Hari itu adalah ketiga kalinya saya menghadiri kajian ma'rifah an-nafs (mengenal diri sendiri) melalui kitab Al-Hikam Al-'Atha'iyyah. Kajian ini cukup spesial karena diisi dengan pembacaan shalawat yang merdu dari Habib Razy.
Pada pertemuan kali itu, Habib Razy membawa sehelai rambut Rasulullah yang beliau simpan. Saya membayangkan rambut itu pernah menemani Rasulullah berdakwah dan basah oleh air wudhu beliau, dan merasa takjub seketika.
Sebelum menutup kajian, guru kami bercerita tentang Sayyidah Aisyah ra. Semenjak kepergian Rasulullah saw., tidak sekali dua kali Aisyah merindukan beliau. Setiap rindu menghampiri, Aisyah jatuh sakit. Kuatnya perasaan rindu Aisyah kepada Rasulullah tak dapat ditanggung oleh badannya.
Untuk mengobati rindunya, Aisyah mengambil sehelai rambut Rasulullah saw., lalu memasukkannya ke dalam segelas air. Aisyah akhirnya merasa sedikit lega dengan kehadiran Rasulullah saw., walaupun hanya rambut beliau.
Kisah itu membuat air mata saya mengalir begitu saja, saya lalu menyadari sedang merindukan orang yang bahkan belum pernah saya temui seumur hidup saya, Rasulullah.
Saat itu saya merasa hati saya terketuk kembali, ke manakah saya selama ini? Hingga melupakan jasa Rasulullah saw. yang sudah mengenalkan Islam kepada saya?
Pada dini hari itu, saya bertekad untuk bershalawat kepada Rasulullah setiap hari. Meskipun saya tak hafal banyak shalawat, setidaknya saya bisa mendengar shalawat dari audio aplikasi KESAN. Audionya terasa lebih syahdu karena hanya ada vokal tanpa instrumen musik.
Saya juga mengajak teman saya yang memakai iOS untuk menggunakan KESAN. Saya berharap dengan sering mendengar shalawat, saya bisa lambat laun menghafalnya di hati dan pikiran saya, sehingga saya dapat senantiasa bershalawat di mana pun saya berada. Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wasahbihi wasallim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H