awal April 2016.
“Kalau misalnya bisa, bahayanya tidak terlalu. Sekarang buat kami, dokter kesehatan (kulit kelamin), yang dikhawatirkan dari LGBT ini adalah HIV Aids. Karena dari situ penularannya,” lanjut dr Inong.
Dr Inong berpendapat, kaum homo ini pasti melakukan aktivitas seksual. Akibat dari perbuatan itulah yang dalam kacamata ilmu kesehatan sangat berbahaya. Menurutnya ada dua akibat dari perilaku seks bebas tersebut. Yaitu, HIV Aids dan Infeksi Menular Seksual (IMS).
Munculnya pertama kali HIV Aids ini, kisah dr. Inong, di Amerika tahun 1981. Ketika itu ditemukan pada lima laki-laki muda yang terserang sebuah penyakit baru, namun tak kunjung sembuh-sembuh. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), resiko penularan HIV Aids tertinggi, imbuhnya, terjadi pada Anus, Vagina, dan Mulut (seks oral).
“Ini data dari situs CDC (red_ http://www.cdc.gov), sementara orang gay melakukan seksnya dari anus dan mulut. Kita tahu anus itu adalah tempat bersarangnya kuman-kuman yang kotor, jadi numpuk penyakitnya,” kata dr. Inong.
“Baik interaksi antar dua kelamin, dubur-kelamin amat sangat membahayakan. Termasuk kelamin ke mulut. Banyak yang menyangka, seks oral tidak menyebabkan HIV Aids, padahal tadi, resiko penularannya menempati urutan ketiga,” lanjutnya.
Dr. Dewi Inong menjelaskan beberapa macam penyakit kelamin yang menular. Lewat smartphone-nya ia menunjukkan gambar-gambar yang membuat bulu kuduk terasa ngilu. Membayangkannya saja berujung mual, apalagi benar-benar mengalami hal itu. Bagaimana tidak, pembaca, nampak warna-warna merah pucat darah, kuning nanah, serta bentuk-bentuk serupa bengkak berjalar di bagian atau sekujur anggota tubuh. Naudzubillah..
Tidak hanya disitu, dr Inong ini juga menyebutkan beberapa penyakit yang baru muncul akhir-akhir ini akibat perzinahan, baik yang dilakukan oleh hetero, juga homoseksual.