Mohon tunggu...
Viona AyuMahardani
Viona AyuMahardani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal tentang Alam Semesta

30 Maret 2022   06:34 Diperbarui: 30 Maret 2022   06:45 7634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam semesta

Alam semesta( bahasa Latin: universus) merupakan seluruh ruang serta waktu[a] beserta isinya, tercantum planet, bintang, galaksi, serta seluruh wujud modul serta tenaga yang lain. Teori Big Bang merupakan deskripsi kosmologis yang berlaku tentang pertumbuhan alam semesta. Bagi teori ini, ruang serta waktu timbul bersama- sama 13, 7870, 020 miliyar tahun yang kemudian, serta alam semesta sudah mengembang semenjak dikala itu. Sedangkan dimensi spasial segala alam semesta tidak dikenal, persamaan inflasi kosmik menampilkan kalau dia wajib mempunyai diameter minimum 23 triliun tahun sinar, serta dimungkinkan buat mengukur dimensi alam semesta yang bisa diamati, ialah dekat 93 miliyar tahun sinar. diameternya dikala ini.Model kosmologis sangat dini dari alam semesta dibesarkan oleh para filsuf Yunani serta India kuno serta bertabiat geosentris, menempatkan Bumi selaku pusatnya. Sepanjang berabad- abad, pengamatan astronomi yang lebih pas membuat Nicolaus Copernicus meningkatkan model heliosentris dengan Matahari selaku pusat Tata Surya. Dalam meningkatkan hukum gravitasi umum, Isaac Newton membangun di atas karya Copernicus dan hukum gerak planet Johannes Kepler serta pengamatan oleh Tycho Brahe.

Revisi pengamatan lebih lanjut menuju pada pemahaman kalau Matahari merupakan salah satu dari ratusan miliyar bintang di Bima Sakti, yang ialah salah satu dari sebagian ratus miliyar galaksi di alam semesta. Banyak bintang di galaksi mempunyai planet. Pada skala terbanyak, galaksi terdistribusi secara seragam serta sama ke seluruh arah, maksudnya alam semesta tidak mempunyai tepi ataupun pusat. Pada skala yang lebih kecil, galaksi didistribusikan dalam kelompok serta superkluster yang membentuk filamen besar serta rongga di ruang angkasa, menghasilkan struktur semacam busa yang luas. Penemuan- penemuan di dini abad ke- 20 sudah menampilkan kalau alam semesta mempunyai permulaan serta kalau ruang angkasa sudah tumbuh semenjak dikala itu dengan kecepatan yang bertambah.

Bagi teori Big Bang, tenaga serta modul yang awal mulanya terdapat jadi kurang padat dikala alam semesta mengembang. Sehabis perluasan dini yang dipercepat yang diucap era inflasi dekat 1032 detik, serta pembelahan 4 style fundamental yang dikenal, alam semesta berangsur- angsur mendingin serta terus mengembang, membolehkan partikel subatomik awal serta atom simpel tercipta. Modul hitam secara bertahap berkumpul, membentuk struktur filamen serta rongga semacam busa di dasar pengaruh gravitasi. Awan raksasa hidrogen serta helium secara bertahap ditarik ke tempat- tempat di mana modul hitam sangat padat, membentuk galaksi awal, bintang, serta seluruh suatu yang nampak hari ini.

Dari menekuni pergerakan galaksi, sudah ditemui kalau alam semesta memiliki lebih banyak modul daripada yang dicatat oleh objek yang nampak; bintang, galaksi, nebula, serta gas antarbintang. Modul tidak nampak ini diketahui selaku modul hitam( hitam berarti terdapat bermacam fakta tidak langsung yang kokoh kalau modul itu terdapat, namun kami belum mendeteksinya secara langsung). Model CDM merupakan model alam semesta yang sangat banyak diterima. Ini menampilkan kalau dekat 69, 2%1, 2%[2015] massa serta tenaga di alam semesta merupakan konstanta kosmologis( ataupun, dalam ekspansi ke CDM, wujud tenaga hitam yang lain, semacam medan skalar) yang bertanggung jawab atas arus ekspansi ruang, serta dekat 25, 8% 1, 1%[2015] merupakan modul hitam. Oleh sebab itu, modul biasa( baryonic) cuma 4, 84%0, 1%[2015] dari alam semesta raga. Bintang, planet, serta awan gas yang nampak cuma membentuk dekat 6% dari modul biasa.

Terdapat banyak hipotesis yang bersaing tentang nasib akhir alam semesta serta tentang apa, bila terdapat, yang mendahului Big Bang, sedangkan fisikawan serta filsuf lain menolak buat berspekulasi, meragukan kalau data tentang kondisi tadinya hendak bisa diakses. Sebagian fisikawan sudah menganjurkan bermacam hipotesis multiverse, di mana alam semesta kita bisa jadi salah satu di antara banyak alam semesta yang pula terdapat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun