Mohon tunggu...
Laksamana Mahardika
Laksamana Mahardika Mohon Tunggu... -

Lair di Medan 10 Agustus 1984, berdomisili di Medan, Provinsi Smatera Utara. Aktivitas yang dtekuni dibidang seni dan organisasi kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kerangka Gerakan Petani

23 April 2012   17:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:14 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bobot kemiskinan yang kian bertambah berat, beserta segenap problem struktural yang nyaris abadi yang dihadapi kaum tani, sepertinya menjadi konfirmasi nyata bahwa pemerintah memang tak tergerak mencarikan jalan keluar atas problem itu.

Jika pun ada klaim, bahwa pemerintah peduli atas nasib petani, maka klaim itu adalah klaim palsu, tak berbasis realita, dan cuma sekedar komoditas politik pencitraan yang menyesatkan. Namun di sisi lain, kemiskinan yang terus menggerus kaum tani, serta keberadaannya sebagai kelompok paling rentan menjadi korban konflik agraria, membuat semua itu menjadi sumbu potensial bagi gerakan tani itu sendiri.

Terkait gerakan tani di Indonesia, sejauh ini bisa dibaca dalam dua kerangka yang berbeda. Pertama, gerakan tani di Indonesia sekedar resistensi (perlawanan) terhadap gangguan subsistensi. Artinya, gerakan atau perlawanan petani baru akan muncul ketika terjadi gangguan terhadap batas-batas subsistensi kehidupan mereka. Sebaliknya, tak ada gerakan atau perlawanan jika tak ada gangguan atas subsistensi kehidupan mereka.

Subsistensi merupakan konsep khas masyarakat pedesaan yang agraris. Konsep ini merujuk pada perilaku ekonomi petani dalam upaya memenuhi kebutuhan jangka pendeknya. Dalam hal ini biasanya terkait pada sekali musim tanam. Kebutuhan ini bisa mencakup satu kelompok petani, maupun seorang individu petani saja.

Kedua, gerakan tani merupakan gerakan sistematis untuk mengubah struktur agraria. Gerakan ini memiliki tujuan-tujuan yang lebih jauh, berperspektif transformasi sosial. Bukan sekedar reaksi atas persoalan terlanggarnya batas-batas subsistensi semata. Kedua kerangka gerakan tani itu, semestinya dipandang bisa saling melengkapi. Dan di sinilah letak arti penting perumusan agenda perjuangan dan aksi bagi kaum tani Indonesia dewasa ini.

Namun di tengah keterhubungan antara satu sektor dengan sektor lainnya, maka agenda perjuangan petani bukan hanya perjuangan oleh kaum tani semata. Agenda perjuangan petani juga jadi agenda milik sektor-sektor lainnya. Begitu juga agenda strategis sektor-sektor lain, seperti sektor buruh, nelayan, pedagang, pertambangan, kehutanan, kaum miskin kota, sektor HAM, kesenian, dan sebagainya, perlu didukung oleh gerakan tani. Sehingga sinergitas dan solidaritas antar sektor gerakan itu dapat lebih efektif menggulirkan transformasi sosial sejati seperti yang dicita-citakan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun