[caption id="attachment_367296" align="aligncenter" width="480" caption="Pangkalan Ojek (PO) Pasar Andounohu di kota Kendari/Ft:Mahaji Noesa"][/caption]
Ruas-ruas jalanan protokol di kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) selain umumnya dibuat dua jalur, berada dalam jalur lurus yang cukup panjang. Jika hanya menggunakan satu nama untuk penamaan sebuah jalur, maka penomoran rumah yang membentang dari poros Kota Lama Kendari ke arah Mandonga atau dari Kota Lama melalui poros bypass ke wilayah Kadia, dipastikan penomorannya bisa masuk rekor dunia karena akan melebihi angka 1000-an.
Maklum, kedua poros jalan protokol tersebut panjangnya masing-masing melebihi 8 km. Guna memudahkan pengenalan alamat, Pemkot Kendari membaginya dengan beberapa nama jalan, sekalipun masih dalam satu jalur yang lurus. Untuk jalur panjang bypass Kota Lama ke arah kelurahan Kadia misalnya, dibagi atas beberapa nama jalan yang mengabadikan sejumlah nama mantan gubernur provinsi Sultra seperti Jl. Laode Hadi, Jl. Edi Sabara dan Jl H Alala. Demikian halnya poros lama Kota Lama ke Mandonga ditandai dengan pemberian sejumlah nama jalan memakai nama-nama pahlawan nasional Indonesia.
Poros protokol lainnya berada dalam satu jalur lurus dengan panjang lebih 5 km, Pasar Baru ke Pasar Andonohu, Andonohu – Abeli, RSUD Abunawas – Kantor Gubernur, RSUD Abunawas – Pudae, Mandonga – Wuawua, Mandonga – Puwatu, Wuawua – Puwatu, Wuawua – Lepolepo, Lepolepo – perbatasan Ranomeeto, dan Talia – Sambuli.
[caption id="attachment_367299" align="aligncenter" width="480" caption="Motor ojek di pasar Kota Lama Kendari punya helm cadangan/Ft: Mahaji Noesa"]
Poros-poros panjang tersebut umumnya dibangun di tanah dataran kanan-kiri Teluk Kendari yang memanjang timur – barat sekitar 10 km dengan lebar bentang perut teluk rata-rata 1 km. Di pesisir teluk inilah kota Kendari yang ditetapkan sebagai ibukota provinsi Sultra sejak 27 April 1964, berkembang dan dikembangkan. Pemgembangan kotanya memerlukan penanganan spesifik, karena 500 meter dari pesisir teluk sudah harus menerobos barisan bukit Nipanipa di arah utara dan bukit Nangananga yang seolah memagar di arah selatan kota. Kemiringan bukit antara 0 hingga 65 derajat.
Akan tetapi tofografi kota seperti itu tidak menjadikan halangan bagi Pemkot Kendari mengembangkan kotanya seluas lebih 300 km persegi. Ratusan jalan baru yang dibangun vertikal seolah hendak menusuk Teluk Kendari selama ini ternyata mampu mendorong percepatan terbukanya kawasan-kawasan pemukiman baru, kawasan perdagangan dan perkantoran sampai sejauh lebih 5 km dari garis pantai Teluk Kendari, seperti ke arah Wuawua dan Puwatu.
Tingginya kesadaran warga ikut mempercepat keberhasilan berbagai pelaksanaan program Pemkot menata dan membangun kota. Tatkala Pemkot telah memuluskan jalanan, membangun dan memperbaiki drainase, menata taman, dan menyiapkan bak-bak sampah yang menyediakan kotak sampah organik dan nonorganik. Warga menyambutnya dengan tindakan cerdas, antara lain, ikut membuat bak-bak sampah diberi label Sampah Basah dan Sampah Kering yang menuntun pembuangan dan memudahkan pengangkutannya.
[caption id="attachment_367301" align="aligncenter" width="480" caption="Peta trayek dan rencana jaringan angkot di kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]
Di pasar-pasar kota Pemkot menyediakan komposter -komposter, dan di TPA Puwatu mengolah sampah buangan menjadi gas metan yang dimanfaatkan untuk penerangan jalan, memasak, menghidupkan alat-alat elektronik rumah tangga sekitar lokasi. Setelah berhasil secara berturut meraih piala Adipura, tahun ini kota Kendari menanti hasil upaya Pemkot dan warganya untuk dianugerahi piala Adipura Kencana.
Tak hanya di sektor lingkungan dan pemeliharaan kebersihan kota, gerakan cerdas warga kota membantu upaya Pemkot menumbuhkan ekonomi rakyat terlihat melalui pembangunan dan penataan tempat-tempat usaha warga. Seperti dengan dilakukannya pembangunan dan rehabilitasi pasar-pasar tradisional, dan membangun pasar khusus Pedagang Kaki Lima di Mandonga.
Pasar Panjang di Lepolepo merupakan pasar yang tumbuh secara spontan oleh para eks pedagang Pasar Baru yang terbakar beberapa tahun lalu. Pasar Baru saat ini masih dalam tahap perampungan pembangunan didisain dua lantai, sebelumnya tidak bertingkat.
Pemkot Kendari merencanakan untuk mematenkan Pasar Panjang yang kini telah menjadi salah satu ikon sebagai pasar yang benar-benar panjang. Mengikuti tepian kanan-kiri jalanan menyerupai simbol tambah dengan bentangan palang masing-masing sepanjang lebih 1 km. Menyebabkan pembeli kebanyakan berbelanja dengan tetap mengendarai kendaraannya.
[caption id="attachment_367303" align="aligncenter" width="480" caption="Pangkalan ojek di seputar mall Mandonga kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]
[caption id="attachment_367305" align="aligncenter" width="480" caption="PO Puskemas Poasia di kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]
Tingginya kesadaran warga kota selama ini untuk ikut mengatasi permasalahan publik di berbagai sektor, rasanya kini kota Kendari sudah dapat dikategorikan sebagai Kota Cerdas. Bayangkan, ketika PDAM belum mampu memenuhi permintaan kebutuhan air bersih warga, warga tak menggerutu. Tapi mencari solusi mengatasi masalahnya, justeru dengan membuka usaha baru menyediakan layanan jasa air bersih melalui mobil-mobil tank air bersih yang kini telah jadi andalan bukan sebatas keperluan rumah tangga, tapi juga untuk kebutuhan pelayaran rakyat serta usaha-usaha jasa lainnya.
Jika saja tidak ada kecerdasan warga memanfaatkan ratusan jalur nontrayek angkutan kota sebagai sumber pendapatan, maka kota Kendari rasanya akan menjadi kota lelet dan mahal untuk umum berinteraksi atau beraktivitas jika hanya mengandalkan transportasi angkutan kota petepete atau taksi.
Betapa tidak, jalur-jalur jalan protokol yang ada di pesisir Teluk Kendari seperti telah digambarkan kini belum semua dilalui trayek angkutan kota. Pihak Dinas Perhubungan Kota Kendari baru merencanakan untuk membuka jaringan trayek bus BRT untuk jalur-jalur panjang dari Pasar PKL – Lalodati, Terminal Puwatu – Badara Halu Oleo (HO), Terminal Lapulu ndara HO, Terminal Kota Lama – Bandara HO, Pasar PKL – Terminal Baruga, Kampus Universitas HO – Terminal Lapulu, dan Terminal Kota Lama – Terminal Lapulu.
Namun begitu, beratus ruas jalan di kota yang dua kali lebih luas dari kota Makassar – kota metropolitan pertama di Indonesia timur, saat ini mudah dijangkau. Pangkalan ojek yang populer disebut PO di kota Kendari, terdapat dari pusat hingga pinggiran-pinggiran kota. Bahkan siap mengantar hingga ke luar kota dengan waktu yang lebih singkat dan tarif relatif lebih murah dibandingkan menggunakan angkot petepete atau taksi.
Dengan ongkos Rp 20.000 seseorang sudah dapat menggunakan jasa ojek dari Kota lama Kendari hingga ke Talia dengan waktu tempuh sekitar 25 menit. Sedangkan jika menggunakan angkot petepete dengan 5 kali ganti mobil ongkos Rp 25.000, waktu tempuh lebih satu jam perjalanan. Menggunakan taksi, biaya argonya tiga kali lebih besar dari ongkos angkot.
‘’JeeeK…ojek!’’ Demikian sapaan khas para pengojek terkadang denngan melambaikan tangan terhadap orang-orang yang dianggap sebagai calon penumpang apabila berjalan melintas di sekitar PO-PO di kota Kendari.
Selain mangkal di PO-PO, banyak pengojek yang berkeliling mencari penumpang. Ciri umum pengojek di kota Kendari, memiliki sebuah helm cadangan, berjaket dan tak menggunakan sepatu kantoran. ‘’Suatu malam ketika melintas di keramaian jalan Kendari Beach, seorang lelaki parlente menyapa saya dengan panggilan jek. Saya berhenti, dan lelaki itu lalu naik di boncengan minta diantar ke depan Hotel Clarion berjarak sekitar dua kilometer. Ketika kutanya, lelaki itu menjelaskan memanggilnya sebagai ojek karena terlihat ada helm digantung di depan motor. Saya kala itu memang baru pulang mengantar teman di Sodohoa. Setelah sampai tujuan, lelaki itu membayar dengan uang Rp 50.000,’’ cerita Den, seorang mahasiswa perguruan tinggi, sebagai awal kisah ia mulai mengojek lepas di kala ada waktu senggang.
Dari cerita dengan sejumlah pengojek diketahui, selain mereka yang menjadikan sebagai mata pencarian utama, ada juga pensiunan PNS, pensiunan ABRI, reporter suratkabar lokal, dan perempuan mengojek sebagai pekerjaan sampingan. Pendapatan mereka minimal Rp 20.000 hingga lebih dari Rp 100.000 setiap hari.
Para pengojek di Kendari umumnya dapat diajak berkomunikasi dengan baik untuk mencapai alamat tujuan. Lebih dari itu, mereka tak cuma hapal nama-nama jalan dan mengetahui letaknya, tapi juga mengetahui lokasi kantor-kantor, hotel, restoran, rumah makan, mall, pasar, dan tempat-tempat hiburan. Ada cerita warga berkembang, jika masih ada ojek anda tak akan kesasar di kota Kendari. Ojek kota Kendari sampai sekarang masih termasuk angkutan alternatif warga yang terpercaya, meski tak terorganisir belum punya catatan hitam di mata warga maupun petugas. Bahkan tak sedikit peristiwa kejahatan mengancam warga justru diselamatkan para pengojek kota Kendari.
‘’JeeeK...ojek, bisa ngantar ke Bokori?’’ Kata saya berguyon kepada seorang pengojek yang sudah menjadi langganan di depan Mall Mandonga kota Kendari. Guyonan ini disambut ger rekan-rekan pengojek lainnya. Masalahnya, Bokori adalah sebuah pulau pasir tempat rekreasi di perairan timur kota Kendari. Namun si rekan pengojek yang disapa terlihat tetap serius.
‘’Boleh…boleh saja kuantar kemana kehendakmu. Untuk ke Pulau Bokori, ongkos ojeknya Rp 200.000 hingga Toronipa, dan bayar perahu motor penyeberangan Rp 250.000 untuk pulang pergi,’’ jawabnya, kemudian ngakak.
Pengojek kota Kendari yang cerdas-cerdas perlu disupport oleh Pemkot sebagai salah satu penunjang Kendari sebagai Kota Cerdas. Paling tidak, Pemkot dapat mengalokasikan anggaran membantu membuatkan model PO-PO yang nyaman dan menjadi bagian dari asesori keindahan kota. Lebih jauh, dapat membantu menata organisasi dan managemen ojek kota yang telah dijadikan sumber pendapatan ribuan warga.
‘’JeeeK...ojek, kuatar kemana kehendakmu!’’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H