Mohon tunggu...
Mohamad AB
Mohamad AB Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan

Menulis untuk bertutur kata...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menyoal MEA, Amien Rais "Kita Terancam, Kemungkinan Buruh Menganggur“

6 Januari 2016   15:11 Diperbarui: 11 Januari 2016   10:50 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu kita menatap lembaran baru di kalender kita ,apa yang terlintas dalam benak pikiran kita kalau bukan segudang planing dan program yang akan dilakukan di tahun baru ini. Namun ada yang sedikit menjadi beban kekhawatiran kita sebagai bagian dari masyarakat ekonomi asean, dimana tahun ini adalah tahun diberlakukannya tatanan MEA . Kita akan ditantang kesiapannya sebagai bangsa untuk menapaki era MEA ,Masyarakat Ekonomi Asia .

Maka wajar jika sebuah kekhawatiran ini juga telah dikemukakan oleh Ketua Majelis Pertimbangan Partai Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional Amien Rais ketika menyampaikan pidato dalam acara pengukuhan pengurus Dewan Pimpinan Daerah PAN Jakarta Utara, Sabtu (28/12/2013). Amien Rais menilai, Indonesia Lembek, bahkan Amien Rais menganggap pemberlakuan MEA akan menjadi ancaman. Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais khawatir bergabungnya Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) justru menjadi blunder.

Sebagai perbandingan, dari pengalaman kunjungannya ke beberapa negara ini,bisa disimpulkan ketika Saya ke Thailand, Filipina, dan lain-lain. Saya melihat mereka juga cukup digdaya, sementara kita kan agak lembek ,menurut Amien. Lebih jauh menurut Amien, Indonesia belum siap bersaing dalam pasar bebas dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya."Kita akan terancam, jadi kemungkinan besar nanti buruh-buruh kita lebih banyak menganggur. Petani kita enggak bisa jual padi karena padi Vietnam lebih murah," kata Amien di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/1/2016).

Selain masalah persaingan, Amien Rais juga menyoroti masalah moral. Menurut dia, sejumlah negara ASEAN memiliki nilai moral yang tidak sesuai dengan adat ketimuran Indonesia.Dia khawatir budaya negara-negara tetangga itu akan masuk ke Indonesia karena pasar bebas MEA.Yang paling mengkhawatirkan dari segi moralitas budaya dimana akan banyak pengaruh jelek yang muncul di masyarakat. "Jadi pergi ke prostitusi itu seperti pergi ke warung makan. Kalau itu nanti masuk ke Indonesia, seperti apa nanti makin runyamnya moral kita itu," ujar Amien.

Sehubungan dengan itu,Mantan Ketua MPR ini berharap, Presiden Joko Widodo melakukan persiapan yang matang untuk menghadapi tantangan dalam MEA ini. Bahkan menurutnya , Jokowi harus duduk satu meja bersama seluruh elemen bangsa, mulai dari pimpinan TNI, Polri, partai politik, tokoh agama, pemimpin redaksi hingga organisasi massa untuk membicarakan berbagai tantangan dan mencari solusi.

Namun Sikap optimis justru ditujukkan oleh Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/1). “ Politikus dari Partai Demokrat tersebut mengatakan Indonesia harus siap memasuki MEA karena sudah dipersiapkan sejak jauh hari. Jika memang belum siap, Dede meminta tenaga kerja Indonesia tidak usah khawatir karena sebagian negara ASEAN lainnya pun belum siap.” Menurut Dede Produktivitas tenaga kerja Indonesia ada di level tengah. "Artinya di atas kita ada yang lebih hebat, tapi di bawah kita juga ada yang lebih rendah. Kita harus tertantang bersaing dan berkompetensi dengan tenaga kerja asing," kata dia.

Sikap optimis juga sudah ditunjukkan oleh pemerintah diantaranya oleh Kementerian Perdagangan merasa optimistis ekspor Indonesia bisa semakin melesat pada era MEA ini. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) periode Januari-Oktober 2015, terlihat bahwa neraca perdagangan nonmigas Indonesia ke kawasan ASEAN surplus US$ 1,6 miliar. "Angka ini meningkat sekitar 257,13 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang defisit US$ 1,02 miliar," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak di Jakarta, Kamis, 31 Desember 2015. Tempo ,4/1/2016.

Menurut Nus jajarannya telah melakukan pemetaan dan menyiapkan sejumlah produk yang menjadi andalan Indonesia dalam menghadapi persaingan di MEA.‎ "Ada beberapa produk ekspor utama dan prospektif ke kawasan ASEAN plus Cina, Jepang, dan Korea Selatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir," ujarnya. Langkahnya dapat dipetakan, misalnya untuk kawasan ASEAN, akan dilakukan ekspor produk kimia dalam lima tahun terakhir trennya naik 9,88 persen, otomotif naik 14,55 persen, mesin-mesin naik 5,81 persen, dan makanan olahan naik 12,67 persen. Selain itu, produk tekstil, perhiasan, rempah, kopi, dan udang pun trennya naik 5-28 persen.

Namun untuk menyasar pasar Cina, Jepang, dan Korea, Indonesia akan mengandalkan produk kayu, termasuk kertas dan perabot, bahan kimia, tekstil, makanan olahan, otomotif, alas kaki, plastik, produk perikanan, kulit, kopi, dan rempah. Lebih jauh,untuk semakin menggenjot ekspor Indonesia, Nus menambahkan, Kementerian Perdagangan juga telah membuka AEC (ASEAN Economic Community) Centre yang bertujuan memberikan informasi peluang pasar yang harus diraih kepada segenap pemangku kepentingan, khususnya pejabat pemerintah daerah, pelaku bisnis, akademikus, dan masyarakat umum. "Ke depan, Kementerian Perdagangan akan terus mengupayakan promosi atas produk-produk andalan tersebut," tuturnya.

Suatu kajian yang perlu kita ungkapkan menurut , Arya Baskoro (Associate Researcher), Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan.

Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun