Mohon tunggu...
Maharani Arzela Dewi
Maharani Arzela Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I am a student of the Bogor Agricultural University School of Business. I am an enthusiastic and highly motivated student with leadership skills, initiative, and I’m always looking for new challenges. I'm experienced in various internal and external campus organizations. My educational background is in the field of business marketing, internal-external business, and business decision making. I have skills and experience in public relations, public speaking, and marketing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keluarga Dual Earner: Antara Tantangan dan Kesejahteraan dalam Dinamika Keluarga di Perkotaan

6 November 2023   20:37 Diperbarui: 6 November 2023   20:39 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia menghabiskan mayoritas waktu hidupnya dalam dua aspek utama, yaitu keluarga dan pekerjaan. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, kebutuhan keluarga semakin meningkat, yang mendorong keluarga untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Terutama di lingkungan perkotaan, banyak keluarga dikategorikan sebagai keluarga dengan dua sumber pendapatan atau sering disebut sebagai keluarga dual earner. Sederhananya, keluarga dual earner menggambarkan situasi di mana baik suami (ayah) maupun istri (ibu) bekerja untuk mencari nafkah, berbeda dengan pola tradisional di mana hanya suami yang mencari nafkah. Mayoritas keluarga dual earner biasanya memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas, karena kedua pasangan turut berkontribusi dalam pencarian nafkah, dan hal ini biasanya menghasilkan pendapatan yang lebih dari mencukupi. Kendati secara finansial, keluarga dual earner cenderung stabil, tantangan yang mereka hadapi terletak dalam pengelolaan sumber daya keluarga.

Dinamika konflik yang muncul pada keluarga dual earner, terutama dalam konteks perempuan yang menjalani peran ganda sebagai pekerja dan ibu, seringkali dikenal sebagai work-to-family conflict. Konflik ini timbul karena pandangan bahwa perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarga, yang dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang masih melekat dalam budaya patriarki di Indonesia. Pandangan ini menekankan bahwa perempuan seharusnya lebih terlibat dalam urusan keluarga dan pengasuhan anak. Dampaknya, seringkali muncul perasaan bersalah yang memicu konflik antara tugas di tempat kerja dan peran sebagai anggota keluarga.

Dalam mengatasi konflik antara pekerjaan dan keluarga, dukungan dari anggota keluarga, terutama dari pasangan hidup, memegang peranan penting. Dalam konteks manajemen sumber daya keluarga dan kesejahteraan keluarga dual earner di perkotaan, penting bagi keluarga untuk memahami dan mengelola konflik peran ganda secara bijak. Hal ini mencakup kesadaran terhadap pandangan dan norma-norma yang memengaruhi persepsi terhadap peran gender, serta membangun dukungan sosial yang kuat di dalam keluarga. Kemampuan untuk beradaptasi dan berbagi peran dengan pasangan dalam rumah tangga memudahkan keluarga dual earner, terutama perempuan, dalam menjalankan peran ganda sebagai pekerja dan ibu rumah tangga.

Keputusan untuk menjadi keluarga dual earner sangat dipengaruhi oleh kebutuhan finansial dan tujuan khusus yang dimiliki oleh setiap keluarga. Latar belakang dan motivasi bervariasi, termasuk keinginan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan, memenuhi kebutuhan anggota keluarga, menghadapi kenaikan biaya hidup, menyediakan dana pendidikan anak-anak, serta menjaga standar hidup yang layak. Keputusan ini hasil dari evaluasi yang matang terhadap kondisi dan aspirasi keluarga masing-masing, dan menekankan bahwa tidak ada satu pendekatan yang benar atau salah dalam mengelola keuangan keluarga. Setiap keluarga memiliki alasan dan prioritas yang berbeda yang perlu dihormati.

Keluarga dual earner dihadapkan pada sejumlah tantangan dan dampak, terutama jika mereka memiliki anak. Beberapa dari tantangan ini meliputi:

  • Kurangnya waktu dan perhatian yang diberikan kepada anak, yang dapat berdampak pada perilaku anak dan mendorong mereka untuk mencari perhatian dengan perilaku yang mungkin tidak diinginkan.
  • Beban ganda yang harus dijalani perempuan sebagai pekerja, ibu, dan istri, yang dapat menyebabkan kelelahan dan stres.
  •  Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, yang bisa membuat anak merasa terisolasi dan orang tua tidak memahami kehidupan anak-anak mereka.
  • Kurangnya waktu berkualitas bersama keluarga, yang dapat membuat anggota keluarga merasa asing satu sama lain.

Setiap keluarga memiliki cara unik dalam mengatasi tantangan kehidupan ganda ini. Yang terpenting adalah kesadaran, komitmen, dan semangat untuk menjaga keseimbangan antara aspek finansial dan emosional dalam kehidupan keluarga. Hasil wawancara dengan keluarga dual earner di perkotaan menunjukkan bahwa keputusan menjadi keluarga dual earner bisa menjadi peluang untuk pertumbuhan dan perkembangan, selama dihadapi dengan sikap positif dan tekad yang kuat. Ini mencerminkan kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan perubahan gaya hidup demi kesejahteraan keluarga.

Keputusan menjadi keluarga dual earner dapat dipicu oleh berbagai faktor, dan bukan semata-mata kepentingan individu. Keinginan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan mempersiapkan masa depan anak-anak adalah beberapa faktor yang memengaruhi keputusan ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menghormati keputusan finansial orang lain.

Namun, keputusan menjadi keluarga dual earner tidak hanya membawa dampak positif. Dampak negatif juga harus dihadapi, terutama dalam hal manajemen waktu dan perhatian kepada anak-anak. Setiap keluarga memiliki cara sendiri dalam mengelola sumber daya manusia dan kesejahteraan keluarga, dan tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua. Komunikasi terbuka, kerja sama, dan penyesuaian yang tepat adalah kunci dalam menjaga keseimbangan antara karier dan peran sebagai orang tua. Dengan pendekatan ini, keluarga dual earner dapat mencapai kesejahteraan yang diinginkan sambil tetap memastikan kebutuhan dan kesejahteraan anak-anak terp

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun