Dalam desain kriteria Kawasan Pariwisata Nusa Dua disebutkan bahwa kawasan Nusa Dua dibangun berbasis kepada budaya bali yang bersumber dari agama hindu. karena itu desain komite BTDC saat ini dikenal dengan nama Intonesia Tourism Development Corporation / ITDC merekomendasikan pembangunan tempat ibadah secara terpadu diluar kawasan yang disebut dengan nama Puja Mandala.
Dan di setiap hotel dibangun mushola sesuai dengan keperluan. Di BTDC juga dibangun mushola yaitu di daerah nursery . Karena kebutuhan umat akhirnya mushola tersebut bukan saja dimanfaatkan orang dalam atau internal BTDC, tapi juga masyarakat muslim diluar kawasan.
Ketika mushola tersebut mengalami kerusakan bangunan. Dirut BTDC waktu itu pak Nadir minta dibangun tempat ibadah yang lebih permanen di lapangan mini. Oleh ketua desain komite waktu itu diarahkan lebih ke barat pada lokasi sekarang agar tidak terlalu mencolok dari pandangan umum. Belakangan mushola juga dimanfaatkan oleh umat diluar kawasan Nusa dua
Pada waktu Nusa Dua Beach Hotel dibeli oleh Sultan Bolkiah, ada wacana untuk membangun mesjid kecil di dalam Nusa Dua beach hotel. Bapak Joop Ave selaku dirjen Pariwisata pada waktu itu meminta supaya dipikirkan untuk dibuat semua tempat ibadah karena salah satu kebutuhan wisatawan disamping makan minum rekreasi dan istirahat adalah beribadah,
rencana tsb kemudian dicarikan alternatif lokasi oleh Ir Mandra dan Bpk ketut Wirya bagian Perencanaan BTDC antara lain di ujung selatan (lapangan golf) diujung utara di lagoon dan kebetulan dipeta ditemui ada tanah BTDC yang terpencil di kampial seluas 2,5 Ha, lokasi ini kemudian diusulkan kepada bpk Sunetja direktur Utama BTDC untuk disampaikan kepada bpk jove Ave,
Bapak Joop Ave menyetujui dan mengarahkan agar ditempat tersebut segera dibangun semua tempat ibadah umat beragama yang mencerminkan Bhineka Tunggal Ika dan keharmonisan dalam perbedaan. Maka daerah seluas 2,5 ha tsb di bagi menjadi 5 kavling masing-masing setengah hektar dan diperuntukan untuk pembangunan 5 tempat ibadah yaitu pura, gereja protestan, vihara, gereja katolik, dan masjid dan dikenal dengan nama Puja Mandala.
Pembangunan Puja Mandala tersebut dibiayai secara swadaya oleh masing-masing umat kecuali tempat parkir serta taman dibiayai oleh BTDC.
Sebelum diresmikan, Bapak Mandra minta pertimbangan kepada Bapak Wiyana, untuk nama kawasan tersebut. Yang kemudian disepakati untuk mengusulkan nama Puja Mandala Yang artinya tempat pemujaan
Puja Mandala tersebut diharapkan menjadi obyek wisata religius dan spiritual dengam lingkungan yang ditata agar tidak bernuansa komersial. Diatur oleh masing-masing pimpinan umat dimana btdc ikut sebagai pengarah maun penasihat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H