Sepulang dari rumah Pak Nov untuk menyaksikan kebenaran berita bahwa Abi, suami asih yang memiliki wajah mirip dengan Firman Mahar terlihat cerah. Akhirnya Asih menemukan jodoh yang tepat. Mahar berbahagia untuk pernikahan Asih dan Abi. Memang  Abi benar-benar mirip Firman. seluruh warga yang melihat pun mengakui hal itu. Mahar ikhlas mendo'akan kebahagiaan mereka, sebab dengan begitu tak ada halangan bagi Mahar untuk tetap menyimpan rasa cinta nya pada Firman, meski hanya dalam kenangan.
Tak terasa berbulan sudah Asih dan Abi menikah. Hingga suatu hari tanpa sengaja Mahar bertemu Abi saat hendak shalat Maghrib ke masjid. Sejak kepergian Firman, Mahar selalu berusaha untuk shalat ke masjid. Kenangan tentang Firman tak ingin dilupakan Mahar, terutama soal ajakan nya untuk meramaikan shalat berjamaah di masjid.
"Assalamu'alaikum...." Abi mengucap salam.
"Alaikumsalaaam..... "
"Mau ke masjid ya mbak, mari jalan bersama."
"Oh iya, aduh maaf  silahkan jalan lebih dulu, saya ingin singgah ke rumah Mommy sebentar. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan."
Mahar menolak halus ajakan Abi. Banyak hal yang mengharuskan Mahar melakukan hal itu. Pertama, Abi sudah beristri. Kedua meski janda Mahar selalu berprinsip untuk tidak mengganggu suami orang. Dan yang ketiga, ini yang terpenting... Mahar ingin menjaga cintanya pada Firman, seumur hidupnya meski hanya lewat kenangan. Abi bukan Firman, meskipun wajahnya sangat mirip. Pribadi keduanya pun sangat jauh berbeda. Abi sangat tegas menentukan pilihan, sedang Firman tidak. Namun bagi Mahar, itulah keistimewaan Firman. Disaat akhir sebelum Firman wafat, Mahar tahu bahwa sebenarnya Firman rela mengorbankan perasaannya agar tak menyakiti orang lain. Rela memendam sakit demi kebaikan semua. Mahar bisa merasakan apa yang disembunyikan Firman. Itulah sebabnya mengapa Mahar semakin mencintai Firman. 'Bukan lelaki biasa' yang mampu melakukan hal tersebut. Firman termasuk lelaki istimewa itu. Mencintai Firman bagi Mahar sudah lebih dari cukup. Mendapat kesempatan merawat Firman sebelum ajal menjemputnya adalah anugerah bagi Mahar. Saat mereka berdua, meski Firman dalam kondisi tak sadar menjadi kenangan terindah bagi Mahar. Cukuplah. Mahar hanya ingin menyimpan rasa indah itu, menghidupkan kenangan sebagai teman menjalani hari-harinya. Mahar mencintai Firman dengan caranya sendiri...
********
Mas Firman....
Sedang apa kau disana?
Terlelap dalam pelukan Rabbimu kah?