Mohon tunggu...
maharaniputri
maharaniputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perjalanan Balai Pustaka dan Kontribusinya Terhadap Sastra Indonesia

14 Januari 2025   15:45 Diperbarui: 14 Januari 2025   15:45 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto)

PERJALANAN BALAI PUSTAKA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP SASTRA INDONESIA 

             Oleh: Maharani Widya Putri

       Sejarah sastra adalah cabang ilmu yang mempelajari seluk beluk sastra (asal mula dan kejadian) sastra sejak zaman dahulu. Sejarah sastra membahas perkembangan sastra sejak zaman dahulu hingga sekarang serta pengaruhnya yang ditimbulkan di dalamnya oleh seorang sastrawan. Sastra telah memegang peran penting dalam membentuk identitas dan memperkaya khazanah kebudayaan, melalui perkembangan-perkembangan hingga saat ini. Menurut Depdiknas (2008), sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapan nya.

       Sastra bukanlah sekedar kata-kata yang indah, melainkan suatu kecakapan dalam menggunakan Bahasa yang berbentuk, bernilai, dan berarti. Melalui Bahasa, sastra dapat ditentukan bernilai atau tidak, Bahasa sastra mengungkapkan pengalaman dan realitas kehidupan pada masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari, khayalan dan estetik sehingga menjadikan bernilai atau tidak sebuah karya sastra tersebut. Sejarah sastra Indonesia adalah bagian dari kajian ilmu sastra yang mempelajari kesusastraan Indonesia, mulai munculnya kesusatraan Indonesia sampai dengan masa perkembangan nya. Munculnya karya sastra di Indonesia sebagai salah satu bukti perjuangan bangsa Indonesia dalam kemerdekaan. Diawali dari berdirinya Boedi Oetomo hingga konggres pemuda yang menghasilkan sumpah pemuda, dalam sumpah pemuda yang disebutkan bahwa Bahasa Indonesia adalah Bahasa pemersatu bangsa.

       Berbicara tentang perjalanan sejarah perkembangan sastra, tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai upaya Menyusun periodesasi sejarah sastra sebagai salah satu kegiatan tentang sejarah sastra. Sastra Indonesia berkembang dari waktu ke waktu, sebelum Bahasa Indonesia diresmikan, pada tanggal 28 Oktober 1928. Sementara itu sastra Indonesia baru tegak berdiri pada tahun 1920-an dengan munculnya balai Pustaka. Perkembangan sastra Indonesia memang sangat luar biasa, karena di Indonesia terdapat ratusan jenis sastra daerah.

       Sejarah sastra Indonesia pada masa pertumbuhan atau masa kebangkitan dapat mewadahi kehidupan sastra Indonesia tahun 1900-1945 dengan alasan bahwa pada masa itu telah tumbuh atau bangkit nasionalisme sebagai roh sastra Indonesia seperti tampak pada sajak-sajak Muhammad Yamin, Rustam Effendi, Asmara Hadi dan lain-lain. Banyak sastrawan yang merangkum perjalanan sastra Indonesia dalam sebuah buku sejarah sastra Indonesia seperti Ajip Rosidi (Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia), Yudiono K.S (Pengantar Sejarah Sastra Indonesia) dan lain-lain. Perjalanan sejarah sastra Indonesia pada masa perkembangan ini para sastrawan banyak menulis karya-karya sastra yang bersifat nasionalisme. Perkembangan kesusastraan Indonesia periode awal ditandai dengan produksi bacaan kaum pergerakan yang sering disebut oleh negara kolonial sebagai bacaan liar. Dalam kajian nya sastra memiliki beberapa bidang kajian yaitu teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Sejarah sastra adalah bagian ilmu sastra ysang memperlihatkan perkembangan karya sastra, took-tokoh, dan ciri-cirinya dari masing-masing perkembangan karya tersebut. H.B Jassin menggolongkan sastra Indonesia yaitu periode sastra melayu, periode sastra Indonesia modern yang terdiri atas empat macam yaitu Angkatan balai Pustaka, Angkatan pujangga lama, Angkatan 45 dan Angkatan 66. 

       Angkatan 20 atau yang dikenal dengan sebutan Angkatan balai Pustaka juga dikenal sebagai zaman Siti Nurbaya. Sarwadi (2004:24) mengatakan bahwa nama balai Pustaka merujuk pada dua pengertian yaitu sebagai nama penerbit dan sebagai suatu nama Angkatan dalam sastra Indonesia. Sebagai sebuah penerbit dan Angkatan tidak terlepas dari Riwayat pendirian balai Pustaka itu sendiri. Pada akhir abad ke-19 pemerintah banyak membuka sekolah bumi putra, dengan tujuan untuk mendidik pegawai-pegawai rendahan yang dibutuhkan oleh pemerintah Belanda, akan tetapi sekolah-sekolah yang tidak diharapkan akan tumbuh dan berkembang justru berkembang semakin pesat banyak masyarakat yang pandai membaca dan menulis. Melihat minat masyarakat yang pesat dalam membaca dan menulis maka pemerintah Belanda merasa khawatir jika rakyat Indonesia jika rakyat Indonesia membaca buku dari luar negeri. Oleh karena itu, pemerintah kemudian membentuk sebuah komisi yang diberi nama Commissie Voor de Inlandsche School en Volksslectur atau komisi untuk bacaan rakyat dan sekolah-sekolah bumi putra. Komisi ini dibentuk pada tanggal 14 September 1908 dibawah pimpinan Dr.G.A.J. Hazeu, pada tahun 1917 namanya diganti menjadi balai Pustaka, pada saat itu balai Pustaka menjadi berkembang pesat pada tahun 1920. Riwayat sastra Indonesia modern seolah-olah berpangkal pada balai Pustaka.

        Balai Pustaka melakukan sensor yang sangat ketat, sebagai alat pemerintah, tidak dapat dipungkiri bahwa hal itu pula yang kemudian menjadi ukuran gengsi sastra Indonesia. Bahasa yang dipelihara juga dianggap sebagai Bahasa golongan yang paling tinggi budayanya, menceritakan sekumpulan orang terhormat, terpelajar dan paling berjasa dalam membangun sastra, Bahasa, dan kebudayaan Indonesia. Mereke yang berkarya diluar itu, masuk kategori bacaan liar, roman picisan, Bahasa pasar, tak berbudaya, dan dianggap marjinal. Hal tersebut dianggap oleh beberapa ahli bahwa sastra modern berawal dari balai Pustaka. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra melayu rendah yang banyak menyoroti kehidupan dan dianggap memiliki misi politis. Balai Pustaka menerbbitkan karya dalam tiga Bahasa yaitu Bahasa Melayu tinggi, jawa, dan sunda. Pengarang dan karya sastra yang popular dalam Angkatan balai Pustaka adalah Marah Rusli dengan karya nya roman Siti Nurbaya. Abdul Muis denganm karya nya Salah Asuhan, Rustam Efendi karya puisi yang berjudul Percikan Permenungan, dan Nur Sutan dengan karya roman nya Katak Hendak Jadi Lembu. Titik awal Angkatan balai Pustaka dimulai ketika terbitnya roman Azab dan Sengsara oleh Merari Siregar yang disebut sebagai awal kebangkitan Angkatan balai Pustaka. 

         Dapat disimpulkan Kelahiran angkatan balai Pustaka membawa dampak yang signifikan bagi kehidupan terutama perkembangan sastra tanah air termasuk prosa, puisi, dan drama. Pada umumnya karya sastra Angkatan balai Pustaka secara khusus menceritakan tentang kejadian-kejadian yang terjadi pada masyarakat sehari-hari. Para penulis hanya menceritakan keadaan politik pada saat itu, mereka berusaha untuk ramah membantu pemerintah kolonial agar tulidsan mereka dapat diterbitkan. Berdirinya balai Pustaka berdampak pada perkembangan sastra Indonesia, yang memungkinkan para sastrawan Indonesia mengungkapkan apa yang ada di benaknya melalui tulisan yang dapat dinikmati sendiri dan orang lain (penikmat sastra). Angkatan Balai Pustaka bermanfaat bagi masyarakat Indonesia karena telah berkembang cukup baik digenerasi ini.  

Sumber referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun