Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Impikan Destinasi Bali-Bantaeng, Meluncur dari Laut ke Gunung

2 Oktober 2011   12:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika pembangunan dalam sepuluh tahun terakhir terasa banyak terjadi perubahan, termasuk yang berkaitan dengan dunia kepariwisataan di Indonesia. Selain telah tumbuh banyak obyek baru, event serta atraksi wisata yang menarik, sejumlah daerah yang dulunya hanya menjadi koridor wisata kini justru telah berkembang dan layak menjadi daerah tujuan wisata.

[caption id="attachment_133586" align="alignright" width="486" caption="Nurdin Abdullah meluncur dengan sky jet di Pantai Marina Korong Batu Kota bantaeng/Ft:id.netlog.com"] [/caption]

Membaca perkembangan kondisi seperti itu, Bupati Bantaeng H.Nurdin Abdullah mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia sudah perlu melakukan penataan kembali atau me-redesign jalur-jalur destinasi wisata agar bisa lebih variatif yang dapat menarik minat lebih banyak kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara.

‘’Banyak obyek wisata baru yang menarik kini tumbuh di daerah-daerah dan bisa terangkai menjadi destinasi-destinasi baru. Diperlukan grand design baru, terutama good will kebijakan dari pemerintah pusat untuk perwujudan serta operasionalisasinya. Apalagi jika jalur wisata tersebut sifatnya antarwilayah,’’ katanya dalam suatu perbincangan di Kota Makassar.

Nurdin Abdullah yang belum lama diundang oleh pihak Bank Dunia di Jakarta, memprensetasekan mengenai kiat Kabupaten Bantaeng yang PAD-nya masih terbilang kecil tetapi selama ini mampu mengakomodir hampir semua kebutuhan pembangunannya, menunjuk salah satu contoh jalur wisata baru Indonesia yang perlu dibuka. Yaitu jalur wisata laut dari Pulau Bali ke Kota Bantaeng (ibukota Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan).

[caption id="attachment_133587" align="alignleft" width="392" caption="Salah satu sudut pantai lainnya yang sedang ditata di Kota Bantaeng/Ft:Mahaji Noesa"] [/caption]

Jika jalur wisata Bali – Bantaeng (BB) dapat diujudkan, di jalur ini para wisatawan dapat menikmati sensasi baru. Setelah menikmati keindahan alam pantai dan budaya masyarakat yang masih terpelihara baik di Pulau Dewata, mereka dapat menikmati keindahan alam bawah laut Taman Laut Nasional Taka Bonerate, yang terdapat di alur pelayaran antara Pulau Bali dan Kota Bantaeng.

Selama ini banyak wisatawan yang berminat mengunjungi taman laut yang memiliki karang atol terluas ketiga di dunia yang ada di wilayah perairan Pulau Selayar tersebut, namun tak kesampaian lantaran urusan transportasi untuk mencapai lokasi masih terbilang ribet.

Wisatawan mancanegara yang akan ke Selayar, terlebih dahulu harus ke Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Dari sini barulah dapat memilih sarana transportasi, melalui jalur darat, laut atau udara ke Pulau Selayar. Pembukaan jalur wisata BB dipastikan juga akan merupakan jawaban masalah mengapa taman laut terindah tersebut selama ini masih saja sepi dari kunjungan wisatawan.

Hingga saat ini, orang-orang masih lebih banyak memilih jalur darat dengan angkutan bus yang tersedia setiap hari dari Kota Makassar untuk membawa penumpang ke tujuan Pulau Selayar. Dari Kota Makassar penumpang terlebih dahulu diangkut ke Pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba (sekitar 200 km dari Kota Makassar), untuk selanjutnya diseberangkan dengan kapal fery sekitar 3 jam penyeberangan ke Pelabuhan Pamatata, Kabupaten Selayar. Transportasi umum melalui laut dan udara dari Makassar ke Selayar hingga kini masih berlangsung secara reguler.

Di Kabupaten Bantaeng sendiri, para wisatawan selain dapat menikmati keindahan alam pantai Laut Flores yang menbentang sepanjang sekitar 23 km di arah selatan kota. Dalam tiga tahun terakhir pantai kota ini telah dikembangkan sebagai obyek wisata dan rekreasi. Sebuah hotel berbintang kini sedang dalam tahap pembangunan di pantai Kota Bantaeng. Bahkan pantai di ujung timur kota -- ‘Marina Beach Korongbatu’ dikemas sebagai obyek rekreasi dan olahraga pantai, peristrahatan, dan pasar kuliner serta cendramata.

Terdapat sejumlah obyek wisata tirta yang sejuk dan menawan, berupa mata air dan air terjun, seperti air terjun Bissappu dan air terjun Bantimurung di Desa Bontosalluang (11 km dari pusat kota). Air terjun Sungai Bialo di Desa Pattaneteang (kl 25 km dari pusat kota, perbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Bulukumba). Permandian mata air alam Eremerasa di Desa Kampala (kl.15 km dari pusat kota). Menariknya di sekitar permandian alam ini merupakan wilayah pengembangan tanaman buah-buahan seperti manggis, rambutan, dan termasuk durian.

[caption id="attachment_133588" align="alignright" width="367" caption="Air terjun Bissappu/Ft:id.netlog.com/google"] [/caption]

Bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan kehidupan asli masyarakat pegunungan, sebuah kawasan agrowisata sedang dikembangkan oleh Pemkab Bantaeng di wilayah berketinggian 1.300 m dari atas permukaan laut di Kecamatan Ulu Ere. Udara dingin, tarian halimun sepanjang hari, pemandangan bibir pantai dari ketinggian, tanaman apel, strawbery dan berbagai jenis buah serta sayuran dengan dinamika kehidupan petaninya merupakan obyek menawan di kawasan ini.

‘’Ulu Ere lebih sejuk dan indah dibanding kawasan wisata Malang di Jawa Timur,’’ komentar seorang mahasiswa yang pernah nginap selama tiga hari di penginapan Loka Camp yang ada di kawasan agrowisata Ulu Ere. Hanya sekitar 30 menit perjalanan kita sudah dapat mencapai Kawasan Ulu Ere yang letaknya sekitar 24 km di arah utara Kota Bantaeng tersebut.

Jika jalur BB terbuka, inilah paket wisata pertama yang memadukan obyek wisata pantai dan alam pegunungan yang dapat dinikmati sekalipun dalam jangka singkat, hanya 3 kali 24 jam perjalanan.

Bahkan dalam perbincangan dengan Bupati Nurdin Abdullah, jika jalur BB terbuka, maka akan tercipta sebuah jalur pintu masuk yang baru untuk mendinamisasikan obyek wisata lainnya yang telah lama ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Terutama obyek wisata alam Malino di Kabupaten Gowa dan obyek wisata pembuatan Perahu Phinisi Tradisional plus Pantai Bira di Kabupaten Bulukumba. Termasuk akan membuka jalur Pintu Gerbang baru untuk masuk ke Provinsi Sulawesi Selatan melalui wilayah selatan yang selama ini hanya jadi koridor wisata.

Dari wilayah Ulu Ere Bantaeng, kawasan wisata pegunungan Malino (Gowa) hanya berjarak sekitar 25 km. ‘’Selama ini sebenarnya sudah ada mata jalan, tinggal diperbaiki sedikit lalu diaspal maka akses ke Malino akan lancar,’’ jelas Nurdin Abdullah yang mengistilahkan ‘tutup mata’ menginvestasi sekitar Rp13 miliar untuk pembuatan jalan hotmix bagi pengembangan kawasan agrowisata Ulu Ere di wilayahnya.

Pelabuhan Mattoanging di pesisir pantai Kota Bantaeng sangat memungkinkan dikembangkan sebagai pelabuhan kontainer maupun untuk pengangkutan penumpang ke kawsan timur terutama ke arah Pulau Bali dan Lombok. Bagi Pemkab Bantaeng tentu saja kehadiran alur pelayaran BB akan dapat dimanfaatkan untuk memasarkan hasil sayur mayur masyarakat Bantaeng yang kini masih merupakan daerah penghasil tanaman hortikultura terbesar di Sulawesi Selatan.

Ibukota kabupaten Bantaeng sendiri dalam tangan kepemimpinan Bupati Nurdin Abdullah sebagai Bupati Bantaeng, berkembang begitu pesat sebagai sebuah kota pusat pelayanan dan pertumbuhan di wilayah selatan Sulawesi Selatan. Sebuah rumah sakit bertaraf internasional sedang dibangun di Kota Bantaeng untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga sejumlah kabupaten di bagian selatan Sulawesi Selatan yang selama ini selalu bergantung dengan pelayanan kesehatan rumah-rumah sakit yang ada di Kota Makassar.

Selain telah dibangun depo penyedian gas wilayah selatan, Pemkab Bantaeng juga berencana untuk mendistribusikan potensi air tawar yang dimiliki ke daerah tetangganya Kabupaten Jeneponto. Kota Bantaeng yang pertama di Sulawesi Selatan memanfaatkan energi matahari untuk lampu pengatur lalu-lintas kotanya.

Tahun 2010 Kota Bantaeng memperoleh penghargaan Adipura, namun dengan alasan kriteria penilian diperluas kota yang berjuluk ‘Butta Toa’ ini sekalipun kondisi kebersihan dan penataan lingkungannya lebih baik dibanding tahun sebelumnya, namun tidak diberi penghargaan Adipura untuk tahun 2011. ‘’Sekalipun begitu, kami tetap bertekad menjadikan Kota Bantaeng sebagai Kota Bebas Debu tahun 2012 nanti,’’ ujar Nurdin Abdullah.

Sejalan dengan pemikiran Nurdin Abdullah, banyak pihak setuju apabila dibuat sebuah grand design baru jalur wisata di Indonesia untuk dijadikan patokan serta sasaran pengembangan. ‘’Jalur wisata Parepare – Pinrang – Enrekang ke daerah wisata Tana Toraja yang sudah terbuka saat ini pesona alamnya lebih menawan dan variatif, lebih singkat sekitar 40 kilometer dibandingkan jika melalui jalur wisata yang lama dari Parepare – Sidrap – Enrekang – Tana Toraja,’’ kata seorang pejabat dari kantor urusan pariwisata di Kabupaten Pinrang.

Simak juga :

1. Kiprah Nurdin Abdullah

2. Cikal Kota Baru di Sulsel

3. Bunga Crysan Vs Kemiskinan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun