Tumbuhan eceng gondok dalam beberapa bulan terakhir tampak kembali mulai memenuhi permukaan Danau Tanjung Bunga di selatan Kota ‘metropolitan’ Makassar. Kondisi jorok itu menguatkan dugaan banyak warga, bahwa selama ini belum ada pihak yang bertanggung jawab mengurus pengembangan dan kelestarian danau tersebut.
[caption id="attachment_111497" align="alignright" width="640" caption="Tumbuhan eceng gondok tampak mulai memenuhi permukaan Danau Tanjung Bunga di Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Padahal danau yang merupakan bekas alur muara Sungai Jeneberang yang ditutup dan kemudian dialihkan ke wilayah Barombong, sudah pernah dijadikan lokasi pelaksanaan sejumlah event bersifat lokal, regional maupun Kejuaraan Nasional (Kejurnas) untuk olah raga Dayung, Ski Air serta Lomba Perahu Naga.
Posisi danau membujur arah timur-barat dengan panjang sekitar 5 kilometer dan lebar bervariasi antara 200 hingga 700 meter. Ketika dilakukan Kejurnas Dayung tahun 1999 di Danau Tanjung Bunga, pihak Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) mengakui, dari segi luasan dan kedalaman danau di Kota Makassar ini memenuhi syarat sebagai lokasi untuk pelaksanaan event-event lomba dayung internasional sekalipun.
Lokasi Danau Tanjung Bunga yang masuk dalam kawasan pengembangan wisata di selatan Kota Makassar, sebenarnya juga sangat berprospek untuk dikembangkan sebagai obyek wisata, rekreasi serta relaksasi dengan pengembangan beragam permainan air lainnya, seperti boating, renang, bus air, sepeda air, paracyling, perahu dayung, dan layar, lokasi memancing, dan sebagainya. Termasuk dapat dikembangkan sebagai lokasi event pagelaran berbagai seni dan budaya masyarakat maritim.
Sayangnya, seperti pembicaraan yang telah lama beredar di berbagai kalangan warga Kota Makassar, ada kesan Danau Tanjung Bunga tak ada pihak yang mengurusi pelestarian dan pengembangannya. Alasannya, antara lain, selama ini alur sungai Jeneberang yang berubah bentuk menjadi sebuah danau sejak tahun 80-an, dilirik atau terlihat dibenah-benahi apabila di tempat tersebut akan dilakukan suatu event oleh pihak
penyelenggaranya.Termasuk mendapat perhatian, setiap malam pergantian tahun yang menjadikan lokasi sekitar Danau Tanjung Bunga sebagai salah satu tempat pesta kembang api di Kota Makassar. Setelah event semua menjadi sepi. Tak ada pihak yang menangani pemeliharaan danau secara rutin.
[caption id="attachment_111500" align="alignright" width="480" caption="Beberapa sudut Danau Tanjung Bunga yang telah ditutupi tanaman eceng gondok/Ft:Mahaji Noesa"][/caption]
Jika mengamati sebuah papan pengumuman yang terpampang di ujung timur danau, terkesan jika Danau Tanjung Bunga berada dalam pengawasan pihak Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Sulawesi Selatan UPTD Balai PSDA Wilayah Sungai Jeneberang. Lantaran di tempat tersebut pihak PSDA memampang peringatan Pasal 99 ayat 1 huruf a Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Di situ dituliskan lengkap bahwa: ‘’Setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan sehingga merusak SDA dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air dan atau mengakibatkan pencemaran dapat dikenai ancaman hukuman penjara selama 9 tahun dan denda Rp 1,5 miliar’’
Namun melihat kondisi permukaan danau di ujung timur yang selama bertahun-tahun dibiarkan tertutup tumbuhan liar eceng gondok, dijadikan sebagai lokasi penyedotan pasir, dan dijadikan tempat pemeliharaan ikan keramba secara serampangan oleh banyak warga. UPTD PSDA Wilayah Sungai Jeneberang tampaknya tidak bertanggunggungjawab terhadap kelestarian Danau Tanjung Bunga. Apalagi di arah timur danau, beberapa bagian dari bekas alur Sungai Jeneberang tersebut kini telah ditimbun dijadikan lokasi pembangunan sejumlah rumah tinggal. Bahkan beberapa warga tampak telah menandai lokasi tersebut sebagai persil milik mereka.
[caption id="attachment_111502" align="alignleft" width="448" caption="Gedung Yayasan Dayung Indonesia Makassar di pesisir Danau Tanjung Bynga/Ft:Mahaji Noesa"][/caption]
Demikian juga dengan sejumlah lokasi perumahan elit, kantor, ruko, mall serta pemukiman warga yang dibangun di bentangan kanan-kiri Danau Tanjung Bunga selama ini tampak tak terkontrol untuk membuat saluran pembuangan mengalirkan limbahnya ke arah danau. Menguatkan kesan jika PSDA hanya sebatas memasang papan tulisan peringatan, tanpa punya tanggung jawab langsung menangani ancaman penyerobotan, pencemaran, dan pendangkalan terhadap Danau Tanjung Bunga.
Di ujung barat yang berbatasan langsung dengan bentangan Jalan Metro Tanjung Bunga dan bersisian dengan Mall GTC, kini permukaan danau pun sudah mulai dipenuhi tumbuhan eceng gondok. Di bagian lain sepanjang mata memandang tampak gerombolan eceng gondok yang membentuk bagai pulau-pulau kecil bergerak berpindah-pindah tertiup angin memperjorok pemandangan permukaan danau.
[caption id="attachment_111503" align="alignright" width="504" caption="Pembangunan tribune yang belum rampung di pesisir Danau Tanjung Bunga/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
‘’Tahun lalu, seperti waktu-waktu sebelumnya anggota dari Angkatan Laut yang selalu terlihat dikerahkan untuk membersihkan apabila tumbuhan eceng gondok mengotori permukaan Danau Tanjung Bunga,’’ jelas seorang pemuda, pemilik salah satu lapak tanaman hias di Kelurahan Maccini Sombala, pesisir utara Danau Tanjung Bunga.
Di sisi ujung barat Danau Tanjung Bunga tampak sebuah Gedung yang berlabel Yayasan Dayung Indonesia Makassar, dan di situ terpasang pula papan nama Sekretariat Pengurus Daerah (Pengda) PODSI Sulsel dan Pengda PODSI Kota Makassar. Berhadapan dengan gedung yang jarang sekali terlihat terbuka dan sekeliling halamannya ditumbuhi belukar liar, terdapat sebuah tribune menghadap Danau Tanjung Bunga. Tribune yang sudah mulai dikerjakan sejak beberapa tahun lalu dan hingga sekarang belum juga rampung, tanpa memiliki semacam papan proyek sehingga tidak diketahui pihak siapa yang membangunnya.
Membentang mengikuti alur perguliran matahari – dari timur ke barat. Tak mengherankan jika Danau Tanjung Bunga sepanjang hari dapat menyuguhkan panorama indah berbagai dimensi. Barisan pegunungan di bagian timur danau ini merupakan pemadangan alam yang mengangumkan di pagi hari. Rona senja senantiasa memantul indah pada sore hari di bagian barat permukaan yang berbatasan dengan pantai Laut Selat Makassar. Perumahan-perumahan elit yang saling berhadapan dengan rumah-rumah di perkampungan rakyat di pesisir selatan danau, serta aktivitas perkampungan dan tanaman hias sepanjang pesisir utaranya. Semuanya merupakan pesona Danau Tanjung Bunga yang spesifik.
Sayangnya, kesejukan udara sepanjang pesisir danau di semua arah, khususnya di malam hari masih rawan untuk dinikmati, lantaran belum tertata dengan penyediaan lampu-lampu penerangan khusus sepanjang pesisir danau tersebut. Demikian pula terhadap jaminan kemanan dan kenyamanan bagi penikmat danau di malam hari.
Sangat sulit menjumpai panorama alam danau menyatu dengan hiruk-pikuk metropolitan, seperti keberadaan Danau Tanjung Bunga di Kota Makassar. Namun, pontesi alam kota yang langka seperti ini justru belum juga dapat ditata dan diurus dengan baik. Selama ini belum pernah terdengar ada perhatian khusus dari Pemerintah Kota Makassar terhadap pelestarian Danau Tanjung Bunga. Apalagi menyangkut pengembangan danau alam kota yang berprospek dikembangkan sebagai obyek wisata khas sekaligus sebagai obyek rekreasi sehat dan menawan bagi warga di Kota Makassar.
Tanpa ada upaya cepat terhadap pemeliharaan, penataan dan pengembangan Danau Tanjung Bunga, dipastikan danau ini dalam beberapa waktu ke depan justru akan menimbulkan masalah besar bagi pemerintah kota. Termasuk dapat berubah menjadi rawa busuk tempat berkembangbiaknya virus berbagai penyakit. Sekarang saja, air danau sudah terlihat selalu keruh dan menghembuskan aroma yang tak sedap.
Rasanya, banyak pihak akan berminat apabila pemerintah daerah membuka peluang kerjasama pihak ketiga untuk pengelolaan, pemeliharaan serta pengembangan Danau Tanjung Bunga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H