Harimau mati meninggalkan belang,gajah mati meninggalkan gading. Namun, kalau kematiannya di kebun binatang tentu akan bermakna lain, bukan saja meninggalkan gading, tapi meninggalkan perkara misteri yang mengundang tanya.
Gajah itu fenomenal, di Thailand, gajah berperanan strategis bagi kehidupan ekonomi penduduknya. Segi posisif lain dalam dunia bisnis nama gajah “Elephant “ telah berperan mengidentikkan suatu produk yang kokoh, kuat, perkasa, dan awet. Menciptakan citra positif di hati konsumen, berjasa mendongkrak produk manufaktur menjadi lebih unggul di pasaran.
Namun di Lampung, akibat penataan ekosistem yang kurang mendukung berakibat habitatnya terganggu, gerombolan gajah pun berulah, menjadi malapetaka, karena sering mengamuk, merusak tanaman menjadi musuh petani.
Namanya juga gajah, bagaimanapun adalah binatang yang tak berakal, meskipun nalurinya bisa dilatih sehingga mampu menguntungkan manusia. Sifat kebinatangannya tetap saja bisa muncul sewaktu-waktu. Buktinya belakangan ini seekor gajah yang biasannya disayang-sayang oleh wanita cantik yang juga dokter hewan pribadinya, suatu ketika berubah durjana: mengamuk brutal memperdaya dokter pribadinya, mencederai hingga tewas.
Kisah gajah durjana yang terjadi di Wonogiri lalu, menjadi duka mendalam keluarga Esthi Octavia Wara Hapsari (25). Seorang dokter hewan yang bertugas di Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Wonogiri, Jawa Tengah. Ia meninggal akibat terinjak seekor gajah jantan di kawasan wisata Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri Jawa Tengah. (okezone11/5/2016).
Peristiwa tragis ini terjadi saat gajah jantan yang dipotret oleh Via dokter hewan yang biasa merawatnya,terkejut dan mengamuk seketika, lalu menyeruduk si korban sampai Arif sang pawang yang membimbingnya. Saat itu ia sedang menunggangi gajah itu pun jatuh terpelanting. Lalu dokter cantik itu diseruduk gajah hingga terpental sejauh tiga meter dari lokasi kejadian. Karena kalang kabut, korban berteriak minta tolong, namun kondisi tak terkendali. Ketika hendak ditolong oleh dua orang pedagang, gajah yang lupa daratan ini kembali mendekati korban. Karena suasana makin gawat, sang pawang kembali berteriak menyuruh korban untuk segera lari meninggalkan TKP .
Rupanya nasib belum beruntung, dokter Via. Ia malah terpeleset saat hendak meninggalkan TKP untuk menyelamatkan diri. Akhirnya dokter cantik yang biasa merawat kesehatan si gajah ini saat itu akhirnya menjadi bulan-bulanan “gajah durhaka” yang biasa dirawatnya dengan kasih sayang. Namun disayangkan nyawanya tidak tertolong saat korban dilarikan ke rumah sakit,setelah gajah yang mengamuk itu dapat ditenangkan,dan dikembalikan ke kandang oleh para pawangnya.
Beda Wonogiri, beda pula nasib gajah yang di Bandung. Di sini gajah yang berusia 40 tahun justru mati akibat terlantar karena menderita sakit yang tidak terobati. Alasannya pihak Bonbin swasta ini tidak memiliki dana cukup untuk membiayai pengadaan dokter hewan. Sehingga dibiarkan sakit sampai sekarat selama satu minggu lamanya. Nasib nahas Yani, si gajah Sumatera itu, sampai tidak tertolong nyawanya. Sangat mengharukan perhatian netizen.
Kematian Yani akhirnya meninggalkan pertanyaan besar apa gerangan yang terjadi? para pecinta hewan ikut berduka, kareana sekor gajah di Kebun Binatang Bandung dibiarkan sekarat selama satu minggu lamanya sampai akhirnya mati (Okezone 11/5). Nama gajah yang berusia 40 tahun ini sering dipanggil Yani. Hampir satu minggu, gajah Sumatera itu tergolek di dalam kandangnya yang hanya dialasi jerami dan ditutupi terpal seadanya,hanya untuk menghalangi pandangan pengunjung.Nasib sial,yang di alami Yani karena, tidak mendapat perawatan bahkan pengobatan apapun.
Yani dibiarkan sakit, hingga sekarat dengan hanya ditemani oleh seorang pawang. Kondisinya memilukan, badannya kurus, matanya berkerak dan mengeluarkan air. Di malam hari, menurut pawangnya, Yani selalu mengerang kesakitan. Yani yang terlantar sakit ini tetap dibiarkan karena sejak satu tahun lalu kebun binatang ini tidak memiliki tenaga dokter hewan.
Pemilik kebon Binatang ini mesti harus bertanggung jawab, karena menyalahi aturan, Permen Menteri Kehutanan No.31 tahun 2012 yang menyatakan bahwa syarat dari kebun binatang harus memiliki klinik, paramedis, persediaan obat, dokter hewan. Kondisi ini tidak dimiliki kebon binatang tempat si Gajah Yani berada.Kematiannya menjadi bukti dari pemeliharaan yang tidak standar.