[caption id="attachment_342565" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu warung penjual Sate Pokea di sekitar jembatan Pohara/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]
Salah satu ciri pasar tradisional yang telah berumur panjang, biasanya, memiliki kuliner spesifik dibuat masyarakat menggunakan bahan-bahan lokal bersumber dari potensi sumber daya alam di sekitarnya. Sate Pokea misalnya, merupakan kuliner yang dahulu hanya dijumpai di Pasar Pohara, sekitar 15 km di arah utara kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara.
Kuliner ini mulai bergaung sejak tahun 70-an tatkala lokasi pasar tradisional Pohara masih menyatu dengan Sub Terminal Angkutan Darat Sampara yang kala itu masih masuk wilayah administratif kabupaten Kendari. Kini, Pasar Pohara di desa Pohara kecamatan Sampara sudah menjadi bagian dari kabupaten Konawe pemekaran kota Kendari.
Cerita lezatnya Sate Pokea Pohara, menurut cerita warga di Pohara,awalnya disebarkan para pengunjung berasal dari kota Kendari. Pasar Pohara yang awalnya hanya terbuka pada hari Minggu sehingga dinamakan sebagai Pasar Minggu Pohara dapat dicapai kurang dari 10 menit perjalanan kendaraan bermotor dari batas gerbang Kota Kendari, sehingga saat hari pasar banyak warga kota Kendari berbelanja kebutuhan isi dapur di Pasar Minggu Pohara.
[caption id="attachment_342566" align="alignright" width="300" caption="Penjual Pokea mentah di Pasar Pohara/Ft: Mahaji Noesa"]
Lagipula, Pasar Minggu Pohara sebagai pasar tradisionil kedua dijumpai dari gerbang batas kota Kendari setelah Pasar Abelisawah, lokasinya berada di tepi poros jalan Negara Kendari – Kolaka. Sejak lama telah tersedia angkutan penumpang umum melayani rute gerbang batas ke pasar Pohara pp.
Kencangnya penyebaran cerita Sate Pokea Pohara lantaran selalu diiringi embel-embel lezat dan bermanfaat sebagai obat sejumlah penyakit dalam, serta penambah stamina pria. Boleh jadi, sebab dalam eksiklopedi kesehatan, Pokea disebut-sebut mengandung banyak protein dan zat yang berguna bagi tubuh manusia. Di antaranya, mengandung mineral besi (Fe), fosfor (P), flour (F), iodium (I), kalsium (Ca), kalium (K), seng (Zn),dan selenium (Se). Terdapat sumber vitamin larut lemak seperti vitamin: A, D, E, dan K, serta mengandung vitamin larut air, seperti: B-1, B-2, B-6 (piridoxin), B-12, dan Niasin.
Pokea adalah kata bahasa daerah Tolaki (salah satu etnis di Sulawesi Tenggara)untuk menyebut jenis kerang yang hidup di lumpur pesisir sungai maupun di delta-delta muara sungai. Hewan bercangkang dari keluarga Moluska tersebut oleh beberapa peneliti disebut memiliki sumber protein hewani kategori complete protein karena kadar asam amino esensialnya tinggi, sekitar 85 hingga 95 persen mudah dicerna tubuh.
[caption id="attachment_342567" align="alignleft" width="300" caption="Inilah cangkang dan isi Pokea/Ft: Mahaji Noesa"]
Mohon perhatian, jangan terlalu berisik ketika menyebut kata Pokea di hadapan wanita beretnis Tolaki, karena penggunaan kata tersebut sering dikonotasikan sebagai sebutan lain dari kata vagina.
Bersama beberapa rekan dalam perjalanan dari kota Kendari menuju Kota Unaaha, ibukota kabupaten Konawe, Minggu (21/12/2014), kami mampir di Pasar Minggu Pohara.Beberapapedagang terlihat telah mengemasi barang dagangannya, padahal jarum baru menunjukkan pukul 9.45 pagi. ‘’Biasa Pak….kalau musim hujan begini pasar cepat bubar,’’ jelas seorang petugas parkir. Langit memang tampak mendung. Maklum, Desember 2014 memasuki awal musim hujan di kota Kendari dan wilayah sekitarnya.
Pasar Minggu Pohara yang kini telah dibuka dua kali seminggu yaitu hari Minggu dan Kamis pagi, serta berlangsung pasar sore setiap hari Rabu dan Sabtu, benar-benar merupakan salah satu pasar tradisional yang berumur tua. Hal itu dapat dilihat dari bentuk bangunan induk berupa kios-kios yang telah ketinggalan model dengan flapon masih menggunakan gemacca (gede).
Saat menyusuri tenda-tenda penjual hasil-hasil pertanian, barang campuran, asesori,kuliner dan sembako yang mendominasi pasar, sebagian besar mereka terlihat berjualan di atas lantai tanah basah, becek dan tidak higenis. Sejumlah ternak sapi penduduk tampak diikatkan di lokasi penjual. Kondisi Pasar Pohara perlu perhatian bantuan perbaikan dari pemerintah agar menjadi sebuah pasar rakyat yang sehat, bersih,teratur, dan nyaman bagi pedagang serta pembeli.
[caption id="attachment_342569" align="alignright" width="300" caption="Pokea panggang/Ft: Mahaji Noesa"]
Dimana tempatnya penjual Sate Pokea? Ketika pertanyaan seperti itu kami lontarkan ke sejumlah pedagang dan pengunjung Pasar Pohara, mereka umumnya menjawab sekarang pembeli lebih banyak menyukai bahan mentahnya sehingga penjual Sate Pokea sudah sering tidak hadir saat hari-hari pasar. Benar, sejumlah penjual Pokea (kerang) mentah pagi itu kami jumpai sedang diserbu pembeli di emperan toko sebelah selatanPasar Pohara.
Para penjual Pokea umumnya adalah wanita, menggunakan takaran gantang. Satu gantang pokea dengan cangkangnya dijual Rp 6.000. Penjual mengeluarkan isi Pokea dari cangkangnya apabila diinginkan pembeli.
Selain dari lumpur-lumpur pesisir Sungai Konaweeha yang mengalir berkelok di sekitar Pohara, juga Pokea di Pasar Pohara berasal dari tepian sungai yang mengalir di Sampara, Laosu dan Labanggele. Memasuki musim hujan sekarang adalah musimnya Pokea. Hanya saja para pencari Pokea harus menggunakan alat bantu mengais lumpur banjir untuk mendapatkan Pokea. Di musim kemaraupencarian secara manual menggunakan kaki menginjak-injak lumpur untuk mendapatkan Pokea.
[caption id="attachment_342571" align="aligncenter" width="560" caption="Sebagian penjual di Pasar Pohara tampak beralaskan tanah/Ft: Mahaji Noesa"]
Tina, seorang wanita setengah baya penjual Pokea mentah di Pasar Pohara mengaku mendapatkan keuntungan lumayan dari usaha tersebut. ‘’Pasar kemarin saya membeli 2 karung Pokea dari para pencari Pokea. Semua laku terjual dengan harga lebih Rp 750.000. Dari situ saya dapat untung sekitar Rp 220.000,’’ jelas perempuan yang mengaku berasal dari Desa Andudomi kecamatan Sampara, kl 2 km dari Pasar Pohara.
Seorang ibu penjual Pokea lainnya menjelaskan, di saat musim kemarau harga Pokea bercangkang besar laku terjualRp 20.000 untuk tiga gantang. Satu gantang berisi 5 hingga 6 cangkang Pokea. Untuk lauk, katanya, lebih banyak menyukai Pokea bercangkan besar. Sedangkan Pokea bercangkang kecil umumnya banyak dibeli dengan cangkangnya untuk dimasak, lantaran airnya diyakini jika diminum dapat menjadi obat berbagai penyakit dalam, terutama untuk penyembuhan pengidap Penyakit Kuning (lever).
[caption id="attachment_342572" align="aligncenter" width="560" caption="Ternak sapi bebas berbaur dengan penjual di Pasar Pohara/Ft:Mahaji Noesa"]
Beberapa penjual tampak masih menjual Pokea Panggang dengan harga Rp 12.000 seikat terdiri atas 5 tusuk. Pokea panggang harus diproses lagi untuk dijadikan lauk, nyamannya jika dimasak kembali menggunakan santan.
Dahulu, cerita Tina, banyak penjual sate Pokeadi Pasar Pohara, harga jual terakhir Rp 5.000 per tiga tusuk. Berkurangnya peminat Sate Pokea belakangan ini disebut dapat saja berkaitan dengan joroknya lokasi pasar sehingga memilih membeli Pokea mentah untuk diolah sendiri karena dianggap lebih higenis.
[caption id="attachment_342573" align="alignright" width="300" caption="Inilah gerbang gedung induk Pasar Pohara/Ft: Mahaji Noesa"]
Namun begitu, bagi yang berminat menyicipi Sate Pokea -- sate dari isi kerang yang digoreng bukan dibakar,menggunakan bumbu kacang dan saus tomat sudah dapat memperoleh menunya di beberapa warungyang terdapat sekitar Jembatan Pohara, sekitar 1 km di arah utara Pasar Pohara, 1 porsi Rp 10.000.
Menghilangnya kuliner khas Sate Pokea di Pasar Pohara, dapat menjadi pelajaran berharga dalam membangun, menata atau merenovasi sebuah pasar tradisional menjadi pasar rakyat dengan tetap memperhatikan pembinaan, pelestarian dan pengembangan kuliner-kuliner khas yang ada menggunakan bahan-bahan dari sumber daya alam lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H