Mohon tunggu...
Putri
Putri Mohon Tunggu... -

Silence is golden............ (sometimes)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Kau dan Aku

26 Agustus 2014   13:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:32 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kadang-kadang aku membencimu karena kau memenjarakan aku dalam kasihmu yang tak terbatas. Karena kau menjagaku dengan cintamu yang begitu luas. Karena kau memberiku kehidupan yang tak pernah berani kubayangkan sebelumnya. Karena kau memberikan pelukan hangat tiap kali aku jatuh dan terluka.

Semuanya terlalu indah buatku. Sehingga aku takut kelak bila aku membuka mata seusai tidur lelapku maka semuanya langsung hilang dan aku kembali pada ketakutan-ketakutanku. Pada labirin-labirin kelam mengerikan yang tak pernah kupilih tapi terpaksa harus kulalui.

Tapi lengkung pelangi selalu kau refleksikan di ujung mimpi burukku melalui prisma tatapan mata dan senyum lebarmu. Membuatku merasa bisa melalui hari-hariku ke depan dengan kepala tegak. Hari di bawah siraman hangat cahaya matahari maupun hari berbadai dipenuhi tornado.

Jemarimu selalu erat menggenggam hatiku dalam doamu yang paling indah dan tulus. Sehingga Ia selalu menjaga dan melindungiku dengan setiap bulir berkat yang kau minta dariNya.

Kalau saja waktu bisa berputar kembali dan aku boleh memilih aku akan tetap memilihmu jadi pelindungku hingga tiba waktunya sayapku telah sempurna mengepak dan aku siap terbang menembus warna-warni dunia. Aku tak bisa membayangkan suatu saat akan meninggalkanmu ketika aku harus berjalan terus untuk menebus mimpiku.

Aku akan mengingat setiap titik cinta yang pernah kau ajarkan. Pada setiap kata maaf yang pernah kau bisikkan. Pada setiap kesabaran yang kau sebarkan di udara. Pada setiap halaman hidup tempat kau menorehkan namaku di samping namamu dan nama orang-orang yang kau cintai. Pada setiap hari yang tercecer di sela waktu yang terus berputar.

Kelak bila aku rindu untuk pulang aku berharap masih memiliki tempat untuk sekedar menikmati senyum dan pelukanmu. Untuk sekedar tertawa bersamamu di bawah hangatnya sinar matahari sore di sudut beranda.

Saat ini hanya bisa kukirimkan rangkaian aksara sebelum kumulai hariku dalam lindungan doa darimu. Papa, terima kasih atas kedatanganmu dalam hidupku.

(CL.6:25.26.08.2014.PPMDS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun