[caption id="attachment_344435" align="aligncenter" width="560" caption="Beginilah model kios dan cafe sepanjang 8 km tepian bypass kota Kendari/Ft : Mahaji Noesa"][/caption]
Sepanjang malam pergantian tahun -- 31 Desember 2014 ke 1 Januari 2015 kota Kendari tanpa terguyur hujan. Pada hal, hampir setiap malam sejak awal Desember 2014 ibukota provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini basah diguyur hujan. Awal Musim penghujan yang disebut Hujan Musim Barat di kota Kendari dan sekitarnya memang mulai memasuki puncak dalam bulan Desember.
Ciri Hujan Musim Barat sering mengguyur sore hingga subuh hari. Saat pagi hingga siang biasanya langit cerah. Namun sepanjang malam pergantian tahun 2014 ke 2015, kota Kendari dan sekitarnya tanpa hujan.
Langit di atas Jalan bypass sepanjang sekitar 6 km di bibir utara Teluk Kendari yang mejadi tempat konsentrasi massa pukul kosong-kosong beberapa saat seolah berubah menjadi kanvas lukisan kilat kembang api berbagai warna beragam bentuk, diiringi bunyi tiupan terompet dari berbagai arah. Langit dan perairan Teluk Kendari yang terbentang seluas lebih 30 km di tengah kota Kendari malam pergantian tahun gemerlap penuh cahaya.
[caption id="attachment_344436" align="aligncenter" width="560" caption="Teluk Kendari dipandang dari Jembatan Kuning Bungkutoko/Ft: Mahaji Noesa"]
Pesta pergantian tahun yang sempurna, begitu komentar banyak warga di ‘Kota Lulo’ julukan kota Kendari, meskipun pesta kembang api pergantian tahun sepanjang bypass murni dilakukan warga tanpa satupun kehadiran sponsor panggung hiburan dari kantor pemerintah atau swasta. Tahun-tahun sebelumnya suasana pergantian tahun sering dibayangi guyuran hujan.
Namun begitu, hanya sekitar setengah jam setelah memasuki tahun 2015, lebih dari 100.000 warga yang memadati jalan bypass segera bergerak teratur meninggalkan lokasi. Mereka umumnya tidak terpengaruh dengan tawaran hiburan dari warung kaki lima, kios dan café sepanjang bypass. Mereka terlihat kembali ke lokasi tempat hiburan lain yang disajikan di hotel-hotel, rumah hiburan, halaman kantor-kantor maupun panggung-panggung hiburan khusus yang dibuat oleh warga.
‘’Kami datang ke bypass di malam akhir tahun ini hanya untuk menyaksikan pesta kembang api menyambut kedatangan tahun 2015. Soal hiburan di pantai bypass kan berlangsung tiap malam, jadi apapun menu yang disajikan terasa tiada lagi yang istimewa bagi warga kota Kendari,’’ komentar Ayyub, warga kelurahan Baruga, perbatasan kota Kendari dengan Ranomeeto, kabupaten Konawe Selatan (konsel) yang mengaku sejak pukul 17.00 sudah mendekati bypass bersama 6 anggota keluarganya menggunakan mobil pickup bak terbuka.
[caption id="attachment_344437" align="aligncenter" width="560" caption="Cape terapung di pesisir bypass kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]
Jalan bypass sehari-hari sejak pukul 16.00 hingga larut malam setiap hari memang terbuka sebagai tempat penjualan berbagai kuliner yang umumnya menyediakan ekstra hiburan karaoke bagi pengunjungnya. Beberapa pelancong yang telah melanglang buana mengakui, belum pernah menemukan lokasi penjualan kuliner sepanjang lebih dari 5 km sambung menyambung seperti di jalan bypass tepi Teluk Kendari dengan menyediakan hiburan karaoke. Bypass inilah lokasi di kota Kendari yang berasa pesta setiap malam.
Menariknya selain terdapat café terapung di pesisir teluk, jalan bypass sekitar Kendari Beach setiap malam juga menjadi lokasi pedagang kaki lima menggelar dagangan RB (istilah pakaian bekas), boneka bekas, termasuk sepatu-sepatu bekas beragam merk dari luar negeri. Ada tawaran permainan odong-odong untuk hiburan anak-anak Balita, serta penjual buah-buahan. Suasana tersebut terlihat tetap berlangsung plus ramainya penjual bermacam terompet di malam menanti pergantian tahun.
[caption id="attachment_344438" align="aligncenter" width="560" caption="Pantai Kendari Beach dengan latar armada nelayan/Ft: Mahaji Noesa"]
Hujan baru turun mengguyur kota Kendari dan sekitarnya jelang Magrib, 1 Januari 2015. Udara cerah sepanjang hari awal tahun tampak dimanfaatkan warga kota Kendari mengunjungi tempat-tempat rekreasi pantai. Sejak pagi hingga sore hari kota diwarnai lalu lalang berjenis mobil bak terbuka memuat warga menuju dan pulanglokasi permandian Pantai Kassi Lampe (Maya Ria), Pantai Nambo, Pantai Soropia, Pantai Toronipa, dan Pantai Batu Gong.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara bersama segenap jajarannya justeru memilih merayakan pergantian tahun 2014 ke 2015 di Pulau Bokori. Momentum malam penyambutan Tahun Baru 1 Januari 2015 dimaksudkan Pemprov Sultra untuk memromosikan Pulau Bokori, Pulau Hari, dan Pulau Saponda sebagai destinasi wisata pulau yang terhampar di Laut Banda berjarak sekitar 10 mil dari muara Teluk Kendari.
Ratusan kapal nelayan penangkap ikan sejak siang hari 31 Desember 2014 membuang sauh di depan pantai jalan bypass. Kehadiran armada nelayan tersebut tak hanya menambah kesemarakan suasana malam pergantian tahun di pesisir Teluk Kendari, tapi secara dini juga memberi keyakinan kepada umumnya warga kota Kendari bahwa malam pergantian tahun di kota Kendari tak bakal diguyur hujan sekalipun berlangsung dalam musim basah saat puncak Hujan Musim Barat.
Sejumlah warga yang sejak sore hari 31 Desember 2014 sudah mendekati tanggul pantai dekat gedung pusat latihanolah raga dayung yang sedang direnovasi di Benubenua mendialogkan betapa masih ampuhnya ilmu-ilmu penolak hujan yang dimiliki oleh nelayan pesisir. Tumplegnya warga, dari anak-anak hingga orang tua ke sepanjang jalan bypass kota Kendari malam menyambut Tahun Baru 2015, lantaran langit yang cerah tanpa bayangan hujan sejak siang hari.
[caption id="attachment_344439" align="aligncenter" width="560" caption="Odong-odong sarana dan permaian Balita di pantai Kendari Beach/Ft: Mahaji Noesa"]
Setelah mendapat jawaban dari SMS yang dikirim ke 2303 meminta info dari BMKG terhadap kondisi cuaca kota Kendari, 31 Desember 2014 dan 1 Desember 2015 (c0 dan c1 Kendari) menyatakan bahwa dalam dua hari tersebut kota Kendari diguyur hujan ringan, beberapa rekan yang tadinya tidak percaya dengan cerita lawas keahlian lokal para nelayan menolak hujan lalu mengajak untuk menemui beberapa nelayan guna menanyakan ihwal tersebut.
[caption id="attachment_344440" align="aligncenter" width="560" caption="Ratusan kapal nelayan penangkap ikan di Teluk Kendari menyongsong tahun baru 1 Januari 2015 di Teluk Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]
Tiga nelayan yang menambat kapalnya di depan dermaga Talia, sekitar muara Teluk Kendari mengatakan, ilmu penolak hujan bukan membaca semacam mantera tapi melakukan beberapa tindakan sebagai syarat. Namun ketiganya memilih mengalihkan cerita setiap kalidisinggung persyaratan yang harus dilakukan.
‘’Persyaratan itu dijalankan bukan untuk menolak atau menahan hujan tapi mengalihkan beberapa saat lokasi turunnya hujan untuk tidak mengganggu sepanjang jalannya hajatan yang melibatkan kepentingan banyak orang,’’ jelas salah seorang di antara mereka.
Seorang perempuan tua di Andonohu Kendari yang sering dimintai bantuan agar menahan hujan selama dilakukan hajatan pesta perkawinan secara polos mengungkap, bahwa selama ini jika ia diminta untuk menahan hujan ketika berlangsung pesta perkawinan dari pihak lelaki maka sebelumnya dia minta balik kepada pihak keluarga bersangkutan agar selembar CD sang pengantin laki atau CD saudara wanitanya dibasahi lalu dilempar ke atap rumah beberapa saat sebelumacara dimulai dan pihak keluarga merebus batu apa saja selama pesta berlangsung. Untuk pengantin wanita CD calon pengantin atau CD saudara perempuannya yang dilemparkanke atap rumah,dan juga menanak batu sepanjang acara berlangsung.
Banyak yang menyangka si perempuan penahan hujan itu memiliki mantera penahan hujan. Mau percaya atau tidak hanya begitu itulah, katanya, yang selalu diminta untuk dilakukan sebagai suatu persyaratan, dan hujan tidak turun. Wallahualam….
‘’Jika berjumpa angin puting beliung di tengah laut biasanya nelayan berdiri bertelanjang diri di tiang perahu atau tiang kapal untuk menghancurkannya. Risiko orang-orang yang suka memindahkan lokasi turunnya hujan tanpa diiringi kemampuan pengendalian bersabar diri, biasanya hasil usaha yang dilakukan sukar sekalipun untuk digunakan membeli pengganti celana dalam (CD-pen) yang sudah usang,’’ jelas seorang nelayan di Talia.
Jika hujan selama ini sering disebut sebagai tanda keberkahan, semoga malam pergantian tahun tanpa hujan di kota Kendari maupun di kota dan tempat lainnya menjadi pertanda awal keriangan segenap warga kota untuk lebih meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraannya. Insya Allah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H