Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menengok Lapak-lapak Cinta di Pantai Makassar

18 Juni 2011   10:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:24 2339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waktu mendekati pukul 10 siang wita, Sabtu, 18 Juni 2011, tampak dua sepeda motor dikendaraimasing-masing sepasang remaja (laki-perempuan) memasuki gerbang wisata Pantai Barombong di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Mereka membayar tiket masuk, Rp 5.000/motor kepada petugas di sebuah pos jaga yang terletak hanya beberapa meter dari pintu masuk.

[caption id="attachment_114709" align="aligncenter" width="640" caption="Lapak-lapak di pantai Tanjung Layar Putih/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Informasi diperoleh, pungutan dilakukan oleh petugas dari Perusahaan Daerah Sulawesi Selatan (PD SUlsel). Sebagaimana diketahui, Kawasan Wisata Pantai Barombong merupakan salah satu aset Pemprov Sulawesi Selatan yang dikelola oleh PD Sulsel.

Namun, hanya sekitar 200 meter meluncur dari pos jaga, kedua pasang remaja bermotor harus berhenti, terhalang sebuah palang bambu di mulut jalan ke arah pantai. Mereka baru dapat masuk setelah membayar Rp 2.000/sepeda motor kepada seorang warga yang bertindak juga sebagai petugas jaga.

Pungutan tersebut kemudian diketahui, dilakukan oleh kaki-tangan pemilik tanah yang belum dibayar ganti ruginya oleh pihak Pemrov Sulsel di Kawasan Wisata Pantai Barombong. Di atas lokasi ini, memang, terlihat ada dua buah papan yang bertuliskan ‘’Tanah milik Kamaluddin Dg Bundu, masih dalam proses.’’

[caption id="attachment_114711" align="alignright" width="300" caption="Lapak seperti ini laris sekalipun bukan hari libur/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Luas lokasi yang belum mendapat ganti rugi sekitar 88 are. Lokasi itu persis berada di ujung selatan rencana pembangunan stadion berkapasitas 60.000 penonton. Akibatnya, tampak pekerjaan sebagian dari dinding tembok stadion yang direncanakan akan rampung tahun 2011 ini, terlihat terhalang tak dikerjakan.

Setelah memarkir sepeda motornya, kedua pasangan (4 orang) remaja tadi terlihat menghilang ke arah pantai. Biasanya, menurut cerita dari warga yang beraktivitas sekitar pantai itu, pasangan muda-mudi itu lalu menyewa sebuah pondok atau lapak yang jumlahnya puluhan tersedia di lokasi tersebut.

Ukuran dan bentuk lapak hampir sama, paling besar 2 x 2 meter. Umumnya terbuat dari batangan bambu, beratap daun nipa, dinding gedeg (gamacca), berlantai balai-balai bambu. Sekalipun dibangun di atas pasir pantai dalam jarak yang berdekatan, namun setiap penghuninya aman bersantai di lapak. Apalagi, jika menempati lapak yang pintunya berpenutup, sekalipun hanya menggunakan semacam gorden kain.

Beberapa saat kemudian terlihat beberapa pasangan memasuki lokasi sekitar lapak-lapak di Pantai Barombong. Mereka pun lalu menempati lapak-lapak yang sewanya Rp 20.000 sehari per lapak. Dari warga sekitar diketahui, sekalipun lapak dibangun di Kawasan Pantai Barombong namun bukan bagian dari usaha PD Sulsel.

Lapak-lapak yang ada di Pantai Barombong ini sama seperti ratusan lapak lainnya yang terdapat di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Ria, Tanjung Layar Putih, Tanjung Bayang, Pantai Anging Mamiri, dan Tanjung Merdeka yang berlokasi berderet di arah utara Kawasan Wisata Pantai Barombong.

Dalam pengamatan di Pantai Tanjung Ria, Tanjung Layar Putih, dan Tanjung Merdeka Sabtu siang (18 Juni 2011), pun tampak banyak pengunjung setelah membayar sewa mereka lantas aman tak terusik menempati lapak. Tanpa ada pemeriksaan apakah yang menempati lapak itu adalah pasangan resmi suami isteri, dengan pacar atau selingkuhannya.

Jika dahulu, lapak-lapak di tempat rekreasi pantai di bagian barat Kawasan Tanjung Bunga Kota Makassar ini, hanya ramai didatangi pengunjung yang berekreasi di hari-hari Minggu atau hari libur lainnya. Kini, lapak-lapak tersebut juga sudah tampak tak pernah sepi di hari-hari biasa. Di luar hari libur, pengunjungnya kebanyakan adalah remaja-remaja berpasangan.

Kecuali di lokasi Pantai Akkarena yang dikelola oleh pihak PT GMTD – pengembang Kawasan Wisata dan Bisnis Tanjung Bunga, dan pantai Tanjung Bayang yang dikelola oleh pihak LPM setempat. Lokasi-lokasi permandian pantai lainnya yang ada di pesisir barat Kawasan Tanjung Bunga Makassar, hanya menerima pengunjung pada siang hari.

[caption id="attachment_114712" align="alignleft" width="300" caption="Lapak di pantai Tanjung Bayang/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

‘’Tak ada yang dibiarkan menginap bermalam di pondok-pondok,’’ jelas seorang petugas di Kawasan Wisata Pantai Barombong. Penjelasan sama diperoleh dari warga di lokasi pantai Tanjung Merdeka, Tanjung Ria, dan Tanjung Layar Putih.

Cerita yang kini berkembang di kalangan warga Kota Makassar, bahwa sejumlah lokasi rekreasi pantai di sekitar Kawasan Tanjung Bunga Makassar adalah tempat aman untuk bercinta, rasanya bukan hanya perbincangan isapan jempol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun