Melihat perkembangan Kerajaan Amarta yang semakin pesat dari waktu ke waktu, Prabu Duryudana khawatir semakin maju dan stabilnya kerajaan baru tersebut akan mengancam stabilitas Kerajaan Astina. Seperti kita ketahui bahwa Amarta sejatinya adalah hutan belantara yang luas dan berisi berbagai hewan buas dan dikenal angker. Hutan itu diberikan oleh Duryudana kepada Pandawa dengan maksud sebagai win win solution antara konflik kepentingan kedua belah keluarga.
Awal Kerajaan
Pandawa yang dikira sudah tewas ketika peristiwa kebakaran di balai sigalagala, tiba-tiba muncul di kerajaan Astina setelah menghilang selama dua tahun lamanya. Atas usulan Sengkuni lalu diberikanlah Alas Amer dengan maksud dan tujuan sebenarnya agar Pandawa tewas saat sedang membuka hutan angker tersebut. Namun ternyata Pandawa berhasil membangun sebuah istana dan terus berkembang.
Pemegang hak sah tahta Astina Pura sejatinya adalah Pandawa, tetapi mereka mau mengalah dan cukup bagi mereka kerajaan Amarta. Walaupun mereka harus membangun dari nol. Tetapi dengan bantuan kerja keras dan juga kerajaan sekutu akhirnya mereka mampu mendirikan kerajaan.
Sekutu
Siapa sajakah kerajaan-kerajaan sekutu Pandawa? Mereka mendapatkan sekutu karena selama dua tahun dalam perjalanan, mereka mengembara ke berbagai wilayah negara. Sekutu pertama yang mereka temui adalah Batara Antaboga yang juga menyelamatkan Pandawa dari kebakaran, akhirnya juga dia menjadi mertua dari Bima setelah Dewi Nagagini dinikahkan dengan Bima. Dari pernikahan ini lahirlah Antareja.
Sekutu kedua adalah Kerajaan Pringgodani. Hal ini terjadi setelah terjadi salah paham antara Raja Arumba dengan Bima dan berakhir dengan kematian Arumba. Ternyata adik perempuan Arumba, Arimbi, jatuh cinta dengan Bima. Awalnya Bima menolak karena Arimbi berwujud ditya. Bima mau menikah dengan Arimbi setelah Kunthi mendandani Arimbi menjadi putri yang cantik. Dari pernikahan ini lahirlah Gatotkaca.
Sekutu ketiga adalah kerajaan Ekacakra. Awalnya Ekacakra diperintah oleh Prabu Baka yang kanibal. Setiap keluarga akan digilir untuk mengirimkan manusia yang lalu menajdi santapa san raja. Ketika tiba jatah keluarga Ki Jrapa, Bima mengajukan diri untuk menjadi santapan sang raja. Tetapi yang terjadi akhirnya Prabu Baka tewas di tangan Bima.
Sekutu keempat adalah kerajaan Mandura. Sebenarnya hal ini sudah jelas terlihat karena Kunthi adalah adik perempuan dari Prabu Basudewa, raja Mandura. Tetapi pertemuan antara dua keluarga ini menarik karena bersamaan dengan kedatangan Kangsadewa ke kerajaan Mandura dan menantang Basudewa untuk beradu jago dalam medan pertempuran. Raden Ugrasena yang ditugasi mencari jago akhirnya bertemu Bima di tengah hutan, saat itu Bima sedang mencari Arjuna yang pergi tak juga kembali. Kangsa dan Suratimantra mati di tangan anak-anak Basudewa, Kakrasana dan Narayana, yang selama ini disembunyikan di Widarakandang. Selain itu Arjuna juga bertemu dengan Bratajaya yang akhirnya mereka berdua menikah.
Sekutu kelima adalah kerajaan Pancala. Suatu hari Prabu Drupada sedang mencarikan suami untuk putrinya tercinta, Dewi Drupadi. Kunthi memerintahkan Bima dan Arjuna untuk mengikuti sayembara tersebut dengan tujuan untuk mencarikan istri bagi putra tertuanya Puntadewa. Dan sayembara itu akhirnya dimenangi oleh mereka dan menjadikan Drupadi sebagai istri Puntadewa.
Dengan bantuan negara-negara sahabat ini lah pada akhirnya Amarta dapat berkembang dari awalnya hanya hutan menjadi negara yang kuat. Negara-negara sahabat lain nantinya akan bertambah seiring berjalannya waktu. Seperti negara Dwarawati yang dipimpin oleh Prabu Kresna, dan lain-lain.
Negara Berkembang dan Stabil
Dalam bahasa sekarang bisa dikatakan bahwa kemunculan Amarta sebagai negara baru yang stabil dan terus berkembang bisa-bisa membuat investor dan mitra bisnis lari ke negara baru tersebut. Lama-lama Astina akan ditinggalkan oleh negara-negara mitra karena melihat Kerajaan Amarta lebih terurus. Amarta diurus oleh orang-orang yang jujur dan berdedikasi, serta tegas terhadap tindakan-tindakan korup. Berdeda dengan Astina yang banyak diisi oleh pejabat-pejabat korup dan culas dalam struktur birokrasi mereka.
Para negara-negara sahabat akan memilih negara yang stabil keamanannya, pemberantasan hukum yang tanpa pandang bulu, dan saling menghargai antara kedua belah pihak. Tidak mungkin akan memilih pada kondisi sebaliknya jika ingin menjalin hubungan yang saling menguntungkan dan investasinya benar-benar terurus. Dan perkembangan yang pesat inilah yang menkhawatirkan Duryudana.
Kunjungan Kenegaraan
Setelah Amarta berhasil dibangun oleh pihak-pihak Pandawa, lalu Duryudana ingin melakukan kunjungan kenegaraan ke istana milik adik-adiknya tersebut. Dia ingin melihat perkembangan kerajaan yang pada awalnya masuk wilayah Astina Pura. Lalu diaturlah kunjungan tersebut oleh kedua belah pihak.
Ketika memasuki perbatasan dan lingkungan wilayah Amarta, Duryudana merasakan keterkejutan yang luar biasa. Dia melihat pembangunan Amarta yang begitu maju, penduduknya terlihat aman dan nyaman. Benar-benar kondisi negara yang bagus untuk berinvestasi dan menjalin kerjasama antar negara dalam berbagai bidang.
Duryudana lebih takjub lagi ketika dia memasuki istana Amarta. Dia benar-benar tidak mengira bahwa istana kerajaan Amarta lebih indah dari pada istana Astina Pura. Dia benar-benar iri dengan perkembangan Amarta dan keindahan istananya. Benar-benar tidak menyangka bahwa Amarta akan maju sepesat dan secepat ini dalam waktu singkat.
Selanjutnya, Duryudana merasa iri dengan perkembangan Amarta. Dia ingin memiliki Amarta kembali. Dia ingin berkuasa sepenuhnya atas tanah Astina, termasuk Amarta. Dia ingin memiliki istana Amarta yang begitu indahnya.
Sepulang dari kunjungan ke Amarta, dia lalu bercerita kepada teman dekatnya Sang Patih Sengkuni. Dia bercerita betapa inginnya dirinya untuk memiliki Amarta. Bagaimana dia ingin agar dia kembali menguasai Astiana Pura seutuhnya seperti sedia kala. Sengkuni pun tanggap dengan keinginan sang keponakan.Munculah ide licik dalam pikirannya tentang bagaimana nantinya Pandawa disingkirkan. Ide yang diajukannya adalah Duryudana mengundang Pandawa untuk main dadu. Dalam permainan ini nantinya Sengkuni akan berbuat curang dengan mengakali dadu tersebut.
Main Dadu
Puntadewa, Drupadi, dan keempat adiknya menghadiri undangan dari Kurawa untuk main dadu. Pada waktu itu permainan dadu antar raja merupakan suatu kehormatan sehingga pihak Amarta menghadirinya, walaupun sudah ada rasa curiga di antara mereka.
Pada permainan dadu tahap satu ini, awalnya kedua pihak silih berganti kemenangan. Tentu saja hal ini untuk menghindari kecurigaan dari pihak Pandawa. Sampai pada satu titik, Puntadewa selalu kalah. Dan akhirnya satu per satu miliknya dimenangkan Duryudana, setelah semua habis lalu Duryudana menantang Puntadewa untuk mempertaruhakn Drupadi, istrinya. Kekalahan kembali menerpa Puntadewa, dengan tidak sabar Dursasana hendak menelanjangi Drupadi. Tetapi peristiwa ini tiba-tiba diketahui oleh Destarastra. Dan membubarkan segala kesepakatan yang sudah terjadi.
Kecewa dengan permainan dadu tahap satu, Duryudana dan Sengkuni lalu merencanakan permainan dadu tahap dua. Seperti terjadi sebelumnya, Pandawa dan Drupadi datang. Dan kali ini mereka bertaruh kerajaan Amarta dan Astina. Pihak yang kalah harus pergi dari kerajaannya selama 12 tahun, dan di tahun ke 13 harus menyamar sebagai orang lain. Jika ketahuan penyamarannya maka harus mengulang 12 tahun dan seterusnya. Kita akhirnya tahu yang terjadi bahwa strategi Sengkuni untuk menjadikan Amarta menjadi milik Kurupati berhasil. Dengan dadu yang dicurangi, Pandawa harus menyingkir dari Amarta selama 13 tahun.
13 Tahun Pengasingan
Dua belas tahun dalam mejalani pengasingan, tentu saja banyak peristiwa yang terjadi.Katakanlah pada periode ini Arjuna banyak bertemu dengan beberapa perempuan yang lalu menjadi istrinya. Termasuk juga usaha-usaha Arjuna untuk mencari senjata-senjata ampuh untuk menandingi Kurawa. Sekali lagi, jika nanti perang antara kedua belah pihak terjadi maka ukuran head to head dan di atas kertas akan dimenangi oleh Kurawa. Taruhlah juga cerita-cerita tambahan yang bukan pakem juga terjadi pada periode ini, seperti lakon Pandawa dan Kurawa rebutan berbagai macam wahyu.
Memasuki tahun ketigabelas, Pandawa dan Drupadi melalukan penyamaran di wilayah negri Wirata. Sejatinya Prabu Matswapati masih mempunyai hubungan darah dengan mereka. Saudara perempuan Matswapati, Dewi Durgandini, adalah ibu dari Begawan Abyasa hasil pernikahan Durgandini dengan Palasara. Dan kita tahu bahwa Abyasa adalah kakek dari Pandwa dan Kurawa. Jadi dari sini kita bisa tahu bahwa Abimanyu itu sejatinya menikah dengan neneknya, karena Dewi Utari adalah anak Matswapati.
Ketika Pandawa menyamar di Wirata, sedang terjadi kekisruhan akibat perbuatan Kencakarupa, Rupakenca, dan Rajamala. Ketiga orang ini ingin melakukan kudeta dengan cara mengajak jago dari Matswapati melawan jago dari mereka si Rajamala. Cara kudeta yang sama dengan yang dilakukan oleh Kangsa kepada Basudewa. Dan Matswapti ternyata memilih Bima yang sedang menyamar sebagi Abilawa. Singkat cerita Rajamala kalah melawan Bima. Setelah kudeta yang gagal Kencakarupa jatuh cinta dengan Drupadi yang juga sedang menyamar. Dia mengejar Drupadi sampai bertemu Bima, dan dibunuhlah Kencakarupa. Dan juga Rupakenca yang mencoba membalas dendam kepada Abilawa.
Setelah penyamaran selesai, akhirnya mengakulah para Pandawa ini kepada Matswapati. Dan atas jasa-jasa mereka, terutama setelah Bima membunuh tiga bersaudara tadi. Maka Wirata akan menjadi sekutu dari Pandawa. Negara Wirata juga menjadi penyumbang dana terbesar bagi Pandawa saat peperangan Baratyuda nantinya terjadi.
Pada akhirnya ketika Baratayudha terjadi, ketiga putra Wirata, Seta, Utara, dan Wratsangka maju sebagai panglima perang. Dan mereka semua gugur di medan pertempuran.
Meminta Hak
Setelah 13 tahun menghilang, kembali lah Pandawa ke Amarta untuk meminta hak mereka. Namun, Duryudana ternyata menolak mengembalikan Amarta dengan alasan penyamaran Pandawa ketahuan. Padalah alasan sebenarnya adalah sifat serakah dari Duryudana. Dia tidak ingin berbagi lagi dengan Pandawa seperti ketika memberikan alas Amer. Apalagi sekarang yang sudah berbentuk istana megah nan indah.
Hal ini lah yang memicu perang Baratayuda. Dalam bahasa sederhana, Pandawa sudah jenuh dengan segala tingkah polah saudaranya tersebut. Padahal yang mereka minta juga hanya Amarta saja, bukan Astina seutuhnya. Hanya sejengkal tanah yang mereka minta dari Astina, bukan seutuhnya. Lagi pula pada awalnya Duryudana sudah menyerahkan Amarta kepada Pandawa sebagai win win solution.
Dan begitulah akhirnya. Duryudana keras kepala dengan apa yang ada. Dia juga sesumbar akan memenangi perang besar tersebut. Kesombongan yang berdasar mengingat dia mempunyai Bhisma dan Durna yang merupakan guru Pandawa. Dia juga punya Karna, orang yang lebih sakti dari pada Pandawa. Dia juga punya Prabu Salya yang terkenal sakti mandraguna. Belum ditambah negara-negara sekutu Astina dan saudara-saudara Duryudana lain. Apalagi Duryudana dan Sengkuni sama-sama kebal berbagai jenis senjata. Sekali lagi hitungan hitam di atas putih, Kurawa unggul atas Pandawa.
Akhirnya
Perang 18 hari antara kedua keluarga sedarah ini akhirnya dimenangkan oleh Pandawa. Mungkin sekali ada keluarga Kurawa yang masih hidup setelah pertempuran ini selain Kartamarma, tetapi mereka menghilang, sembunyi, dan melarikan diri ke tempat yang jauh. Hanya Kartamarma yang mencoba balas dendam meski akhirnya ketahuan.
Berawal dari rasa serakah dan iri dalam diri Duryudana atas pencapaian Pandawa, akhirnya dia menuai buah yang dia tanam sendiri. Kalau mau ditarik lebih jauh, perang ini terjadi karena peran Sengkuni yang semenjak dari awal memang selalu mencoba mengadu domba kedua keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H