[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Inilah kolam pemancingan Puulonggida yang rusak berantakan sebelum pernah difungsikan/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Katanya diusulkan, dirancang serta dilaksanakan oleh masyarakat. Itulah substansi yang sering didengungkan dalam pekerjaan-pekerjaan fisik di wilayah perdesaan maupun perkotaaan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dalam masa pemerintahan Presiden SBY. Nyatanya, ada juga pekerjaan PNPM yang justru disesalkan oleh masyarakat.
Salah satunya dapat dilihat melalui pembuatan kolam pancing ikan air tawar Puulonggida yang dibuat di atas areal sekitar 2 hektar tahun 2013 di kelurahan Watulondo kecamatan Puuwatu kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Sebenarnya lokasi pembuatan kolam pancing melalui PNPM Mandiri Perkotaan 2013 itu tidak terlalu jauh, hanya sekitar 3 kilometer dari bentang poros jalan Negara kota Kendari – Pohara (kabupaten Konawe). Terletak satu alur dengan lokasi pengolahan Tinja milik Pemerintah Kota Kendari yang berada sekitar 2 kilometer dari tepi poros Kendari – Pohara.
[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Peta Kampung Wisata Puulonggida yang hanya indah dalam rencana/Ft: Mahaji Noesa"]
Hanya saja terbilang terpencil lantaran lokasi kolam pancing Puulonggida tersebut berada di lembah bukit berhutan yang lengang penduduk. Lagi pula, sejak dibangun tahun 2013 hingga kondisi akhir Nopember 2014 sebagian besar jalanannya menerobos perbukitan masih dalam kondisi jalan tanah, tidak beraspal. Lokasi belum dijangkau aliran listrik PLN, tidak tersedia akses angkutan umum masuk ke lokasi.
Akibatnya, sejak dibangun hingga saat ini sarana kolam pancing Puulonggida yang dilengkapi fasilitas outbond dan permainan anak tersebut boleh dikatakan mubazir, sunyi tanpa pengunjung. Apalagi sekarang hampir sebagian besar sarana dan fasilitas kelengkapan kolam pancing tersebut sudah mengalami kerusakan.
Ketika melintasi kawasan ini akhir Nopember 2014, terlihat pelataran parkir dan pos jaga sepi tanpa satupun petugas jaga maupun petugas lain yang standby di lokasi. Tangga turun ke lokasi yang hanya dibuat dari susunan ban-ban mobil bekas sudah mulai berantakan dan menghutan ditumbuhi belukar.
Talud kolam pancing seluas sekitar setengah hektar sebagian sudah retak, runtuh dan bahkan beberapa dalam kategori hancur. Lantai pelataran utama kolam retak menganga, dan tulisan Puulonggida sebagai pananda lokasi sudah rusak berantakan. Beberapa gazebo konstruksi kayu terlihat lusuh terancam rusak. Terdapat 4 kamar WC umum yang dibangun di tepi kolam pintu-pintunya sudah rusak.
[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu WC umum di lokasi pancing semua sudah rusak/Ft: Mahaji Noesa"]
Demikian halnya mesin pompa air serta tank penampungan air terancam karat tak pernah difungsikan. Hal sama terjadi untuk sarana permainan anak maupun peralatan outbond yang menggunakan besi. Dasar kolam utama terkesan sudah lama tak terurus dipenuhi tumpukan tanah serta ditumbuhi gulma liar.
Sejumlah warga Puulonggida yang berdiam sekitar satu kilometer dari lokasi menginformasikan sejak dibangun tahun 2013, talud utama kolam pancing Puulonggida telah mengalami beberapa kali keruntuhan karena dibangun dengan kualitas asal jadi, tanpa menggunakan alas bronjong di lokasi berstatus tanah rawa. Namun pihak koordinator Kota (Korkot) PNPM-MP kota Kendari maupun pihak konsultan tetap memberikan keleluasaan pekerjaan kolam dilanjutkan.
Banyak warga yang berdiam di radius lebih dari satu kilometer dari lokasi menyayangkan pembuatan kolam pancing Puulonggida yang seolah dipaksakan dan dibuat asal jadi. Mereka umumnya menyatakan akan lebih berguna jika dana pembuatan kolam pancing dimanfaatkan untuk memperbaiki jalanan ke lokasi yang selama ini dikenal dengan sebutan Lorong Konggoasa juga merupakan jalanan melintasi kawasan pemukiman penduduk RW Puulonggida di kelurahan Watulondo yang masih berupa jalan-jalan tanah yang sempit.
Menurut informasi, pembangunan kolam pancing Puulonggida dikaitkan paket rencana pengembangan Kampung Wisata di kelurahan Watulondo atas bantuan dana loan Bank Dunia melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM – MP) tahun 2013. Nilainya Rp 750 juta, dilaksanakan atas nama BKM melalui 5 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Ada yang menyebut sebelumnya sudah ada loan Bank Dunia sebesar Rp 1 miliar diguyurkan untuk pembukaan dan perataan lokasi sebelum kemudian diguyurkan dana Rp 750 juta untuk pembangunan fisik dan fasilitas kelengkapan kolam pancing Puulonggida yang kini kondisinya berantakan.
[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Kondisi saluran kolam pancing Puulonggida yang rusak/Ft: Mahaji Noesa"]
‘’Melihat situasi dan kondisi lingkungan tempat dibuatnya lokasi pemancingan Puulonggida, siapapun pasti akan menyimpulkan bahwa proyek ini tidak feasible dan cenderung dipaksakan,’’ simpul sejumlah mahasiswa perguruan tinggi dari kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara yang baru saja berkunjungke lokasi tersebut.
Di antara mereka ada yang menyarankan agar pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera turun tangan terhadap pelaksanaan pembuatan kolam pemancingan Puulonggida yang menggunakan pinjaman dari bank dunia tahun 2013 dan kini sebagian besar fisiknya terancam rusak dalam usia hanya sekitar setahun setelah dikerjakan. Mereka antara lain memberi alasan, proyek berlokasi di kawasan hutan dikerjakan asal jadi dan hancur sebelum pernah dimanfaatkan tersebut semua dapat terjadi ada indikasi karena pihak pelaksana, koordinator, dan konsultannya masabodo tanpa peduli dengan dampak terhadap timbulnya kerugian keuangan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H