Darimana asalnya mimpi saat kita tidur ??
Berikut penjelasannya...
Ilmuwan mengatakan bahwa tidur mengembalikan kondisi tubuh dan membangun kembali otak dan tubuh kita. Untuk mendukung fungsi pemulihan tidur, banyak sel tubuh menunjukkan produksi yang meningkat dan berkurangnya pemecahan protein selama tidur lelap. Terdapat 5 tahap tidur yang berbeda ketika seseorang dalam keadaan terjaga, pola EEG menampilkan dua jenis gelombang yaitu alfa dan beta. Gelombang beta mencerminkan keterjagaan. Ketika rileks tapi masih terbangun, gelombang otak kita melambat, amplitudonya meningkat, dan menjadi lebih selaras, atau teratur. Gelombang tersebut dinamakan gelombang alfa.
Tahap 1 dan 2 merupakan tahap tidur ringan, dan bila seseorang dibangunkan pada tahap tidur ini, mereka seringkali melaporkan tidak sedang tidur sama sekali. Pada tahap 2, gelombang teta melanjutkan, tetapi terbaur dengan karakter penting dari tidur tahap 2.
Tahap 3 & 4 ditandai dengan gelombang delta, gelombang paling lambat dengan amplitudo paling tinggi semasa tidur. Tahap tidur 3 ditandai dengan gelombang delta 50% dan tahap 4 ditandai dengan gelombang delta >50%. Tidur delta merupakan tidur kita yang paling lelap.
Tahap 1- 4 dirujuk sebagai tidur non REM. Tidur non REM ditandai dengan kurangnya gerakan mata yang cepat dan sedikit mimpi.
Tidur REM, setelah melewati tidur tahap 1 – 4, seseorang yang tidur bergerak kearah bangun. Namun, bukan masuk kembali ke tahap 1, mereka masuk ke tahap 5. Tidur REM adalah tahap aktif dari tidur dimana mimpi terjadi. Semasa tidur REM, pola EEG menunjukkan gelombang cepat mirip dengan gelombang ketika seseorang keadaan rileks, dan bola mata sedang tidur bergerak naik turun dan kiri kanan.
Bermimpi melibatkan pengolahan informasi, ingatan, dan pemecahan masalah. Dalam teori kognitif mimpi, terdapat sedikit atau tidak ada pencarian untuk kandungan tersembunyi dan simbolik dari mimpi seperti yang dicari oleh Freud (Foulkes, 1993, 1999). Menurut sudut pandang ini, mimpi mungkin merupakan suatu alam tempat kita memecahkan masalah dan berpikir kreatif.
Menurut sudut pandang teori aktivasi-sintesis, mimpi merefleksikan usaha otak untuk memahami aktivitas saraf yang terjadi saat tidur (Hobson, 1999). Pada saat tidur, menurut teori ini, pengalaman sadar dikendalikan oleh rangsangan yang dihasilkan secara internal yang tidak memiliki konsekuensi yang jelas. Contohnya, kita mungkin pernah tidur dalam keadaan haus lalu kita bermimpi mengambil segelas air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H