“Hiyyyaaaaaaattt….. gubraaakkksss.” Mahar melempar Bocing ke baskom pengaduk adonan Roti yang berukuran jumbo. Bocing yang sadar bahaya besar mengintainya, langsung melompat dan lari terbirit-birit. Segera menjauh dari Mahar yang sudah mempersiapkan jurus karate terdahsyat hasil nyontek dari film-film kung fu kesukaannya. Lari sekuat tenaga dan melupakan keinginan untuk menyantet Mahar adalah jurus jitu menyelamatkan diri, pikir Bocing kalut.
Nafas mahar memburu dengan tinju yang masih mengepal, emosinya mulai reda. Mahar memandang puas ke arah Bocing yang berlari terpincang-pincang menahan sakit akibat benturan di baskom tadi. Bocing memang keterlaluan, gak mikir dulu sebelum mengambil langkah. Mungkin karena Bocing sejak kecil memang kurang gizi, membuat cara berfikirnya juga lemot. Mahar menghela nafas panjang, hampir kehabisan akal menghadapi Bocing yang tak pernah jera. Mahar tahu Bocing benar-benar penasaran ingin menaklukkannya. Reputasinya sebagai pria tukang kawin terancam punah jika gagal menaklukkan Mahar. Sungguh menyebalkan! Woii...Bocing, Insyaaaaaaaaaaaaff… Insyaaaaaaaaaaafff !!!
=== ape Cing? Masih punya nyali? wekekeekekekk====
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H