Mohon tunggu...
Darma Agung
Darma Agung Mohon Tunggu... -

Just trying to be a better me. Lebih lengkap, silahkan mampir di mahadarmaworld.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perubahan di PT KAI Cuma Slogan Belaka?

3 Oktober 2011   05:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:23 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kereta api bukan lagi moda transport yang asing bagi saya, 2 minggu sekali saya menggunakan kereta api, terutama jalur selatan. Sejak bulan puasa, saya merasakan ada berbagai perubahan kebijakan oleh PT. KAI, yang menurut saya baik untuk institusi KAI dan konsumen.Pada Rabu 28 September 2011, PT. KAI meluncurkan logo barunya, dikutip dari Antaranews.com:

"Nilai integritas adalah hal yang tak bisa ditawar lagi, begitu pula keselamatan merupakan hal yang tidak dikompromikan. Hari ini bukan sekedar mengganti logo lama namun lebih utama adalah perubahan nilai dan perilaku insan PTKAI dalam meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat," kata Dirut PTKAI Ignasius Jonan.

Logo baru PTKAI yang akan menjadi identitas baru BUMN itu terdiri dari tiga garis melengkung yang melambangkan dinamis, dua garis warna orange melambangkan proses pelayanan prima bagi pelanggan.

Sementara itu anak panah warna putih melambangkan nilai integritas sedangkan satu garis warna biru di bawahnya melambankan semangat inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders.

Per tanggal 1 Oktober, PT. KAI mengumumkan kebijakan baru (meski hal ini sudah berlaku sebelumnya) terkait pembatasan penumpang di setiap rangkaian gerbong kereta api. Kebijakan ini sesungguhnya positif karena akan menghindari dari terjadinya overload penumpang (terutama KA kelas ekonomi), peningkatan mutu pelayanan yang semakin baik, mampu menghindari terjadinya kecelakaan karena sarat penumpang, dan lain sebagainya. Sayangnya kebijakan ini tidak disertai kebijakan lanjutan sehingga masih merugikan penumpang, misal informasi dan sosialisasi yang cukup, penambahan jumlah kereta, dan lain-lain.

Saya sendiri mengalami kesimpangsiuran dari kebijakan baru PT. KAI ini. Sebulan yang lalu, ketika saya hendak melakukan perjalanan Kutoarjo - Maos menggunakan KA Kutojaya Selatan dari Stasiun Kutoarjo, saya mengalami kehabisan tiket, yang hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya untuk KA kelas ekonomi. Dengan terpaksa, saya beralih menggunakan moda lain. Kemudian keesokan harinya, ketika saya hendak balik menggunakan KA. Kahuripan, niat saya untuk melakukan pembelian tiket di Stasiun Maos ditolak, karena stasiun tersebut tidak lagi melayani pembelian tiket KA. Kahuripan, dan beberapa KA lainnya. Awalnya saya kaget, karena minimnya informasi ke publik, terutama media cetak, dan informasi yang diberikan pun tidak lengkap. Dampaknya, jadwal saya menjadi terganggu karena harus mencari moda transportasi lain.

Seminggu yang lalu, saya hendak melakukan perjalanan yang sama, untuk mengantisipasi kehabisan tiket, maka saya memutuskan untuk melakukan reservasi (waktu itu saya mendengar bahwa KA kelas ekonomi sudah bisa untuk reservasi dengan batas 7 hari sebelum pemberangkatan). Saya menanyakan perihal reservasi tiket KA kelas ekonomi di Stasiun Lempuyangan (Yogyakarta) untuk kereta yang saya maksud (Kutojaya Selatan & Kahuripan), ternyata hal ini tidak dapat dipenuhi oleh pihak Stasiun karena mereka hanya melayani untuk pemesanan tiket KA. Progo dan KA. Gajah Wong. Saya sempat bingung juga ketika ditanya oleh petugas darimana saya mendapatkan informasi reservasi tiket KA kelas ekonomi. Saya pun pulang dengan tangan hampa.

Sabtu kemarin, saya akhirnya ke Stasiun Kutoarjo (menggunakan KA. Prameks), kemudian melanjutkan rencana untuk melakukan pemesanan tiket (siapa tau disini bisa). Saya mencoba mencari informasi, namun kembali saya dikecewakan. Bagaimana tidak, dari sekian banyak loket, hanya dua loket yang dibuka, yaitu loket 2 (KA Bogowonto, seperti tampak pada gambar), dan loket 4 untuk KA. Prameks. Ketika saya menanyakan seorang petugas stasiun, beliau ikut bingung, dan kemudian menyarankan untuk ke loket 2. Dari loket 2 saya "dilempar" ke loket 4, alasannya itu loket untuk KA Bisnis, loket 4 untuk ekonomi.

Saya pun ikut mengantri di loket 4, ketika sampe di depan, petugas loket menyuruh menunggu karena prioritas untuk penumpang KA. Prameks, dan reservasi baru dilayani setelah KA. Prameks dan KA. Kutojaya Selatan berangkat.

Sempat terjadi keramaian, karena petugas loket 4 mengatakan untuk jurusan Bandung tersedia di loket 2, beberapa penumpang pindah antrian ke loket 2, namun ditolak karena itu adalah loket KA kelas bisnis. Sangat disayangkan, karena di dalam loket tampak beberapa petugas, yang menurut kami yang mengantri, harusnya pihak stasiun bisa membuka loket lain.

Pada akhirnya, saya pun mendapatkan tiket. Namun, saya jadi bertanya-tanya, mengapa di Stasiun Kutoarjo bisa melakukan reservasi (pemesanan) sementara di Stasiun Lempuyangan (Yogyakarta) dan Stasiun Maos tidak bisa. Ketika saya cek situs PT. KAI, untuk Reservasi Tiket sub bagian Stasiun Online, juga tidak memuat informasi yang lengkap dan jelas (cek gambar dibawah ini)

Pagi ini ketika saya menggunakan KA. Kahuripan, ternyata saya masih menemukan penumpang yang berdiri, tanpa tiket, bahkan membayar diatas kepada oknum kondektur.

Kapan implementasi kebijakan baru ini akan efektif Pak Ignasius Jonan?

Semoga cerita ini bisa jadi pengalaman bagi yang membaca dan perbaikan bagi PT. KAI ke depannya. Mungkin saja pengamatan saya ini tidak mewakili keseluruhan kinerja atau perbaikan PT. KAI, namun harus menjadi perhatian, karena umumnya kebijakan-kebijakan ini biasanya cuma renyah di awal, melempem di belakang.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun