Era pandemi yang udah berjalan hampir 2 tahun ini bikin perhatian kita gak cuma tertuju ke kesehatan fisik, tapi juga psikis atau yang lebih sering disebut mental. Sekarang ini makin banyak bahasa-bahasa psikologis yang dijadiin bahasa gaul, kaya bipolar, OCD, anxiety, insecure, toxic positivity, toxic masculinity, dan masih banyak lagi. Sayangnya, diagnosa-diagnosa itu gak datang dari seorang professional, tapi malah dari lingkungan dan asas ngikutin tren yang bikin kondisi psikologis itu terlihat menyeramkan, bahkan terlihat seperti aib.
Hal-hal yang tadinya cuma menjadi bahan becandaan, lama-lama bisa jadi besar karena orang-orang yang memang membutuhkan bantuan atau pertolongan justru malu cari bantuan untuk menghindari stigma “aib” dari lingkungannya. Padahal, kata siapa konsultasi itu aib?
Sering banget denger pernyataan katanya kalo konsultasi (konseling) ke psikolog itu artinya “sakit”. Padahal justru orang yang sadar akan kebutuhan dirinya dan secata sadar berinisiatif untuk mencari bantuan ke orang yang berkompeten adalah orang yang memiliki kemungkinan untuk jadi lebih sehat, baik secara psikis maupun mental loh!
Sama hal nya sepertinya kita ke dokter. Ketika kepala mulai pusing, tenggorakan sakit hidung berair, mual dan sebagainya, kita yang “perhatian” dengan diri, pasti akan lebih cepat sadar dan bergegas ke dokter atau mungkin sekedar minum obat, sehingga akhirnya lebih cepat sembuh,
Berbeda dengan yang mengabaikan, entah karena takut atau sekedar malas. Bisa jadi dari yang tadinya hanya batuk atau pilek, menjadi gak napsu makan terus berlanjut jadi typhus, sakit maag akut dan sebagainya.
Kenyataannya, kita mencari jasa dokter bukan karena kita “penyakitan” tapi justru karena kita berusaha untuk tetap sehat, kan? Begitu pula dengan pergi dan mencari jasa konsultasi untuk kesehatan mental.
Semakin kamu sadar akan keterbatasanmu dan semakin cepat kamu meminta bantuan dari ahlinya, akan semakin tepat kita memutuskan apa yang dibutuhkan.
Jadi, yang mana yang aib?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H