[caption caption="Matahari pagi di Teluk Kendari/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Matahari terbit bersinar kemerah-merahan, udara terasa sejuk tidak begitu panas dan tidak begitu dingin. Tanda-tanda akan hadirnya malam Laitul Qadar tersebut, seperti dikisahkan dalam HR Ibnu Abbas, terasa sepanjang hari Senin, 26 Ramadhan 1436 H (13 Juli 2015) di lingkunganku. Sebentar malam, memasuki malam 27 Ramadhan 1436 H, semoga ini malam Laitul Qadar.
Nabi Muhammad SAW menyabdakan malam Laitul Qadar berada di malam-malam ganjil dalam 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Hingga lewat 26 malam Ramadhan 1436 H, belum didapatkan satupun informasi termasuk lewat kepadatan kicauan di jejaring dunia maya tentang kehadiran tanda-tanda malam Laitul Qadar tersebut. Ini malam ganjil, semoga merupakan malam dimana para malaikat bersesak-sesakan turun membawa kemuliaan memenuhi muka bumi.
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Quran, S. Al Qadar: 3-5).
Dalam banyak penjelasan ulama menyebut, di malam Laitul Qadar, mereka yang melaksanakan shalat dan amalan lainnya di malam ini nilai amalannya sama dengan melakukan shalat atau amalan lainnya selama 1000 bulan atau 83 tahun. Sungguh suatu nikmat luar biasa, jika bertemu malam dipenuhi malaikat membawa keberkahan dimana segala doa diijabah hingga terbitnya fajar.
Namun begitu, inilah doa yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk diperbanyak dalam malam Lailatul Qadar: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).
Malam kemuliaan Lailatul Qadar merupakan salah satu dari limpahan rakhmat yang disediakan bagi mereka yang berpuasa Ramadhan sungguh-sungguh karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT. Lihatlah, semua amalan ibadah sunat apabila dilaksanakan oleh mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan nilai pahalanya disamakan dengan nilai pahala wajib. Apatah nilai amalan ibadah wajib dilaksanakan selama bulan Ramadhan, hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Nilai setiap amalan kebaikan dan ibadah yang dilakukan mereka yang melaksanakan puasa Ramadhan dapat dilipatgandakan hingga 70 kali lebih besar dari nilainya jika dilaksanakan di luar bulan Ramadhan. Bayangkan, nilai amalan shalat sunat 2 rakaat sebelum shalat subuh yang ditetapkan sama dengan dunia dan semua isinya. Apabila konsist dilaksanakan sepanjang 30 subuh bulan Ramadhan di kali 70, maka dari situ saja seseorang yang berpuasa Ramadhan dapat meraup nilai amalan sama dengan nilai 2.100 kali bumi dan semua isinya. Bagaimana dengan nilai-nilai shalat wajib dan sunat, membaca al Quran, zikir, membayar zakat, mengeluarkan imfak dan sadaqah serta amalan kebaikan lainnya yang dilaksanakan oleh mereka yang berpuasa Ramadhan, pasti hitung-hitungannya akan lebih berlimpah ruah.
Barusan saya mendapat catatan dari seorang anak pesantren tentang keutamaan nilai amalan mereka yang berpuasa Ramadhan dan melaksanakan shalat sunat tarwih malam hari (dari Ali bin Abi Thalib RA), ternyata bertingkat-tingkat menurut hitungan harinya.
Di antaranya, jika melaksanakan shalat tarwih pada malam ke-21 kepadanya Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya, malam ke-23 Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga, malam ke-26 Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun, malam ke-28 Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga, dan jika melaksanakan shalat tarwih malam ke-29 Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
Merugi memang, bagi mereka mengetahui limpahan amalan tersedia di bulan Ramadhan lantas tidak berupaya menggapainya. Mari kita songsong malam ganjil, 27 Ramadhan 1436 H, Senin (13 Juli 2015) malam ini dengan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, semoga kita jumpa ini malam Lailatul Qadar.