Langsat saat ini sedang membanjiri Kota Makassar. Buah yang setiap memasuki musim penghujan meramaikan Kota Metropolitan di Kawasan Timur Indonesia ini, harga jualnya sekarang anjlok sampai Rp 2.500 per kilogramnya.
[caption id="attachment_157915" align="alignleft" width="480" caption="Tampak mobil penjual buah langsat berjajar di Jl.AP Pettarani Kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Selain banyak dijual di pasar-pasar tradisional Kota Makassar, sejak bulan Desember 2011 buah langsat sudah ramai dijajakan oleh para ‘pagandeng’ --pedagang keliling yang menggunakan sepeda motor maupun Becak Bermotor (Bentor) langsung ke pemukiman-pemukiman penduduk.
Bahkan, saat ini sejumlah tepian ruas jalan protokol di Kota Makassar, seperti di Jl. AP Pettarani dan Jl. Sultan Alauddin setiap hari tampak diramaikan oleh puluhan penjual langsat yang menggunakan kendaraan pic-up open kap maupun truck.
Buah langsat tersebut selain berasal dari sejumlah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Wajo, Pinrang, Enrekang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Palopo. Juga ada yang berasal dari Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
[caption id="attachment_157916" align="alignright" width="300" caption="Menggunakan mobil truck menjual langsat di Kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]
Namun sejak dulu buah langsatyang paling populer di Kota Makassar adalah langsat asal Polmas, disenangi karena buahnya yang besar-besar tapi bijinya kecil, dan rasanya semanis gula. Polmas adalah akronim dari nama daerah Polewali - Mamasa yang dahulu merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Namun daerah yang terletak lebih dari 250 km di arah utara Kota Makassar tersebut sejak tahun 2004 kemudian menjadi bagian dari wilayah administratif Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) -- pemekaran dari Provinsi Sulsel.
Kabupaten Polmas di Provinsi Sulbar saat ini pun telah dimekarkan menjadi dua wilayah otonom, yaitu Kabupaten Polewali Mandar (Polman) dan Kabupaten Mamasa. Namun begitu, semua langsat yang berasal dari wilayah Provinsi Sulbar termasuk dari Kabupaten Majene, Mamuju dan Mamuju Utara (Matra) yang masuk ke Kota Makassar saat ini masih kental dengan sebutan sebagai Langsat Polmas.
[caption id="attachment_157918" align="alignleft" width="300" caption="Penjual berbagai jenis buah di sepanjang Jl.Amanna Gappa Kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]
Langsat-langsat yang membanjiri Kota Makassar umumnya masih merupakan langsat alam, sebagian kecil saja merupakan langsat hasil tanaman perkebunan. Justru wilayah penghasil langsat di Provinsi Sulbar maupun Provinsi Sulsel, umumnya masih merupakan daerah yang memiliki hutan alam yang terjaga. Langsat Maroanging dari Kabupaten Enrekang yang juga dahulunya sering disejajarkan dengan kualitas Langsat Polmas, kini tampak sudah kurang memasuki Kota Makassar.
Selain buah langsat, sebenarnya saat memasuki musim penghujan mulai Oktober hingga Maret, terutama saat puncak musim hujan Desember sampai Pebruari, Kota Makassar setiap tahun juga dibanjiri banyak jenis buah lokal musim hujan lainnya dari daerah belakangnya. Seperti buah rambutan, serikaya, nangka, jeruk mangga, jambu, durian dan jagung.
[caption id="attachment_157919" align="alignright" width="300" caption="Jejeran truck penjual langsat di sepanjang Jl.Sultan Alauddin Kota Makassar/Ft:Mahaji Noesa"]
Jika Anda ke Kota Makassar sekarang sangat terasa jika ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) ini sedang berada dalam musim buah. Di sana-sini tampak bertebaran penjual berbagai jenis buah di Kaki Lima (K-5) maupun yang dijajakan langsung oleh para Pagandeng – penjual keliling khas kota Makassar. Namun paling menonjol membanjiri kota adalah buah langsat.
Harga jual buah-buahan tersebut pun lebih rendah dibandingkan di musim kemarau. Di musim kemarau, buah langsat yang dijual antara Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kg di toko-toko penjual buah-buahan, saat ini dijual dengan harga Rp 2.500/kg oleh para pedagang K-5 di Kota Makassar.
Bahkan pada sore hingga malam hari, dalam dua hari terakhir tampak para penjual langsat K-5 di sepanjang tepian Jl. Cendrawasih depan Stadion Andi Mattalatta (Mattoangin), telah menjual langsatnya Rp 10.000/5 kg.
Ketika melintas di wilayah penghasil buah langsat poros jalan antara Kota Palopo dan Siwa (Kabupaten Wajo) medio Januari 2012, para pedagang K-5 di sana menjual sebakul buah langsat yang beratnya sekitar 4 kg dengan harga Rp 20.000. Lebih mahal dari harga jual langsat di Kota Makassar yang saat itu sudah memasang harga Rp 10.000/3 kg.
[caption id="attachment_157920" align="aligncenter" width="648" caption="Langsat Polmas semanis gula/Ft: Mahaji Noesa"]
‘’Jika sekarang langsat ini kami jual sampai Rp 2.000 per kilonya, juga masih untung,’’ aku seorang penjual langsat K-5 di sekitar pasar tradisional Pa’baeng-baeng, Kota Makassar.
Seperti kebiasaan setiap tahunnya, musim buah lokal yang membanjiri Kota Makassar saat ini diperkirakan akan mencapai puncaknya di bulan Pebruari 2012 nanti. ‘’Sebanyak lebih dari 700 pohon durian Motong saya, baru akan panen di akhir bulan Pebruari,’’ kata Dodi, seorang penduduk Desa Jaupandang di Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo.
Mau nikmati lezatnya Langsat Polmas,yukkk… ke Makassar, sekarang ….sebelum berakhir musim buah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H