Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Rekreasi Murah Meriah di Fort Rotterdam

1 Juli 2013   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:10 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinding benteng terbuat dari susunan puluhan ribu batu-batuan alam (andesit) berbentuk persegi panjang
dengan ukuran bervariasi. Terbesar berukuran 62 X 24 cm tebal 20 cm, dan terkecil 44 X 21 cm tebal 10 cm.

Para pengunjung saat ini dapat melihat langsung bagaimana tingginya ketinggian olah pikir nenek moyang bangsa Indonesia, sejak 500 tahun lalu telah mampu menerapkan teori konstruksi susunan batu saling mengikat di dinding benteng Fort Rotterdam ketika belum dikenal bahan perekat berupa semen.

Ketebalan dinding benteng bervariasi 2 hingga 3 meter. Sedangkan tinggi dinding benteng dahulu diperkirakan bervariasi 7 hingga 10 meter. Namun yang terlihat saat ini ketinggiannya sisa 3 sampai 6 meter. Diperkirakan sebagian dari dinding benteng telah tertanam akibat peninggian mengikuti perubahan
struktur tanah sekitarnya selama 5 abad.

Bukti terjadinya peninggian dasar lokasi benteng Fort Rotterdam dapat diamati melalui bangunan-bangunan bergaya Eropa (Neo Gothik) di dalam komplek benteng. Ciri Neo Gothik, antara lain terlihat dari bentuk fisik bangunan yang dibuat dengan ukuran pintu maupun jendela lebih besar dan tinggi 4 sampai 5 kali dari ukuran tinggi penghuninya. Sedangkan bangunan-bangunan yang ada di dalam benteng Fort Rotterdam sekarang, ukuran tinggi pintu-pintu maupun jendelanya terlihat tak lebih dari ukuran normal pintu dan jendela ala orang Indonesia. Bahkan untuk pintu masuk di bangunan bastion Mandarsyah di pojok
utara-timur benteng ukuran tingginya kini sisa sekitar setengah meter, sehingga untuk masuk orang harus membongkok.

Panjang dinding benteng Fort Rotterdam di utara 152 meter, sebelah timur 204 meter, di selatan 165 meter, dan dinding sebelah barat sepanjang 225 meter sebagian besar masih dalam keadaan utuh. Dinding benteng Fort Rotterdam inilah yang tersisa sebagai karya asli nenek moyang bangsa Indonesia. Sedangkan bangunan-bangunan bergaya Eropa didalamnya dibangun kemudian oleh pihak kompeni Belanda menggantikan bangunan-bangunan berkonstruksi rumah tradisional Makassar ketika mereka menguasai
benteng tersebut.

Sepanjang dinding benteng terdapat semacam parit perlindungan. Terdapat dua terowongan rahasia yang masih dapat disaksikan sampai sekarang, menghubungkan halaman dalam benteng untuk naik ke undakan
parit pertahanan di balik dinding bagian dalam benteng. Masing-masing, terowongan di dekat bastion Amboina dan terowongan di bagian tengah dinding bagian timur.

Masih ada sebuah terowongan sebagai jalan rahasia di dinding timur benteng. Terowongan yang didisain pintu masuknya tersamar seolah menyatu dengan dinding bangunan tersebut, awalnya sebagai jalan masuk
dan keluar ke pintu utama. Akan tetapi mulut terowongan jalan tembus tersebut kini ditutup lantaran di bagian luar dinding timur kini masih terhempang puluhan pemukiman warga.

Satu-satunya pintu masuk dan keluar benteng Fort Rotterdam saat ini melalui pintu di bagian barat yang dahulu merupakan pintu belakang benteng yang berbatasan langsung dengan laut.

Bangunan-bangunan tua di Fort Rotterdam kini sebagian besar dimanfaatkan pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar. Dua bangunan dijadikan Museum La Galigo. Sebuah bangunan di sekitar bastion Buton dimanfaatkan oleh Dewan Kesenian Makassar. Sejumlah bangunan lainnya dipakai sebagai galeri para seniman di Makassar.

Sebuah bangunan di sekitar bastion Bacan bekas ruang tinggal pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro ketika ditawan Belanda hingga tewas.

Benteng Fort Rotterdam terbuka setiap hari untuk umum. Termasuk salah satu obyek wisata sejarah dan tempat rekreasi murah meriah di kota Makassar.Tidak ada pungutan untuk masuk ke benteng yang terbuka dikunjungi sekalipun di hari-hari libur. Kecuali untuk melihat isi museum La Galigo di dalam komplek benteng, setiap pengunjung dikenakan retribusi wisata Rp 5.000, dan Rp 10.000 untuk setiap wisatawan mancanegara yang akan masuk museum tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun