[caption id="" align="alignnone" width="330" caption="image from liyan-puzzle-rindu.blogspot.com"][/caption]
Tulisan ini hanya sekedar pengobat hati yang semakin bingung. Teruntuk saudari-saudariku sesama muslimah, apa sebenarnya yang tengah ada didalam pikiranmu? Sungguh, sebagai manusia biasa saya pun menyadari punya banyak kekurangan dan khilaf. Tidak bermaksud menggurui apalagi memfonis benar atau salahnya engkau wahai saudariku, hanya ingin menumpahkan segala rasa yang mengganjal dihati yang kemudian membentuk kesedihan dan rasa yang semakin takut pada ganjaran yang akan kita tuai nantinya.
Kasus yang marak belakangan ini yang menjadi pusat perhatian kita, tak lepas dari peran saudari-saudari kita sesama muslim (beragama Islam). Dari kasus Eyang Subur dengan 7 istri beragama Islam, Ahmad Fathonah dengan daftar wanita penerima suap yang saya rasa hampir seluruhnya beragama Islam (kemungkinan besar semuanya beragama Islam), sampai pada maraknya berita artis-artis (terutama wanita) yang ber- Umroh. Telah terjadi sesuatu pada diri kita wahai saudariku dan sayangnya kita tak menyadari bahaya yang telah kita ciptakan.
Kita lihat pada kasus Eyang Subur yang menikahi 7 wanita dalam waktu yang bersamaan, malah menurut beritanya juga menikahi kakak - adik yang sekandung. Dalam Islam jelas-jelas hal ini tidak dibolehkan. Al-Qur'an dan hadits juga menjelaskannya secara rinci untuk perkara tersebut. Namun mengapa Eyang Subur masih saja melakukannya? Inilah yang menjadi pertanyaan besar kita. Jawabannya sebenarnya tidaklah sulit. Tentu karena adanya wanita-wanita yang mau dinikahi oleh Eyang Subur bukan? Dan sayangnya wanita-wanita tersebut (juga?)beragama Islam yang seharusnya sangat tahu hukum poligami dalam Islam. Apakah kita masih pantas disebut muslimah sedangkan kita sendiri sungguh tidak berperilaku Islami, wahai saudariku? Ada juga orang mengatakan bahwa wanita-wanita tersebut mau saja dinikahi Eyang Subur dikarenakan sudah 'terkena santet atau guna2'. Baiklah jika demikian, namun rasanya Sihir2 seperti itu tak akan mendekati jika kita mampu menjaga diri. Jika tidak membuka peluang untuk itu, niscaya kitapun akan terhindar oleh hal-hal serupa. Justru kebalikanlah yang saat ini banyak sekali kita lakukan, mendekati orang-orang yang ber'Sihir' (baca=dukun) untuk suatu keinginan dunia. Hidup berkecukupan dengan gelimang harta sebagi iming2 mampu membuat kita lupa dan mabuk hingga tanpa sadar telah ikut dalam kubangan dosa. Astagfirullah... saudariku kita telah salah melangkah...!!!
Setali tiga uang dengan Eyang Subur, Ahmad Fatonah lebih melejit namanya gara-gara banyaknya perempuan yang bermunculan sebagai penerima aliran dana hasil korupsi ketimbang skandal Korupsi itu sendiri. Lagi-lagi (kebanyakan) saudariku seiman lah yang terkait. Padahal Korupsi itu sendiri jelas Haram Hukumnya. Mengapa kita lebih takut pada perbuatan 'haram memakan babi' ketimbang 'haram memakan uang korupsi'? Padahal keduanya sama-sama haram bahkan jauh lebih besar dosanya memakan uang hasil korupsi sebab perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian dan kesengsaraan pada orang lain? Mengapa kita sebodoh itu wahai saudariku? Jawabannya juga tak sulit. Semua karena kurangnya iman dan ilmu tentang Islam yang sangat kita cintai ini. Dengan mudahnya nafsu dunia merasuki jiwa. Menggoyah hati nurani dan membinasakan iman. Harta hanyalah perhiasan dunia yang tak akan menjadi jaminan untuk kita nantinya. Yakinlah saudariku, tak akan ada ketentraman sejati yang kita dapatkan dari perbuatan-perbuatan tersebut. Jangan mudah kita tergoda oleh kesenangan dunia yang selalu menjadi senjata untuk melemahkan iman. Karena sesungguhnya itu hanya tipu daya syetan. Na'udzubillah Mindzalik.....
Islam bukan menyuruh kita untuk hidup miskin wahai saudariku... tapi lebih baik miskin daripada kita 'harus kaya' dengan menghalalkan segala cara. Ketahuilah bahwa miskin bukanlah aib. Kemiskinan juga salah satu jalan menuju syurga selama kita tetap tawaqqal dan sabar menjalaninya. Namun semuanya kembali pada pilihan kita sendiri. Apakah kita lebih ingin mulia di akhirat atau di dunia saja? Alangkah indahnya jika kita mendapati keduanya. Mulia Dunia akhirat. Namun jika hanya punya satu pilihan, yang manakah pilihan kita wahai saudariku????
Terakhir tentang seringnya saudari-saudari kita yang berprofesi sebagi artis pergi melaksanakan ibadah Umroh. Alhamdulillah... sungguh ibadah yang sangat baik. Sayangnya ibadah yang sangat dianjurkan dan memiliki nilai pahala tinggi tersebut pada akhir-akhir ini seperti perjalanan wisata biasa saja, tak ubahnya bak pelesiran ke negara luar. Minim kesadaran dan pengetahuan Islam bahwa tempat yang akan dikunjungi adalah Tanah Suci Pilihan Allah. Tempat sejarah Islam dimulai dimana Rasulullah menyebar ajaran Islam dengan duka dan perjuangan yang tiada tertandingi. Tempat berdirinya Ka'bah sebagai kiblat seluruh umat muslim di dunia. Sungguh tempat yang istimewa yang telah di tetapkan Allah SWT. Alangkah beruntungnya kita yang telah menapakkan kaki disana. Benarkah kita beruntung, wahai saudariku? Ya dan Tidak. Ya jika kita mendapat kebaikan-kebaikan (sesuai ajaran Islam tentunya) sepulangnya dari Tanah Suci. Tidak jika kita tak mendapat perubahan yang lebih baik pula.
Lihatlah wahai saudariku, sepulang Umroh saudari-saudari kita tersebut dengan mudahnya kembali membuka aurat, mempertontonkannya kepada siapa saja melalui media. Meski tidak semuanya seperti ini (menutup aurat selama-lamanya bahkan meninggalkan profesinya), namun jumlahnya sangat sedikit. Tak adakah hikmah pada dirinya saat di tanah suci ketika melihat tak satupun wanita membuka auratnya? Dan tidakkah ia berfikir mengapa wanita Islam diwajibkan menutup auratnya setiap hari bukan hanya pada saat Umroh atau naik haji? Tidakkah ia tahu bahwa suruhan itu adalah Perintah Allah yang tidak bisa ditawar-tawar apalagi dengan alasan tuntutan profesi? Ada pula saudari kita tersebut yang 'memasang niat' berhijab selama 40 hari terhitung sejak kepulangannya berUmroh. Saya sempat menunggu sembari berdoa dan berharap semoga saja Allah SWT membolak balikkan hatinya (Jika Allah berkehendak) hingga niat tersebut berubah tidak hanya selama 40 hari, tapi selamanya. Namun ternyata harapan saya kandas. hijab itu kembali dibuka. Innalillah..
Apa yang tengah terjadi diantara kita wahai saudariku... Tidakkah kita tengah diperdaya oleh syetan? Membuat peraturan sesuai keinginan dan kebutuhan kita masing-masing. Mencari-cari celah agar hukum Allah-lah yang menyesuaikan dengan kenyamanan hati kita. Tidakkah kita merasa malu wahai saudariku? Maka tak heranlah jika banyak yang melecehkan Islam, sebab wanita-wanitanya tidak berpegang teguh pada ajaran yang sebenarnya. Sungguh menyayat hati saat membaca tulisan-tulisan yang melecehkan bahkan cenderung menghardik ketika kita mengajak saudari-saudari untuk berhijab. Sering kita menjawab "Lebih baik urus urusanmu sendiri, jangan urus urusanku. Soal aku dan Tuhan gak usah ikut campur." Sungguh kita telah jauh dari Islam wahai saudariku. Karena sesungguhnya adalah kewajiban bagi sesama muslim/muslimah untuk menyampaikan dan mengingatkan satu sama lain. Seharusnya kita merasa beruntung ketika masih ada orang yang mengingatkan kita, bukan malah sebaliknya marah dan tersinggung. Subhanallaahhh.... mau kemankah tujuan akhir kita wahai saudariku??????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H