Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Isu Penculikan di Sulsel, Strategi Pengalihan Masalah Bangsa

4 Februari 2011   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:54 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pascaperistiwa penggasakan yang dilakukan massa terhadap sebuah mobil Innova (bukan Avansa, seperti postingan terdahulu) berikut tiga penumpangnya, sore hari (03/02/2011) di depan stasiun pengisian BBM Solar di Jl.Perjanjian Bongaya, Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, keesokan siangnya (Kamis,04/02/2011) tampak sejumlah anak SD yang baru pulang sekolah di Barombong masih melambaikan tangan di tepi-tepi jalan raya untuk menghentikan pengendara sepeda motor yang tak berboncengan untuk menumpang ke arah Jembatan Barombong.

Namun terlihat tak satupun dari pengendara sepeda motor tak berboncengan tersebut yang melayani lambaian tangan anak-anak sekolah itu, seperti yang biasa terlihat terjadi pada hari-hari sebelumnya. Maklum, penghancuran mobil Innova berikut tiga orang penumpangnya semalam oleh massa di Barombong, terjadi antara lain karena diteriaki sebagai mobil penculik anak.

Seorang lelaki pengendara sepeda motor yang melintas di antara anak-anak sekolah usia SD di depan Kantor Pembantu Bank BRI Barombong mengatakan, tak mau mengambil risiko. ''Kita harus waspada, jangan sampai kita dengan tulus membonceng membantu anak-anak sekolah tersebut ke tempat tujuannya, lalu ada yang berteriak penculik. Kita kan bisa mati konyol dihajar massa. Seperti yang terjadi terhadap pengendara mobil yang baru saja dimassa di Barombong,'' katanya.

[caption id="attachment_88576" align="alignright" width="640" caption="Monumen Mandala di tengah Kota Makassar/Ft:Mahaji Noesa"][/caption]

Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Kapolres Takalar ketika malam hari (03/02/2011) datang bersama sejumlah anggotanya ke Pos Polisi Pembantu di Barombong, sekitar 200 meter dari lokasi kejadian, mobil itu kabur setelah menabrak di wilayah Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Menurut informasi, mobil Innova bersama 3 orang penumpangnya yang dihajar massa di Barombong tersebut, sebelumnya menyenggol seorang pengendara sepeda motor di Desa Bontosunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Ketika mereka berusaha melarikan diri, massa mengejar dan diantaranya ada yang meneriaki sebagai 'Penculik.' Ketika melintas di depan Polsek Galesong Utara, terpancing dengan teriakan 'Penculik' dari para pengejar sejumlah petugas polisi ikut mengejar. Sejumlah masyarakat disepanjang jalan yang dilalui pun spontan ikut bergabung mengejar dengan mengendarai sepeda motor. Ketika memasuki wilayah Kota Makassar di Jalan Perjanjian Bongaya, Barombong, mobil terhalang kemacetan. Di tempat inilah massa lalu menghantam mobil tersebut hingga penyot berikut menghajar tiga penumpangnya. Ketiga orang korban yang dihakimi massa adalah pemuda warga Kota Makassar, masing-masing Hardiono (26 tahun), Anjas (26 tahun), dan Bambang (31 tahun). Ketiganya mengalami luka parah dan hingga saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Bayangkara, Makassar. Salah satu di antaranya mengalami patah tulang leher akibat hantaman benda keras. Menurut keterangan dari keluarga para korban, ketiganya adalah karyawan suatu Perusahaan Pembiayaan Kendaraan Bermotor di Makassar yang sedang memanfaatkan hari lbur 'Imlek' bertamasyah ke wilayah Kabupaten Takalar. Beberapa saat sebelum terjadi peristiwa amukan massa di Barombong tersebut, Kapolda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulsebar), Inspektur Jenderal Polisi Johny Wainal Usman melakukan pertemuan pers dengan sejumlah wartawan di Kota Makassar, sehubungan dengan adanya isu penculikan anak yang merebak sejak sebulan terakhir di wilayah Provinsi Sulsel dan Sulbar. Apalagi sebelum peristiwa Barombong, sehari sebelumnya isu penculikan anak telah menelan korban tewas diamuk massa di Pakkatto Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa (02/02/2011). Korbannya adalah Agusriyanto alias Agus (22 tahun), seorang tenaga pemasaran buku dari PT. Intan Pariwara. Warga yang berasal dari Kecamatan Belang Wetan, Klaten, Jawa Tengah tersebut selama ini berposko di Kota Bulukumba, ibukota Kabupaten Bulukumba. Jenazah korban isu penculikan anak ini sudah ditebangkan oleh pihak distributor PT Intan Pariwara dari Makassar ke Klaten. Kapolda Sulselbar secara tegas menyatakan sudah mengecek semua petugas Polsek dan Polres di wilayahnya, tidak terdapat aduan resmi dari masyarakat mengenai adanya penculikan anak atau kehilangan anggota keluarga. Justru Kapolda menyatakan bahwa isu yang beredar melalui sejumlah salebaran dan melalui pesan SMS bahwa ada kawanan penculik anak untuk mengambil organ tubuhnya di wilayah Sulselbar adalah benar-benar isu yang tak memiliki kebenaran. Justru Polda Sulselbar kini membentuk Tim Khusus guna menyelidiki darimana dan siapa dalang penebar isu penculikan yang meresahkan masayarakat tersebut. Untuk itu pula, masyarakat dihimbau agar segera melaporkan siapa saja yang diketahui menebar isu penculikan anak tersebut, dan tidak langsung melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap orang-orang yang diisukan sebagai penculik anak. Banyak pihak di Kota Makassar menyebut isu penculikan anak ini, merupakan bagian dari taktik strategi yang sengaja dibuat oleh orang-orang tertentu untuk membuat susana mencekam di tengah masyarakat, untuk mengalihkan konsentrasi perhatian mengenai berbagai masalah nasional seperti upaya penuntasan mafia hukum, mafia pajak, pemberantasan korupsi, tudingan kebohongan kepada pemerintah, dan lain-lain. Namun sebagian besar warga khususnya di Kota Makassar, mengharapkan terutama pihak kepolisian untuk secara intens memberikan keyakinan dan jaminan stabilitas keamanan terhadap warga bahwa isu penculikan yang telah menelan sejumlah korban itu dalam kenyataannya hanyalah kabar bohong yang disebarkan oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Apalagi, belakangan masih beredar versi cerita warga bahwa mobil-mobil penculik selain bernomor pol DD (Sulawesi Selatan), juga bernomor Polisi DN (Sulawesi Tengah), dan DM (Sulawesi Utara). Isu ini sangat membahayakan, pun harus segera diredam lantaran dengan membaiknya akses jalanan Trans Sulawesi, banyak mobil berpalat DN dan DM beroperasi bolak-balik Kota Makassar - Palu (Sulteng), dan Manado (Sulut). Sejumlah orang tua di bilangan Barabaraya -- Jl. Abubakar Lambogo, Kota Makassar menceriterakan, bahwa isu penculikan anak yang meresahkan warga seperti sekarang ini, sudah pernah dihembuskan di wilayah Sulsel pada tahun-tahun 60-an hingga tahun 70-an. Kala itu, katanya, diisukan ada sekawanan orang yang beroperasi mencari 'Kepala Manusia' untuk dipakai sebagai tumbal, ditanam di bawah pondasi pembangunan seperti gedung besar atau pembuatan jembatan. Isu yang meresahkan warga itu di wilayah beretnis Bugis disebut 'Pageregere' dan di daerah beretnis Makassar disebut dengan nama 'Patadotado Ulu'. Isu Pagegere dan Patadotado tersebut, kala itu begitu mencekam, menakutkan masyarakat yang masih dilanda kesusahan ekonomi setelah digulingkannya gerombolan pengacau DI/TII di Provinsi Sulsel. Hampir semua orang yang hidup di tahun 60-an hingga awal 70-an meyakini adanya orang 'penjagal kepala manusia' untuk jadi tumbal pembangunan gedung dan jembatan, sekalipun tidak pernah ada kejadian yang sebenarnya ditemukan di lapangan. Belakangan baru diketahui, jika, isu itu sebagai taktik dari para penjahat untuk bebas melakukan aksi kejahatannya. Di saat-saat suasana batin masyarakat galau dengan situasi yang tidak memberikan jaminan keamanan serta kestabilan ekonomi, menurut pengalaman mereka, masyarakat amat mudah memercayai isu-isu atau hal-hal yang sebenarnya menyesatkan. Selain isu penculikan anak yang meresahkan warga khususnya di Provinsi Sulsel belakangan ini, juga ada sejumlah isu ditemukannya pada sejumlah tempat berupa harta karun, termasuk emas-emas batangan. Terakhir dikabarkan, ditemukan ladang emas di Desa Corawali Kecamatan Panca Lautang, Kabupaten Sidrap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun