Mohon tunggu...
Maharani dwi arrahmah
Maharani dwi arrahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I want to make a big impact on society through my writing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Rekonstruksi Sejarah Penulisan Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Ishaq

26 Juni 2024   20:38 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:38 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sirah Nabawiyah adalah ilmu untuk menekuni kehidupan Nabi Muhammad saw., kepribadiannya, sifat-sifatnya, tingkah lakunya, tata cara yang digunakannya dalam strategi berdakwah, bertablig, dan mendidik. Penyusunan Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan yang diwariskan sampai akhir Masa Umayyah. Khalifah Abu Jafar al- Manshur mengalami berita kemasyhuran intelektual Ibnu Ishaq di segala penjuru kota Baghdad. Khalifah memerintahkan Ibnu Ishaq untuk menulis Sirah Nabawiyah diawali dari mula kehidupan Nabi Adam AS sampai masa Nabi Muhammad SAW. Tujuan dari penyusunan ini tidak hanya wujud gairah kecintaan pertumbuhan ilmu pengetahuan, juga sebagai strategi politis khalifah untuk mengarahkan para keturunannya mengenai sejarah umat Islam (Abror 2021).

Sirah Nabi ialah bahagian dari sejarah, sebab apa yang ditulis dari sirah Rasulullah berangkat dari sejarah dan menyasar objek bermacam peristiwa historis dalam rangkalan peristiwa kronologis. Kemudian tata cara apakah yang dipakai oleh para penulis sirah dikala itu?. Mereka memakai tata cara yang dalam penyusunan sejarah diketahui sebagai aliran objektif. Di sebut objektif sebab para penulis sirah Nabi tidak mengandalkan karya mereka sekedar untuk memotret peristiwa hidup Nabi. Melainkan untuk mengukuh informasi shahih dari beliau. Jadi, dalam menulis sirah Nabi mereka memakai tata cara ilmiah yang tertuang dalam ilmu musthalah al- hadist yang berkaitan dengan sanad dan matan. Dan ilmu al- jarh wa at-tadil yang berhubungan dengan perawi. Kala menciptakan suatu peristiwa yang betul- betul nyata bersumber pada kedua tata cara yang digunakna tadi, mereka langsung menulisnya tanpa tambahan ide, pemikiran, opini, ataupun juga hal- hal yang berhubungan dengan keadaan mereka dikala itu. Dikala itu mereka senantiasa memandang keberhasilan dengan tata cara yang mereka pakai merupakan kenyataan suci Mereka menyakini memasukkan opini serta tendensi individu ke dalam sirah Rasulullah ialah pengkhianatan yang tidak terampuni

Penyusunan Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq tidak lepas dari pertumbuhan ilmu pengetahuan yang diwariskan sampai akhir Masa Umayyah. Khalifah Abu Jafar al- Manshur mengalami berita kemasyhuran intelektual Ibnu Ishaq di segala penjuru kota Baghdad. Khalifah memerintahkan Ibnu Ishaq untuk menulis Sirah Nabawiyah diawali dari dini kehidupan Nabi Adam AS sampai masa Nabi Muhammad SAW. Tujuan dari penyusunan ini tidak hanya wujud gairah kecintaan pertumbuhan ilmu pengetahuan, pula selaku strategi politis khalifah untuk mengarahkan para keturunannya mengenai sejarah umat Islam (Abror 2021).

Perihal ini pengaruhi corak pengumpulan sumber serta penyusunan Sirah Nabawiyah yang dicoba Ibnu Ishaq. Sumber yang digunakannya sering dikritik sebab lemah serta bercampur mitos dari golongan pakar kitab dan cerita Israilliyat. Perihal ini mungkin sebab sasaran penyusunan untuk bahan pengajaran anak khalifah yang masih belia. Untuk menaikkan stimulus pendidikan sejarah pangeran al- Mahdi yang masih kecil, hingga kisah- kisah berbau magis serta mitos pasti akan menjadi" bumbu penyedap". Tidak hanya itu, walaupun menjajaki pola periwayatan Ilmu Hadis dalam pencarian sumber historiografinya, hadis- hadis yang digunakan Ibnu Ishaq belum cukup dipilih secara baik.

Metode pengumpulan sumber historiografi Ibnu Ishaq berpedoman pada metode pengujian kesahihan sanad hadits, dengan langkah pengujian meliputi: 1) Rawinya harus adil; 2) Ke-dhabith-an rawi; 3) Ketersambungan sanad; 4) Tidak adanya syadz; dan 5) Tidak adanya 'illat. Penilaian ini diberlakukan untuk buku Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq dan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam yang merujuk padanya (Imyas 2016).

Ibnu Ishaq dengan karyanya, As-Sirat an-Nabawiyah, dipandang sebagai peletak dasar disiplin penyusunan buku biografi Nabi Muhammad SAW. Kitab tersebut memuat bermacam aspek kehidupan Rasulullah SAW, mulai dari kelahiran sampai meninggalnya. Itu disusun dengan tata cara tematik, ialah bersumber pada pada tema- tema dari pelbagai peristiwa yang terjalin secara kronologis. As-Sirat terdiri atas 170 bagian. Walaupun naskah aslinya diyakini telah lenyap, bagian- bagian dari kitab itu masih terpelihara berkat dikutip para penulis, baik yang hidup sezaman ataupun setelah Ibnu Ishaq. Hingga dari itu, nasib As-Sirat lebih baik dibanding Al- Maghazi karya penulis yang sama. Karena, kitab yang tersebut akhir itu sudah lenyap sama sekali. Ibnu Ishaq mempengaruhi para penulis dari generasi sesudahnya. Sebut saja, Ibnu Hisyam atau Ibnu Sayyid an-Naas. Para sarjana lain, misalnya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, memakai kronologi yang dibuat pendahulunya itu untuk menulis kitab Zadul Ma'ad.

Penting dicatat, walaupun Ibnu Ishaq menulis kitab sirah nabawaiyah dengan mutu serta derajat periwayatan yang begitu kokoh, tetapi susunannya belum sesistematis semacam yang ada dalam kitab sirah kepunyaan Ibnu Hisyam. Di tangan Ibnu Hiysam inilah, kitab Ibnu Ishaq hadapi banyak editing, peringkasan, akumulasi, kadang- kadang diiringi kritik, pula dihadirkannya riwayat ulama lain sebagai pembanding.

Dengan tata cara ilmiah semacam inilah sirah Rasulullah sampal ke tangan kita secara lengkap mulai dari riwayat hidup dia sejak lahir, nasao, bermacam berbagai irhas yang dialarminya di masa belia serta anak muda, penaikan selaku Nabi turunnya wahyu, ahklak dia yang luhur, fase dan tahapan dakwah yang dia latul, aspek hukum, prinsip syariat, isi Alquran serta hadist- hadist Nabi. Oleh sebab itu, sirah nabawiyah hingga ke tangan kita betul-betul sangat terpelihara serta terpelihara tata cara ilmiah yang dipakai kala itu menjamin kemurnian riwayat, baik menyangkut sanad ataupun orang- orang yang ikut serta di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun