Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Metal Tanpa Batas Ala Babymetal

1 April 2016   08:44 Diperbarui: 4 April 2017   16:11 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Karate” tampil berikutnya. Kesan industrial menyeruak pada intro sebelum berlanjut dengan garukan gitar yang heavy dan drum yang groovy. Enak banget buat headbang. Ketika vokal masuk, whoahooo... this is Babymetal. Susah menjelaskannya, tapi kombinasi khas antara garangnya gitar dan vokal yang imut menjadi signature Babymetal. Nomor ini layak menjadi hits.

Nomor ketiga “Awadame Fever” mengingatkan pada “Catch Me If You Can”. Lagu-lagu seperti ini dirancang untuk jadi jeda dan berimprovisasi saat konser.

Nomor keempat “YAVA!”menghadirkan crossover metal dengan ska. Terdengar riang dan bersemangat. Musik-musik beginian yang acap terdengar menggelegar dari toko-toko pakaian anak muda di sepanjang Jalan Takeshita, Harajuku. Lagi-lagi aku terenyak, bisa juga ya metal dibikin begini.

“Amore” yang muncul berikutnya standar saja, just another fast power metal song. Yang perlu disimak barangkali harmoni duet gitar Kami Band yang melodius. Buat penggemar metal yang ngebut, nomor ini dijamin memuaskan.

“Meta Taro” yang mengekor di belakangnya lagi-lagi membuatku tersenyum lebar. Nggak tahu lagu ini bercerita tentang apa, tapi menyimak cara menyanyinya, kayak lagu anak-anak masa lalu, sebutlah “Balonku” atau “Potong Bebek Angsa”. Nomor-nomor seperti ini yang membuat Babymetal dikira lelucon. Tapi, bahkan lagu seperti ini pun bisa dibikin jadi lagu metal yang garang.

Dua lagu berikutnya, “GJ!” dan “Sis. Anger” menurutku permata-permata di album baru ini. “GJ!” merupakan nomor metal yang berat tapi nge-groove ala Lamb of God. Tapi kombinasi duet imut bergaya rap dari Yui dan Moa menghadirkan sesuatu yang benar-benar fresh yang menyenangkan didengar. Sementara itu, “Sis Anger” nggak tanggung-tanggung. Ini sih bisa dibandingkan dengan deathmetal ala Cryptopsy atau, kalau di Tanah Air, Burgerkill atau Siksakubur. Lengkap dengan blastbeat yang bertalu-talu. Mungkin agak lebay, tapi memang ini nomor yang kelam dan bengis kalau saja vokalnya growl dan throat. Berhubung yang menyanyikannya tiga remaja imut, lagi-lagi aku cuma bisa berujar, busyet!... boleh juga. Keren.

Usai dihajar dua nomor yang sejauh ini metal oktan tinggi, “No Rain, No Rainbow” menjadi oasis menyejukkan. Ini nomor balad yang indah. Diawali denting piano dan alunan orkestra biola, nomor ini cocok untuk mengistirahatkan kuping sejenak. Sayang sekali, kendala bahasa membuat pendengar yang tidak mengerti bahasa Jepang sulit menangkap makna lirik. Walau agak mendayu, tapi lagu ini tidak menjadi cengeng.

Ternyata, pendengar hanya diberi kesempatan menarik napas sejenak. “Tales of The Destinies” langsung menggebrak lagi dengan tempo cepat. Ini nomor yang sedikit akrobatik. Berbagai elemen coba ditampilkan sehingga agak gado-gado rasanya.

“The One” yang menjadi nomor pamungkas terasa istimewa. Untuk pertama kalinya Su menyanyikan lirik berbahasa Inggris. Walau sepotong-sepotong dan disambung kembali dengan bahasa Jepang, tapi pesannya tertangkap jelas. Di video resmi di Youtube, ditampilkan terjemahannya. Intinya, lagu balad ini berkata bahwa siapa pun yang mendengarkan lagu ini, kita adalah satu. Cheesy, tapi sangat kontekstual dengan Babymetal. Yup, mereka dari Jepang dan turut membawa ke-jepang-an mereka. Yang mempersatukan mereka dan penontonnya adalah kecintaan terhadap musik yang universal. Pesan yang sangat positif. Tak heran, membaca komentar-komentar di Youtube, rata-rata mengapresiasi Babymetal.

Yup, seperti seorang teman penggemar grunge pernah berujar, di kancah metal terjadi regenerasi sehingga genre ini terus eksis. Aksi-aksi seperti Babymetal, meski awalnya dianggap bercandaan doang atau cuma gimmick bisnis yang nggak bakal bertahan lama. Nyatanya, Babymetal bisa menjadi jembatan atau pintu masuk sehingga umat metal terus bertambah. Seperti kata seorang komentator, penonton konser Babymetal itu mulai dari metalheads cool yang cuma gondrong dan berkaos hitam, anak punk dengan spikes, hingga anak kecil beserta ibunya.

Album ini menegaskan lagi, berbagai crossover dimungkinkan untuk membuat metal menjadi musik tanpa batas. Batasannya adalah kreativitas. Sejauh kau kreatif, langit pun tak bisa membatasinya.

Tinggal lagi, kapan ya ada promotor yang mau membawa Babymetal ke Indonesia. Aku pastikan akan hadir di sana. Hail!...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun