Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Model - Art Modeling

Hanya seorang lelaki biasa yang senang mendengar hatimu bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Usus Buntu Dunia

25 Januari 2025   08:59 Diperbarui: 26 Januari 2025   13:12 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dedaunan hujan. (Unsplash/Mike Kotsch via kompas.com)

Jantungku putih, segugus awan di lengkung pagi.
Irislah, irislah,
dengan tangan bergetar, mata bercelah gagak,
di lorong sempit kata-kata mengasingkan.

Merah mengalir, corak marau terkuak,
takdir bersengau dalam bungah perasaanmu---
dan kata-kata lelah itu,
jatuh ke usus buntu dunia,
mencerna air mata asin,
mencari makna tak pernah tiba.

Aku setengah hidup, setengah gugur:
daun kering di hujung musim,
luka tak lekas pecah menjadi hujan.
Asap, bayi angin tak tahu arah,
jatuh ke tanah,
melumat ironi dari ingatan kabur.

Jantungku, cokelat merah tua,
seperti tanah memeluk akar.
Hapuslah, hapuslah,
dengan tangan terkoyak malam.
Kelopak waktu merekah,
darahku mengalir ke teluk jauh,
di mana cahaya tak pernah kembali.

AI DALL-E.
AI DALL-E.

**

M Sanantara
Bgr, 25012025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun