Mohon tunggu...
Warra Mahardhika
Warra Mahardhika Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mencintai Indonesia dengan segala gugusan pulaunya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusuri Candi di Yogyakarta

13 April 2014   13:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397350535281088350

Pagi itu Yogyakarta cerah sekali, dan sangat cocok untuk melakukan perjalanan wisata. Hari itu hari minggu dan semua tempat wisata dapat dipastikan penuh dengan para wisatawan. Sebelum perjalanan wisata ini, saya pernah berkunjung ke sebuah candi diatas gunung dikawasan prambanan. Candi itu bernama Candi ngijo, disana saya berbincang-bincang dengan seorang penjaga candi tentang  keberadaan candi- candi lain di sekitar jogja  (khususnya sleman). Beliau merekomendasikan bahwa saya harus berkunjung ke candi kalasan, candi sari, candi plaosan, candi banyunibo, candi barong. Nah, oleh karenanya hari ini saya akan pergi ke beberapa candi yang direkomendasikan oleh penjaga itu.

Berbekal kendaraan bermotor lengkap dengan berbagai kelengkapannya dan tas ransel berisi kamera, tripod, sebotol air mineral saya pun akhirnya berangkat menuju candi-candi itu. Dengan kecepatan rendah, kunikmati setiap perjalanan menuju tempat wisata ini. Setelah 15 menit dari kota  Jogja, akhirnya sampai juga di objek candi yang pertama. Masuk ke objek wisata ini cukup membayar 2ribu rupiah saja dan kita bisa jalan-jalan sepuasnya disana. Candi ini masih sepi pengunjung, bahkan di hari minggu seperti ini pun pengunjungngya masih sepi sekali. Candi KalasanatauCandi Kalibening ini merupakan sebuahcandiyang dikategorikan sebagai candi umatBuddha.Candi ini berada di desaKalasan, Kabupaten Sleman, ProvinsiYogyakarta, Indonesia. Lebih tepatnya berada disisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo serta sekitar 2 km ke barat daricandi Prambanan.

Pada awalnya hanya candi Kalasan ini yang ditemukan pada kawasan situs ini, namun setelah digali lebih dalam maka ditemukan lebih banyak lagi bangunan bangunan pendukung di sekitar candi ini. Selain candi Kalasan dan bangunan - bangunan pendukung lainnya ada juga tiga buah candi kecil di luar bangunan candi utama, berbentuk stupa. Menurut papan informasi yang ada disana, Candi ini memiliki 52 stupa.

Berdasarkan prasasti Kalasan bertarikh 778 yang ditemukan tidak jauh dari candi ini menyebutkan tentang pendirian bangunan suci untuk menghormati Bodhisattva wanita, Tarabhawana dan sebuah vihara untuk para pendeta. Penguasa yang memerintah pembangunan candi ini bernama Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra. Kemudian dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti Kelurak tokoh ini dapat diidentifikasikan dengan Dharanindra atau dengan prasasti Nalanda adalah ayah dari Samaragrawira. Sehingga candi ini dapat menjadi bukti kehadiran Wangsa Syailendra, penguasa Sriwijaya di Sumatera atas Jawa

Dalam Prasasti Kalasan berhuruf Pre Nagari, berbahasaSanksekertaini menyebutkan para guru sang raja Tejapurnapana Panangkaran dari keluarga Syailaendra berhasil membujuk raja untuk membuat bangunan suci bagi Dewi Tara beserta biaranya bagi para pendera sebagai hadiah dariSangha. Profesor DrCasparis. menafsir berdasarkan prasasti Kalasan itu, Candi Kalasan dibangun bersama antara Budha dan Hindu. Sementara ituVan Rumond, sejarahwan dariBelandameyakini bahwa di situs yang sama pernah ada bangunan suci lain yang umurnya jauh lebih tua dibanding Candi Kalasan, sesuai hasil penelitian yang dilakukannya pada tahun 1928. Bangunan suci itu berbentu wihara yang luasnya 45 x 45 meter. Ini berarti bangunan candi mengalami tiga kali perbaikan. Sebagai bukti, menurutnya, terdapat empat sudut kaki candi dengan bagian yang menonjol. Pada bagian selatan candi terdapat dua relief Bodhisattva, sementara pada atapnya terdiri dari 3 tingkat. Atap paling atas terdapat 8 ruang, atap tingkat dua berbentuk segi 8, sedangkan atap paling bawah sebangun dengan candi berbentuk persegi 20 yang dilengkapi kamar-kamar setiap sisinya.

Setelah puas berjalan- jalan, motret, dan bertanya- tanya  di candi kalasan saya melanjutkan perjalanan selanjutnya. Di candi kalasan saya mendapat informasi bahwa 500 meter dari candi ini ada candi lagi. Saya pun pergi ke candi itu, tepatnya sekitar 500 meter timur candi kalasan (seberang jalan JL. Jogja-solo). Candi ini bernama Candi Sari, biaya tiket untuk masuk candi ini sama dengan biaya tiket Candi Kalasan (2 ribu rupiah). Setelah tiket didapat, saya pun bergegas mengelilinginya.

Candi Sariadalah candiBuddha. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zamanKerajaan Mataram Kunodengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa diCandi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.

Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief diCandi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.

Setelah puas mengelilingi dan berbincang- bincang dengan penjaga Candi Sari, saya pun melanjutkan perjalanan. Menurut keterangan penjaga disana bahwa relief Candi Sari hampir mirip dengan Candi Plaosan, maka dari itu tujuan selanjutnya adalah Candi Plaosan. Jarak Candi Sari dengan Candi Plaosan ini cukup jauh.  Candi Sari berada di barat Candi Prambanan, sedangkan Candi Plaosan berada di timur Candi Prambanan. Tiket masuk Candi Plaosan 5ribu rupiah, sedikit lebih mahal dibandingkan candi sebelumnya. Kompleks candi ini lebih besar dibandingkan dengan Candi Kalasan dan Candi Sari, maka dari itu tiket masuk lebih mahal. Selain itu, Candi Plaosan juga banyak pengunjung yang datang. Candi Plaosan terbagi menjadi 2 kompleks yaitu kompleks Candi Plaosan Lor dan kompleks Candi Plaosan Kidul.

KompleksCandi Plaosan Lormemiliki dua candi utama. Candi yang terletak di sebelah kiri (di sebelah utara) dinamakan Candi Induk Utara dengan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh wanita, dan candi yang terletak di sebelah kanan (selatan) dinamakan Candi Induk Selatan dengan relief menggambarkan tokoh-tokoh laki-laki. Di bagian utara kompleks terdapat masih selasar terbuka dengan beberapa arca buddhis. Kedua candi induk ini dikelilingi oleh 116 stupa perwara serta 50 buah candi perwara, juga parit buatan. Pada masing-masing candi induk terdapat 6 patung/arcaDhyani Boddhisatwa. Walaupun candi ini adalah candi Buddha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.

Candi Induk Selatan Plaosan Lor dipugar pada tahun 1962 olehDinas Purbakala. Sementara itu, Candi Induk utara Plaosan Lor  dipugar pada tahun 1990-an olehSuaka Peninggalan Sejarah dan PurbakalaJawa Tengah. Berbeda dari Candi Plaosan Lor,Candi Plaosan Kidulbelum diketahui memiliki candi induk. Pada kompleks ini terdapat beberapa perwara berbentuk candi dan stupa. Sebagian di antara candi perwara telah dipugar.

Setelah Candi Plaosan selanjutnya adalah Candi Banyunibo. Candi ini berada di sebelah selatan Candi Plaosan dan Candi Prambanan, tepatnya searah dengan Candi Ratu Boko. Candi Bayunibo berdiri diantara persawahan yang luas dan terselip diantara rerimbunan pepohonan dan jalan desa yang belum mulus teraspal dari jalan utama menuju kota.  Candi yang berlokasi di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Candi Bayunibo adalah peninggalan abad ke-9 yang diketemukan kembali pada tahun 1940. Candi Buddha yang berukuran kurang lebih 16m x 15m dengan tinggi 15m diperkirakan adalah candi induk yang memiliki enam buah candi perwara (pendamping) yang berada disisi selatan dan timur candi induk. Sekarang ini candi perwara hanyalah sebuah alas stupa dengan puing-puing batu yang berserakan.

Memasuki Candi Banyunibo kita akan menaiki tangga yang dibagian depan sisi kanan dan kiri akan disambut arca singa. Setelah naik di ujung tangga kita akan melihat pintu masuk dengan hiasan relief yang tidak sempurna karena ada beberapa batu baru terpasang tanpa dipahat sesuai yang aslinya. Pintu ini membentuk lorong sepanjang 1,5 meter dengan bentuk melengkung keatas dan terdapat beberapa relief yang terpahat di batu-batu tersebut--relief Dewi Hariti/dewi kesuburan pada dinding sisi utara dan relief suami Dewi Hariti /Vaisaravana di dinding bagian selatan. Di dalam ruang utama Candi Banyunibo ini, terdapat delapan buah jendela yang masing-masing terbagi dua di setiap sisi candi ini dan tiga relung tanpa arcaberada tepat di tengah-tengah jendela tersebut.

Setelah puas mengelilingi candi Banyunibo saya memutuskan untuk mengakhiri perjalanan wisata candi ini. Cuaca yang awalnya cerah dan bersahabat kini mulai sedikit mendung menghitam. Perjalanan wisata hari ini sangat mengesankan dan mendapatkan banyak  pengetahuan baru. Walaupun melakukan perjalanan sendirian dan ada satu candi yang belum sempat saya kunjungi yaitu Candi Barong tetapi perjalanan hari ini tidak mengecewakan.  Berharap dikemudian hari saya dapat melakukan perjalanan ke Candi Barong maupun ke lokasi wisata lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun