Mohon tunggu...
Jarot Mahardika
Jarot Mahardika Mohon Tunggu... Lainnya - Terus belajar

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Diam Diam Kita Mencintai Jonru

7 Desember 2014   09:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:52 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maafkan daku atas kesembronoaku menulis ini.  Mudah-mudahan menjadi kesembronoan yang bermanfaat. Memangnya ada kesembronoan yang bermanfaat?? Ya barangkali inilah wujudnya.

Pada usia teman-teman yang telah mengenal baca tulis, (karena bisa membaca tulisan ini) pastilah pernah mengalami pertemuan dengan Orang Gila, sengaja maupun tidak sengaja. Pertemuan itu bisa terjadi di mana saja, di jalanan, di pasar, di emperan toko, di stasiun, atau dimana saja yang memungkinkan manusia bisa hidup. Orang Gila juga orang, tapi meskipun orang, dia gila. Hehe,, yang gila jangan tersinggung ya.

Nah, mengapa saya memunculkan “Orang Gila” dalam tulisan saya kali ini, itu karena saya memiliki keyakinan yang mendekati kepastian bahwa orang yang saya omongkan tidak akan protes. Betul?? Jawab saja betul.. *Biar dikira waras, hehe..

Dalam perjumpaan kamu dengan Orang Gila, apa yang kamu lakukan? Ingat-ingatlah apa yang kamu   lakukan.. Banyak pilihannya lho, menghindar, ngumpet, lari, pura-pura tidak lihat, atau malah pura-pura gila? Wkwkwk.. kalau saya yang terahir.

Beruntung  jika Orang Gila itu hanya berjalan sambil lalu, bagaimana jika Orang Gila itu mengata-ngatai kamu sambil menuding-nuding muka kamu? Atau mengata-ngatai idola kamu, orang yang kamu sanjung-sanjung, orang yang kamu cintai, orang yang menjadi pilihanmu?

Kamu sakit hati? Marah? Benci? Atau malah tertawa sambil berlalu begitu saja dan menganggap semua sebagai hiburan gratis?

Masih ingat siapa yang waras siapa yang gila kan?

Kita ke tahap berikutnya.  Jika teman-teman punya akun sosial media, tentu teman-teman mengenal time line dan pasti pernah menjumpai artikel, pendapat, atau apapun yang bertentangan dengan ide kita kan... Saran saya, abaikan! Niscaya hidup kamu akan menjadi lebih tenang dan tidak terbebani sesuatu yang tidak perlu. Sebenarnya kamu  bebas memilih sih, saya juga tidak memaksakan tips saya.

Kamu bebas menyikapi orang-orang yang bertentangan ide dengan kamu seperti kamu menyikapi Orang Gila yang kamu jumpai di jalan tadi. Terkesan agak kejam ya, menganggap orang yang tidak seide adalah Orang Gila. Tapi yakinlah, Orang Gila tida memikirkan itu semua. Juga perasaanmu. Kamu   boleh diam saja, boleh menghindar, boleh tertawa, boleh balas marah, atau apapun saja. Tapi saran saya, pura-puralah gila.  Hehehe..

Dari semua tingkah kamu saat menjumpai Orang Gila, saya yakin kamu memilih melakukan sikap pasif. Ya, memang itu sikap paling waras yang bisa dilakukan. Jangan terbawa suasana, bertemu Orang Gila lantas kita ikutan gila. Malu, malu sama kolor! Biarin aja sih Si Jonru ngomong apa, kalau kamu  yakin orang yang kamu  idolakan tidak seperti yang digembar-gemborkan Si Jonru, maka saran saya pasif saja. Gausah sok-sok “Membela Kebenaran”, kebenaran itu ga perlu dibela-bela juga udah benar. Yang butuh dibela itu orang yang salah. Kecuali kalau kamu tidak yakin Dia benar. Hehe.. sorry agak tinggi, terbawa suasana gila soalnya.

Tau ga sih, kalo omongan Si Jonru ga ada yang nanggepin sebenernya hidup kita semua tenang-tenang aja, ga kotor juga time line kita gara-gara semuanya menegasikan omongan Si Jonru atau berusaha meluruskan dan dengan mengcopy omongan Si Jonru dulu pastinya. Makin kotor deh.. Anggap saja dia gila, selesai urusan! Selesai urusanmu, selesai juga urusan saya karena saya tidak perlu menulis semua ini. *padahal ga ada juga yang nyuruh nulis ya.. hehe..

Ada satu hal lagi yang perlu segera kita sadari bersama, dengan membenci sesuatu berarti kita telah melakukan tindakan aktif. Awalan me- pada kata membenci, menjadikan kata benci menjadi kata kerja (koreksi jika salah). Kerja berarti memerlukan energi, membutuhkan waktu dan menambah pikiran. Sama halnya dengan mencintai. Malah dalam konsep saya, benci adalah salah satu percabangan cinta karena mengeluarkan energi yang sama untuk melakukannya, sama-sama memakan waktu dan menambah pikiran. Jelas pendapat saya ini tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah tapi iya iyain aja ya... biar saya senang.  Nah, bisa jadi Diam Diam Kita Mencintai Jonru melalui percabangan cinta yang disebut benci tadi. Siapa yang tau..

Satu lagi sebagai penutup. Pipa menjadi kotor karena dialiri kotoran, apa jadinya jika yang keluar dari mulut kita lebih banyak menyakiti orang lain, atau memancing orang lain menjadi benci terhadap sesuatu? #mikir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun