Manusia seringkali berbagi cerita atau keluh kesah dengan orang – orang terdekatnya yang dirasa dapat dipercaya. Ketika seseorang menanggapi cerita dari orang – orang terdekatnya, maka akan muncul keinginan atau rasa iba yang kemudian diungkapkan dengan sebuah kalimat positif untuk mendukung mereka. Namun, dalam niat baik itu tanpa disadari kalimat positif yang terucap dapat membuat orang lain merasa semakin terbebani, merasa tidak dimengerti, dan memunculkan perasaan negatif lainnya. Hal itulah yang saat ini sering disebut dengan “Toxic Positivity”.
Beberapa contoh kalimat yang dianggap sebagai toxic positivity diantaranya yaitu :
“Kamu belum seberapa kok, dibandingkan dengan …”
“Bersyukur aja”
"Kayanya kamu kurang deh ibadahnya makanya sampe ngerasa seperti ini"
Kalimat – kalimat diatas merupakan contoh kalimat positif dan sederhana yang tanpa disadari sering diberikan kepada orang – orang terdekat ketika mereka sedang berkeluh kesah.
Sejatinya, perasaan / emosi negatif pun perlu diterima kehadirannya. Kalau dalam drama korea bisa dibilang "it's okay not to be okay", tidak apa jika kamu memang sedang merasa tidak baik - baik saja. Setiap orang pasti memiliki masa ketika bahagia maupun masa sedihnya. Sehingga, kesedihan yang muncul adalah hal yang wajar jika dirasakan.
Perubahan kalimat yang diberikan kepada orang lain juga dapat menghindari terjadinya toxic positivity. Misalnya, dibandingkan dengan kalimat “Kamu seharusnya bersyukur dengan apa yang kamu punya”, bisa diganti dengan “Wajar jika kamu merasa sedih seperti ini, terkadang segala sesuatu memang tidak seperti yang diharapkan. Namun, adakah kebaikan dibalik semua ini ?”. Diperlukan kehati – hatian dalam mengungkapkan kalimat positif kepada orang lain ketika belum memahami dengan benar posisi dan perasaan yang dipahami oleh orang lain (Primastiwi, 2020). Oleh karena itu, sebaiknya dapat menunjukkan empati, simpati dan perhatian kepada orang tersebut bahwa orang tersebut tidak sendiri dalam melewati masalahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H