Warna-warni ledakan berbagai jenis kembang api menjadi bagian dari kelengkapan cerita fragmen Perjuangan Datu (Raja) Luwu, Andi Jemma, dipentas malam kesenian menyambut peringatan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke 66, 23 Januari 2012 di Kota Malili, ibukota Kabupaten Luwu Timur. Biasnya juga memantulkan pemandangan indah sepanjang Sungai Malili yang mengalir di sisi selatan Kota Malili.
[caption id="attachment_157572" align="alignright" width="480" caption="Salah satu papan peringatan dipajang di dekat mulut jembatan yang melintasi Sungai Malili, Luwu Timur/Ft;Mahaji Noesa "][/caption]
Puluhan ribu warga yang memadati lapangan tempat penyelenggaraan malam kesenian yang berlangsung di lapangan dekat mulut Jembatan Malili di tepi Sungai Malili, sesaat tampak terdiam tatkala terlihat panorama ledakan warna-warni kembang api di udara seolah menyatu dengan pantulan cahaya dari permukaan Sungai Malili malam itu.
Terkesan sesaat seperti ada suasana mistis menyelimuti sekitar lokasi pertunjukkan kesenian di Kota ‘Batara Guru’ Malili tempat asal tokoh Sawerigading seperti cerita dalam mitos I La Galigo yang terkenal sebagai bagian dari karya sastra terpanjang yang pernah ada di dunia. Apalagi mendung yang sejak seharian menggantung di atas langit kota, memang, tidak juga mencurahkan hujan hingga berakhir pagelaran malam kesenian tersebut. Bahkan hujan baru tercurah nanti keesokan harinya saat memasuki shalat dhuhur, 23 Januari 2012, setelah dilaksanakan upacara puncak Peringatan Hari Perlawanan Rakyat Luwu yang sekaligus dirangkaian dengan Peringatan Hari Jadi Tana Luwu ke-744 di Lapangan Mangkutana, Kecamatan Mangkutana, sekitar 60 km dari Kota Malili.
‘’Malam itu, saat ledakan kembang api mewarnai langit Kota Malili, terlihat ada kilatan nyata seperti dalam cerita-cerita dewa ketika turun dari langit. Seperti ada kilatan lain berlarian di atas Sungai Malili,’’ komentar seorang penduduk di Kampung Nelayan Desa Wewangriu di tepi selatan aliran Sungai Malili, di Kota Malili.
[caption id="attachment_157575" align="alignleft" width="480" caption="Panorama indah di seputar Sungai Malili, Luwu Timur/Ft:Mahaji Noesa"]
Peringatan Hari Perlawanan Rakyat Luwu dan Hari Jadi Tana Luwu dilakukan secara bergilir setiap tahun di kabupaten/kota yang ada dalam wilayah Luwu Raya yakni meliputi Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, dan Kota Palopo. Peringatan yang dipusatkan di Kabupaten Luwu Timurtahun 2012,bertepatan dengan Hari Raya Imlek 2563 yang bershio Naga Air dalam penanggalan Cina, mulai 23 Januari 2012.
Sebelum dimekarkan, keempat wilayah otonom tersebut merupakan satu kabupaten saja yaitu Kabupaten Luwu. Saat ini, dua wilayah kecamatan – Walenrang dan Lamasi (Walmas) yang ada di Kabupaten Luwu juga sudah disetujui oleh Gubernur Sulawesi Selatan untuk dimekarkan menjadi sebuah daerah otonom tersendiri dengan nama Kabupaten Luwu Tengah (Luteng), hampir bersamaan dengan disetujuinya pembentukan Kabupaten Bone Selatan sebagai pemekaran Kabupaten Bone.
Kota Malili sebelumnya hanya berstatus sebagai ibukota Kecamatan Malili di Kabupaten Luwu Utara. Dipilih sebagai ibukota kabupaten seiring dengan terbentuknya Kabupaten Luwu Timur berdasarkan Undang-undang No.7 Tahun 2003 tertanggal25 Pebruari 2003, sebagai pemekaran dari Kabupaten Luwu Utara (Lutra) di Sulawesi Selatan.
Saat ini kabupaten yang sebenarnya baru memasuki usia 9 tahun tersebut dipimpin oleh Bupati Drs.H.A. Hatta Marakarma,MP dan Wakil Bupati HM.Thorig Husler. Di Kabupaten Lutim inilah tempatnya tambang nikel terbesar di dunia yang dikelola PT.INCO, perusahaan pertambangan asal Kanada.