Mohon tunggu...
Maharani DwiAyuni
Maharani DwiAyuni Mohon Tunggu... Guru - Hai, saya adalah seorang guru SD yang ingin membagikan sebuah karya yang mana diharapkan mampu menjadi media berbagi untuk guru khususnya dan untuk masyarakat lain pada umumnya

Seorang guru masa kini yang hidup di abad 21 tentunya harus selalu mengikuti perkembangan zaman. Mungkin ini adalah jawaban terkait apa yang pernah saya ucapkan dulu bahwa sebaik-baik manusia dalah yang bermanfaat. Yaa sejak itulah saya selalu berusaha dan belajar yang berhubungan dengan teknologi. Mulai dari editing gambar hingga video.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila bagi Saya Melalui Perwujudan Profil Pelajar Pancasila dalam Pendidikan Abad 21

1 Januari 2023   08:16 Diperbarui: 1 Januari 2023   08:25 3129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gurusiana.id/Marlina

Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Salah satu visi pendidikan Indonesia yakni: "Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila". 

Seperti yang kita ketahui pembangunan Sumber Daya Manusia menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran abad 21 ini. Kemajuan IPTEK dan hadirnya era revolusi industri 4.0 membuat arus informasi dan globalisasi makin tidak terbendung. Ketika generasi muda kita tidak cukup mampu untuk beradaptasi dan memiliki karakter yang kuat tentu akan mudah terbawa arus negatif dari hadirnya era disrupsi ini. Sehingga itu, penting adanya penguatan karakter dari akar rumput mengenai nilai-nilai yang mencerminkan adab dan kultur bangsa Indonesia yaitu seperti tercermin dalam Pancasila. Adapun, Pembekalan kepada siswa dalam pembelajaran meliputi ranah kognitif, psikomotorik dan afektif perlu menjadi satu kesatuan utuh yang perlu dibentuk.  

Dalam mewujudkan profil pelajar pancasila kepada peserta didik sebagai wujud penghayatan bahwa Pancasila dikatakan sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia adalah bukan hal yang mudah. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapai dalam mewujudkan hal tersebut. Belum lagi pada pendidikan abad 21 ini menekankan bahwa pendidika nharus berpihak pada peserta didik. Yang mana secara otomatis pendidik selain menerapkan karakter siswa yang sesuai dengan sila pancasila juga harus bisa membekali peserta didik untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. 

Tantangan pertama, di era teknologi ini manusia bisa dengan mudah mengakses dunia tanpa ada batasan bahkan tanpa di saring terlebih dahulu mana yang pantas dan tidaknya. Hal ini menimbulkan distorsi karakter pada peserta didik. Secara tidak langsung perkembangan teknologi yang signifikan ini yang mana semua orang dari segala usia dan berbagai daerah bisa mengakses informasi tersebut telah mengubah berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yakni semakin banyaknya tingkat kekerasan antar peserta didik, perilaku bullying yang merajarela serta pudarnya sopan santun anak yang salah satunya adalah tutr kata mereka yang tidak semestinya dan hanya meniru apa yang mereka tonton dan lihat. 

Tantangan kedua, dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, peran orang tua sangatlah penting. Akan tetapi diera sekarang keterlibatan peran orang tua dalam pendidikan kurang maksimal. Yakni mereka lebih menekankan pada pengetahuan anak mereka daripada karakter si anak sendiri. Selain itu meskipun mereka juga ingin anaknya menjadi cerdas dan bekarakter tetapi mereka lupa bahwa mereka juga menjadi figur untuk ditiru. Dalam hal ini mereka hanya memasrahkan pada pendidik tanpa ikut campur tangan setelah sasampainya dilingkungan rumah. Seperti yang kita tahu bahwa penerapan Profil Pelajar Pancasila tidak cukup dilakukan oleh guru sebagai pendidik yang memiliki waktu dan tempat terbatas untuk diterapkan di sekolah saja, tetapi peserta didik juga memerlukan dukungan serta dorongan orang tua dalam membiasakan perilaku Profil Pelajar Pancasila di rumah. 

Tantangan ketiga, pada beberapa fakta yang saya temui dilapangan, masih banyak guru yang belum benar-benar memahami pentingnya menanamkan Profil Pelajar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari anak. Sehingga hal ini mengakibatkan kurangnya sikap guru dalam memotivasi, memberi dorongan, memberin tuntunan hingga memberi teladan dalam menerapkan pelajar yang memiliki karakter sesuai dengan sila-sila pancasila. Padahal seharusnya pendidik/guru mampun menunjukan dan membimbing mereka agar muncul budi pekerti pada peserta didik dengan menanankan nilai - nilai Pancasila. 

Tantangan keempat, negara ini kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakatnya sangat beragam, sehingga secara tidak langsung ketiga kondisi ini mempengaruhi terkait penerapan Profil Pelajar Pancasila. Seperi yang terdapat di daerah-daerah pedalaman, mereka bisa membaca saja sudah lebih dari cukup, sehingga terkadang beberapa budaya disana masing sangat asing untuk menerima perubahan baru. Belum lagi terkait pola pikir orang tua dan masyarakat tiap daerah berbeda-beda. Ada beberpa masyarakat menerima dan memiliki pola pikir terbuka untuk perubahan pun sebaliknya ada beberapa masyarakat yang pola pikirnya tertutup hingga sulit untuk diajak mengalami perubahan zaman.

Tantangan-tantangan tersebut merupakan sebuah hal yang harus mampu dipecahkan oleh para guru. Untuk mengatasi tantangan tersebut maka guru perlu menjadi teladan dan mengimplementasikan berbagai kegiatan yang merupakan penerapan profil pelajar pancasila di sekolah. Adapun guru dapat mewujudkan beberapa kegiatan yang mencerminkan Pelajar Pancasila melalui enam elemen yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. 

Elemen pertama, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak yang mulia dapat diimplementasi melalui Habluminallah, Habluminannas, dan Habluminalalam. Hubungan dengan Tuhan dapat diimplementasikan melalui membiasakan peserta didik dengan doa sebelum dan sesudah pembelajaran, sholat dhuhur berjamaan, pelaksanaan berbagi di jum'at berkah, infaq jum'at dan lain sebagainya. Hubungan dengan sesama manusia dapat dilakukan dengan menyapa dan menghormati guru, bertegur sapa dengan sesama teman, tidak melakukan tindakan kekerasan dan bullying. Hubungan dengan alam dapat diimplementsikan dengan senantiasa merawat tanaman-tanaman yang ada disekolah, menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan kelas, tidak merusaka tanaman dan lain sebagainya. 

Elemen kedua, yakni berkebhinekaan global. Elemen ini dapat di implementasikan dengan mengenalkan berbagai budaya lokal pada peserta didik melalui mendalami budaya dan identitas budaya seperti dengan memberikan pemahaman pada siswa untuk menggunakan bahasa lokal saat dirumah dan menggunakan bahasa Nasional saat disekolah, meskipun adakalanya guru juga perlu membiasakan bahsa lokal yang sopan pada siswa. Selain itu guru juga dapat mengenalkan berbagai adat dan budaya Indonesia tetapi tetap mau terbuka dengan budaya asing dengan syarat menyaring hal-hal positif saja yang boleh diambil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun