Mohon tunggu...
Putri
Putri Mohon Tunggu... -

Silence is golden............ (sometimes)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fireflies in the Mist

22 April 2014   14:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika kusadari cahayaku jadi redup aku tahu kalau aku sudah terperangkap dalam kabut. Aku ingin pulang dalam kehangatan tapi kabut ini menahan dan membuatku terpenjara dalam pekat. Bagaimana aku harus mengurai helai-helai kabut ini sementara aku sendiri hampir kehilangan cahaya?

Cahayaku masih terdiam di sana dalam hening dan sunyi bertabur denyut-denyut teratur. Bila cahayaku jatuh terkapar dan meletih seperti itu lalu aku bisa apa? Aku hanya bisa bergantung dan memohon pada Sang Pemberi Cahaya dalam semua pasrah yang kumiliki. Tapi apakah itu cukup untuk membuat cahayaku kembali terang benderang?

Kurasa tidak. Cahayaku terlanjur digores kabut yang meretak jadi serpihan kaca berujung tajam dan melukainya sedalam itu. Apakah bisa pulih kembali? Aku terpaka menggeleng dalam gelapku karena kau benar-benar tidak tahu.

Setiap kunang-kunang pernah terperangkap dalam gelap, itu aku tahu. Tapi apakah naluri sudah mati hingga jangkauan tangan gelap itu tak bisa lagi dideteksi? Lantas kemana perginya sarangku yang hangat dan penuh cahaya? Tempat aku biasa menarikan suka cita dan menyanyikan tawaku?

Saat ini aku hanya bisa memeluk cahayaku sebentar, pelan-pelan, lembut dan ringan. Ketika pelukan kasihku hanya akan membuat cahayaku merintih dan memudar lantas aku bisa berbuat apa lagi? Hanya bisa kupandangi dia dengan setitik terang yang terus mengabur.

Jadi bolehkah aku merasa lelah karena aku harus terbang sendirian hampir tanpa cahaya? Atau tidak bolehkah karena bisa membuat cahayaku makin kehilangan cahaya? Aku berasa seperti kunang-kunang yang terperangkap kabut gelap. Dan sekarang cahayaku meredup dirajam serpihan-serpihan kabut. Masih bolehkah kutaruh sepotong harapan? Ataukah aku hanya bisa menjemput harapan kosong? Jangan. Aku bisa ikut mati.

Tolong kembalikan cahayaku. Jangan ambil cahayaku atau aku akan dilanda kegelapan selamanya. Jangan biarkan kabut ini membuatku terpenjara dalam sumur gelap tak berdasar. Aku bisa terbang menuju cahaya tapi dengan sayapku yang sudah koyak dan setengah patah akan butuh berapa lama sebelum aku kembali jatuh?

Aku hanya ingin membawa cahayaku pulang dan melepaskannya dari kabut agar tidak lagi meredup. Bolehkah?

**********

*21.04.2014.m.i.s.s.y.o.u.r.s.m.i.l.e.b.i.g.g.u.y*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun