Dalam bulan basah, Desember setiap tahun, pesisir pantai barat Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan, hari-harinya lebih sering diramaikan dengan pemandangan perahu nelayan yang terparkir di tepi pantai. Pemandangannya tak sekadar berupa panorama pantai pasir putih yang indah tapi juga unik dengan aktivitas nelayan yang tak melaut.
Hamid Dg. Sese (45), salah seorang nelayan di Dusun Karama Desa Aeng Batubatu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar mengatakan, setiap akhir tahun – Desember, wilayahnya memasuki musim penghujan disertai tiupan angin barat yang kencang menyebabkan terjadinya gelombang besar di lautan.
Biasanya, kondisi seperti itu berlangsung hingga bulan Pebruari tahun berikutnya. Dalam musim barat yang disertai hujan, para nelayan di Galesong Utara, umumnya lebih banyak memarkir perahunya di tepi-tepi pantai. Mereka hanya sekali-sekali melaut, di saat angin dan ombak laut terlihat mereda. Dalam musim angin barat yang basah seperti ini, biasanya nelayan hanya dapat melaut dua sampai tiga jam setiap hari.
Ketika Kompasianer melintas di pantai pasir putih sepanjang lebih 3 kilometer di Kampung Karama Desa Aeng Batubatu, Minggu siang (26/12/2010), tampak lebih dari 200 buah perahu nelayan parkir di pesisirnya.
Pemandangan alam yang sungguh syurr….  Di antara ratusan jenis perahu nelayan yang disebut perahu fiber terparkir di lokasi tersebut, terlihat berpuluh nelayan tua-muda. Bahkan bersama anggota keluarga -- isteri dan anak-anak mereka, terlibat mengutak-atik, memperbaiki berbagai komponen perahu mereka yang bercat warna-warni dengan bendera umbul-umbul yang tetap terpasang di setiap perahu.
Duh… Nyanyian alam deru angin dan ombak menggulung putih berkejaran memecah berderai ke pasir pantai, seolah menjadi musik latar lokasi parkir ratusan perahu nelayan ini.
Sayangnya, event  tahunan panorama alam nelayan Pantai Galesong Utara yang indah tersebut masih selalu berlalu bersama berakhirnya angin musim barat yang basah.
Sampai sekarang, lokasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata atau tempat rekreasi pantai tersebut belum dilirik oleh pihak pemerintah setempat maupun pihak swasta. Padahal letak lokasinya tak lebih 2 kilometer dari gerbang perbatasan Kota Makassar dengan Kabupaten Takalar. Tak jauh dari lokasi wisata dan rekreasi Kawasan Tanjung Bunga Makassar yang kini sedang diminati banyak investor.
Pengembangan Pantai Karama Desa Aeng Batubatu ke depan menjadi obyek wisata, dipastikan juga akan dapat menutupi kegundahan para nelayan di tempat tersebut terutama dalam masa musim barat yang basah setiap tahunnya.
Selama terlihat perahu-perahu parkir di Pantai Karama berarti selama itu nelayan di sini tidak punya penghasilan.
Menurut Hamid Dg Sese, puncak penghasilan nelayan di daerahnya terjadi pada musim kemarau. Pada saat kemarau, nelayan pemilik perahu fiber melaut berburu ikan cumi. Sehari dapat memperoleh hingga 10 kg, dengan harga jual saat ini mencapai Rp 25.000 per kg. Â
Jika malam terang bulan, mereka berburu ikan tembang sampai sekitar 5 mil dari garis pantai masuk Laut Selat Makassar. Setiap nelayan dapat memperoleh 1 hingga 3 baskom ikan tembang dengan harga jual Rp 50.000 per baskom.
Akan tetapi, di musim angin barat yang basah seperti sekarang, katanya, kalau cuaca bersahabat nelayan yang melaut sekitar 2 sampai 3 jam sehari hanya bisa menjaring tangkapan berupa udang sitto atau udang putih. Harga udang sitto saat ini bervariasi antara Rp 65.000 hingga Rp 100.000 per kg. Sedangkan udang Putih, Rp 35.000 per kg.
Hanya saja, jika para nelayan ini melaut 2 sampai 3 jam sehari di musim barat yang basah, sangat sulit untuk mendapatkan sampai 1 kg udang sitto atau udang putih.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
[caption id="attachment_81800" align="aligncenter" width="640" caption="Hamid Dg Sese di samping perahunya yang tak melaut/Ft:Mahaji Noesa"][/caption]
Â
Â
[caption id="attachment_81802" align="aligncenter" width="640" caption="Tampak ratusan perahu fiber terpakir di Panta Karama, Galesong Utara/Ft:Mahaji Noesa"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H