Mohon tunggu...
Maharani Rani
Maharani Rani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama Saya Maharani jurusan Pengembangan masyarakat islam hoby saya olahraga

Selanjutnya

Tutup

Analisis

strategi efektif mengatasi rasa cemas dan depresi

2 Januari 2025   23:21 Diperbarui: 2 Januari 2025   23:21 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

rasa cemas dan depresi merupakan dua bentuk gangguan mental yang umum terjadi di masyarakat modern. Kedua kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan mental seseorang, tetapi juga berdampak pada kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, hubungan sosial, hingga kesehatan fisik. Rasa cemas, atau sering disebut anxiery, pada dasarnya adalah respon alami tubuh terhadap stres atau situasi yang menantang. Namun, ketika rasa cemas menjadi berlebihan atau tidak terkendali, hal ini dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan secara normal. Sementara itu, depresi adalah gangguan suasana hati yang ditandai oleh perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat atau semangat, dan penurunan energi yang signifikan..

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), depresi adalah penyebab utama disabilitas di seluruh dunia, dan gangguan kecemasan menduduki peringkat keenam. Secara global, lebih dari 280 juta orang mengalami depresi, dan 264 juta. lainnya mengalami gangguan kecemasan. Di Indonesia, data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini semakin diperparah oleh pandemi COVID-19, di mana isolasi sosial, ketidakpastian ekonomi, dan kekhawatiran akan kesehatan menciptakan tekanan yang luar biasa bagi banyak individu.

Permasalahan ini menyoroti pentingnya memahami dan mengatasi gangguan kecemasan dan depresi secara efektif. Gangguan ini tidak hanya menimbulkan dampak emosional, tetapi juga fisik, seperti gangguan tidur, penurunan nafsu makan, hingga penyakit kronis akibat stres berkepanjangan. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang komprehensif untuk membantu individu mengelola gejala ini dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan depresi, mulai dari terapi psikologis seperti terapi kognitif-perilaku (CBT) hingga penggunaan obat-obatan seperti antidepresan dan ansiolitik. Selain

1

itu, pendekatan nonfarmakologis, seperti olahraga, meditasi, dan teknik pernapasan, juga semakin populer karena manfaatnya yang luas dan efek samping yang minimal. Dalam kehidupan sehari-hari, perubahan gaya hidup yang sederhana, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, dan menghindari pemicu stres, dapat memberikan dampak positif yang signifikan.

Namun, tantangan utama dalam mengatasi gangguan ini terletak pada kesadaran dan penerimaan. Banyak individu yang mengalami cemas atau depresi merasa enggan untuk mencari bantuan, baik karena stigma sosial maupun kurangnya pemahaman akan pentingnya kesehatan mental. Di sisi lain, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas sering kali menjadi faktor kunci dalam proses pemulihan. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan meningkatkan literasi kesehatan mental di masyarakat, peluang untuk membantu individu yang mengalami gangguan ini akan semakin besar.

Penulisan artikel ini bertujuan untuk menggali berbagai strategi yang di digunakan untuk mengatasi rasa cemas dan depresi, baik melalui pendeka mandiri maupun bantuan profesional. Dengan memberikan pemahaman y mendalam mengenai penyebab, gejala, dan metode penanganan yang efekti diharapkan dapat menemukan solusi yang sesuai untuk kondisi mereka atau orang-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun