Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Slayer yang Masih Konsisten

9 September 2015   12:54 Diperbarui: 9 September 2015   19:52 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Slayer saat pengambilan gambar untuk video Repentless. [Photo courtesy of Blabbermouth.net]"][/caption]

Sebenarnya cerita tentang Slayer mau merilis album bukan kabar baru. Sejak beberapa lama gosip tentang ini sudah beredar di Blabbermouth. Sensasinya berkisar pada sejauh mana peran Gary Holt, gitaris dan penulis lagu utama Exodus yang menggantikan Jeff Hanneman sejak duetnya Kerry King itu sakit dan akhirnya meninggal. Holt jelas bukan gitaris sembarangan. Dia salah satu dedengkot Bay Area di San Francisco, kawasan yang dianggap kawah candradimukanya thrashmetal. Metallica termasuk band yang dibesarkan scene ini, bersama-sama dengan Exodus (tentunya), Testament, Death Angel, Forbidden, Violence, dan Laaz Rockit. Bahkan, maestro gitar Joe Satriani juga berasal dari kawasan ini.

Pertanyaan fans, apakah Holt bakal diberi kesempatan buat menulis lagu? Jika ya, jangan-jangan hasilnya akan lebih bagus ketimbang King. Hahaha. Ya, King dan Hanneman adalah penulis lagu utama Slayer dan berpulangnya Hanneman jelas kehilangan besar buat Slayer. Apakah King mampu mengemban peran itu sendirian? Kalau Holt diberi ruang, apakah musik Slayer masih akan tetap sama? Omong-omong, Holt sekarang memelihara cambang dan jenggot, jadi pantaslah disandingkan dengan King. Hahahaha.

Selain itu, diskusi lain yang berkembang tentu saja tentang posisi skin-man yang sekarang dipegang Paul Bostaph, menyusul dipecatnya Dave Lombardo. Bostaph sebenarnya bukan orang baru di Slayer. Ketika Lombardo keluar untuk pertama kali pada 1992, Bostaph yang masuk menggantikan. Bersama dia, Slayer mengeluarkan 3 album. Tapi, bagi fans lawas, line up original dan paling oke tetap saja Tom Araya (bas/vokal), King (gitar), Hanneman (gitar), dan Lombardo (drum). Inilah formasi yang melontarkan 5 album awal Slayer yang menandai kelahiran hingga kematangan salah satu godfather thrashmetal ini, termasuk album paling keren mereka, Reign in Blood (1986) dengan lagu andalan “Angel of Death”.

Intensitas musik Slayer yang ditandai permainan gitar sangat agresif serta drum bertempo cepat ditingkahi double bass drum menjadi standar thrashmetal. Saat itu, Lombardo dianggap dewa dengan permainan cepat, bertenaga, tetapi tetap berjiwa. Belakangan, memang banyak bermunculan band-band lebih ekstrem dengan lagu bertempo supercepat. Meski demikian, semua tetap angkat topi pada Lombardo. Kecepatan memang bukan segalanya. Lombardo bisa memasukkan groove dan beat yang memberi tekstur pada musik Slayer. Contoh paling nyata adalah lagu “Seasons in the Abyss” dari album bertajuk sama (1988). Dari intro yang lambat terus merangkak hingga mid tempo, Lombardo menambahkan fill-in yang menjadi ciri khas lagu ini. Jiwa lagu ini tidak muncul ketika dibawakan Bostaph pada salah satu video live yang aku tonton. Ya memang harus masternya yang main, baru pas.

Okelah, aku memang ada di pihak Lombardo. Namun, banyak fans juga mengkritik keputusan dia untuk keluar dan menyambut baik kehadiran Bostaph. Nyatanya, pada Divine Intervention (1994), album pertama bersama Bostaph, penampilannya tidak mengecewakan. Secara teknik, Bostaph tidak kalah dibandingkan Lombardo. Makanya, ketika Lombardo keluar lagi (tepatnya dipecat oleh King) untuk kedua kalinya dua tahun silam, dan setelah digantikan sebentar oleh Jon Dette untuk mengisi tur di Australia, Bostaph menjadi pilihan yang sangat masuk akal.

Bostaph dan Lombardo ini ganti-gantian saja mengisi posisi skin-man Slayer. Tadinya, saat Lombardo masuk lagi menggantikan Bostaph pada 2001, fans menyambut gembira dan tak sabar menanti album baru bersama original line-up. Bersama Bostaph, Slayer memang sempat bereksperimen dengan memasukkan unsur nu-metal pada album God Hates Us All (2001). Langgam vokal Araya juga sempat bergeser dari tadinya masih ada growl menjadi berteriak-teriak lepas. Nah, Christ Illusion (2006), album pertama setelah original line-up kembali, ternyata tidak segar-segar amat. Memang, Slayer kembali ke akar, dan tetap mencoba kontroversial melalui nomor “Jihad” (bukan Slayer namanya kalau tidak kontroversial). Comeback ini terbilang sukses, antara lain dengan diraihnya Grammy untuk “Eyes of the Insane”. Omong-omong, fans sempat heboh ketika pada sebagian lagu “Supremist”, Lombardo tiba-tiba memainkan blast beat, ketukan ekstrem supercepat ala grindcore atau deathmetal. Yeah, imho, Christ Illusion merupakan album reuni yang menyenangkan.

Slayer masih sempat merilis World Painted Blood (2009) yang lumayan sukses sebelum akhirnya dirundung tragedi berpulangnya Hanneman, lalu menyusul kemudian dipecatnya Lombardo. Ah...

Setelah panjang lebar, jadi bagaimana dengan Repentless, album terbaru di 2015 yang resminya beredar Jumat (11/9) ini. Karena aku mendengar dari versi yang tidak resmi, jadi berbagai informasi resmi pada cover sleeve, aku tidak tahu. Termasuk lirik dan kredit penulis lagu dan solo gitar.

Melihat cover, ah biasalah. Bukan Slayer namanya kalo tidak vulgar. Sampul Christ Illusion saja sempat dilarang dan terpaksa ditutup cover lain. Tampaknya Slayer masih bermain pada tema-tema yang sama.

Diawali intro instrumentalia “Delusions of Saviour”, Slayer langsung menggempur dengan “Repentless”. Inilah ciri yang membesarkan Slayer, thrashmetal cepat dan agresif serta menebarkan ancaman dan kemarahan. Belum sempat menghela napas, nomor berikutnya “Take Control” sudah menyerbu. Masih dengan intensitas dan agresivitas yang sama, mengingatkan pada Reign in Blood. Sama sekali tidak tampak kelelahan atau penurunan semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun