Setelah hampir lima tahun pascarevitalisasi, Lapangan Kerebosiyang dulunya merupakan alun-alun plontos kini terbukti dapat menjadi ikon baru bagi Kota ‘Metropolitan’ Makassar. Ratusan ribu orang setiap hari mengunjungi Karebosi Link – mall seluas 2,9 ha yang dibangun di bawah lapangan ini, justru juga memacu percepatan pengembangan dan pertumbuhan kawasan sekelilingnya.
[caption id="attachment_158072" align="aligncenter" width="640" caption="Inilah 7 makam tak bernama di tengah Lapangan Karebosi Makassar/Ft: Mahaji Noesatu"][/caption]
Selain pusat perbelanjaan modern,MTC (Makassar Trading Centre) yang sebelumnya dibangun di Jl A.Yani, sisi utara Lapangan Karebosi. Seiring dengan revitalsasi lapangan seluas sekitar 11 ha tersebut, di sisi timurnya (Jl.Jend.Sudirman) dibangun Menara Bosowa 21 lantai yang bersisian dengan Gedung Bank Indonesia Kota Makassar.
Di sisi selatan Karebosi letaknya kawasan Monumen Mandala dengan puncak menjulang setinggi 62 meter, dan hampir berimpit dengan lapangan di Jl. Kartini terdapat Kantor Pengadilan Kota Makassar yang masih memanfaatkan Bangunan Peninggalan Belanda serta telah berdiri megah sebuah bangunan milik Bank Mandiri. Sedangkan di sisi barat Lapangan Karebosi (Jl. Kajao Lalido) terdapat bangunan tua Gereja Katedral serta Sekolah Islam ‘Athira’ milik mantan Wakil Presiden RI, HM. Yusuf Kalla.
[caption id="attachment_158073" align="alignleft" width="300" caption="Pohon beringin tua yang masih dipelihara di Lapangan Karebosi Makassar/Ft: Mahaji Noesa "]
Upaya revitalisasi lapangan yang dilakukan Pemkot Makassar kerjasama denganinvestorKota Makassar,PT Tosan Permai Lestari milik Hasan Basri (Bang Hasan) yang awalnya mendapat tantangan banyak pihak, kini terbukti mampu menghadirkan Karebosi Baru (The New Karebosi) dengan tetap mempertahankan kebanggaan masa silam Karebosi ‘Landmark’ Kota Makassar, sebagai lapangan upacara dan lapangan olahraga milik publik yang berlokasi di jantung kota.
Jika sebelum revitalisasi elevasi permukaan lapangan berada sekitar 80 cm di bawah permukaan jalanan sekitarnya, sehingga di musim hujan selalu digenangi air. Kini kondisi justru sudah menjadi sebaliknya, permukaan 3 lapangan sepakbola sudah di atas 80 cm dari permukaan jalanan sekitarnya.
[caption id="attachment_158074" align="alignright" width="300" caption="Pintu masuk di utara Karebosi Link, Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]
Karebosi Link merupakan mall bawah tanah pertama di Indonesia. Dari mall ini pun ada terowongan bawah tanah yang dapat dilalui pejalan kaki maupun kendaraan bermotor melintas di bawah Jl. A.Yani ke pusat perbelanjaan MTC.
Lahan parkir kendaraan bawah tanah di Karebosi Link merupakan yang pertama di Kota Makassar.Dapat dijadikan model pengembangan dalam upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas akibat penggunaan trotoar dan badan jalan lataran keterbatasan lahan parkir.
Lapangan Karebosi yang sejak masa Kerajaan Gowa – Tallo abad XVI – XVII dalam kondisi lapang sebagai lahan persawahan, plontos tanpa pohon-pohon pelindung. Saat ini sudah menghijau dengan tumbuh suburnya ratusan pohon pelindung sekeliling lapangan.
[caption id="attachment_158075" align="aligncenter" width="560" caption="Sebagian dari lapangan yang menjadi atap dari mall bawah tanah Karebosi Link dengan latar Menara Bosowa Makassar/Ft: Mahaji Noesa"]
Tak heran jika lintasan seputar 3 lapangan sepak bola yang sejuk, sekarang tampak sepanjang hari tak pernah sepi dari orang-orang yang melakukan jogging atau sekedar relaksasi.
Kebanggaan lama Karebosi sebagai lapangan tempat dilakukan Shalat Idul Fitri maupul Idul Adha bagi umat Islam, juga tetap terjaga, ditata lebih cantik. Bahkan Sebuah masjid berkapasitas 500-an jamaah dibangun di pojok barat Lapangan.
Pohon Beringin besar yang dahulu menjadi ciri Lapangan Karebosi masih tetap dipelihara penataan taman sekelilingnya yang membuat susana lebih indah dan nyaman.
Tujuh Makam tak bernama di tengah lapangan Karebosi pun tetap dipertahankan di tempatnya. Bahkan dilakukan renovasi dengan memberikan pengamanan kotak kawat sekelilingnya. Pascarevitalisasi, 7 makam di tengah lapangan Karebosi tersebut tidak lagi menyimpan kesan angker seperti saat-saat sebelumnya.
Tidak ada data yang akurat mengenai siapa-siapa sesungguhnya yang dikebumikan pada 7 makam di Lapangan Karebosi tersebut. Ada yang menyebutnya sebagai makam ‘Angrong Pandegara’ – suhu para pendekar silat yang juga merupakan murid dari pengikut ajaran tarekat Syekh Yusuf. Mereka disebut-sebut mengembangkan ajaran silat yang dikuatkan dengan ilmu kebatinan. Itulah sebabnya pada masa-masa silam para guru silat di Kota Makassar dan sekitarnya selalu melakukan proses penamatan di sekitar lokasi ke 7 makam yang berjajar utara – selatan di tengah Lapangan Karebosi.
‘’Tahun-tahun 60-an saya masih sering melihat penamatan murid dari banyak perguruan silat dilakukan di dekat 7 makam tersebut. Umumnya jika dilakukan upacara, murid-murid persilatan itu membentangkan kain pelindung di atas makam-makam itu,’’ jelas Putra Jaya, yang pada tahun 60-an bersekolah di pojok timur Lapangan Karebosi yang kini menjadi lokasi Bank Indonesia.
Banyak sumber juga menyebut 7 makam di tengah Lapangan Karebosi sebenarnya bukan makam tetapi awalnya hanya berupa tujuh gundukan tanah tempat makhluk gaib berperangai garang yang sering mengganggu kehidupan manusia pernah menampakkan diri. Ada yang menyebut ketujuh makhluk gaib sebangsa jin itu, masing-masing bernama Kareng Tu Mabellayaa, Karaeng Tu Mabbicarayya, Karaeng Tu Maccinika, Karaeng Bainea, Karaeng Tu Nipalanggayya, Karaeng Tu Apparumbu Pepeka, danKaraeng Tu Angngerang Bosia.
Bangsa jin yang disebut-sebut telah ratusan tahun memilih tempat mukim di area Lapangan Karebosi lantas melarikan diri setelah masuknya tiga ulama besar Islam asal Sumatera pada abad XVII ke Kota Makassar. Mereka adalah Abd.Makmur Khatib Tunggal yang kemudian diSulawesi Selatan dengan panggilan Datok ri Bandang, Abdul Jawab Khatib Bungsu (Datuk di Tiro), dan Sulaiman Khatib Sulung (Datok Patimang).
[caption id="attachment_158076" align="aligncenter" width="512" caption="Suasana hijau dan sejuk di salah satu sisi lapangan New Karebosi/Ft:Mahaji Noesa "]
Sejak jaman Belanda Tujuh makam di Lapangan Karebosi akrab disebut sebagai ‘Kubburu Tujua’ oleh orang-orang di Kota Makassar dan sekitarnya. Dari banyak cerita kesurupan yang pernah terjadi di Kota Makassar antara tahun 70 – 80-an, dalam keadaan tak sadar banyak pesakitan sering berteriak dengan menyebut-nyebut nama sebagai ‘Tujua’ dari Karebosi. Sampai tahun 90-an, masih banyak orang selalu datang ke Makam Tujua menabur bunga pada hari-hari tertentu. Termasuk sejumlah orang sering melepas ayam berbulu hitam atau putih di sekitar makam..
Dalam buku Roman Biografi H.Z.B.Palaguna berjudul ‘’Jangan Mati dalam Kemiskinan’ diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, tahun 2002, mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini mengungkapkan bahwa ketika ia masih bertugas sebagai seorang prajurit, tahun 1968 di Balikpapan, Kalimantan Timur, dia pernah didatangi seorang lelaki tua yang mengaku dari Karebosi.
Ketika ditanya, lelaki tua itu menyatakan dalam bahasa Makassar: I Nakke minne anak, soroanna Tuanta Salamaka. Riwaktunna tallasa inji, nakke akkumpulu ri Karebosi. Nia kamara anjoeng. Nia erok kupauwangngiko.’’ Artinya: ‘’Saya ini, anak, suruhanya Tuanta Salamaka (sebutan orang Mks terhadap Syekh Yusuf-pen). Ketika masih hidup, saya berkumpul dengan dia di Karebosi. Ada kamar di sana. Ada yang ingin kuberitahukan kepadamu.’’
Lelaki yang kemudian mengaku bernama Umara itu, sebelum meninggalkan kediaman H.Z.B Palaguna, sempat melakukan pengobatan terhadap seorang anaknya yang saat itu lagi sakit, dan seketika mendapat kesembuhan.
Sepeninggal Umara, menurut H.Z.B Palaguna ia mendapat kenaikan pangkat, dan selanjutnya selalu mendapat promosi kedudukan yang lebih tinggi, kariernya berjalan mulus sampai dia menjadi Gubernur Sulsel dua periode (1993 – 2003).
Menurut Gani, seorang warga Minasa Upa, wilayah Kota Makassar yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gowa, awal tahun ini seorang remaja wanita tetangganya yang keseurupan ketika ditangani pengobatannya oleh seorang dukun, berteriak-teriak menyebut dirinya sebagai Tujua dari Karebosi.
Namun pascarevitalisasi, termasuk dilakukannya penataan Makam Tujua di Karebosi, tidak terlihat lagi suasana angker sekitar makam. Hampir setiap sore hari anak-anak usia sekolah dasar yang berlatih sepakbola di lapangan Karebosi justru menjadikan lokasi sekitar Makam Tujua sebagai tempat mengasoh. Para orang tua pun terlihat tidak lagi melarang atau menabukan anak-anaknya untuk mendekati atau bermain-main sekitar makam tersebut.
The New Karebosi kini benar-benar menawan, apalagi di arah timurnya direncanakan akan dibangun sebuah hotel yang dipadukan dengan tempat perbelanjaan berfasilitas modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H